6 hari yang lalu
Seminar International Youth Climate Change
JK: “You can do that”
Celebes Youth Center (CYC) Indonesia bersama dengan Iniciative of Change (IoFC) yang didukung Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin mengawali kegiatan International Youth Climate Forum 2010 pada 22 – 29/10 dengan mengadakan seminar International di Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) UNhas, Sabtu, (23/10). Seminar yang bertemakan “Be the change: A Better Earth You & Me” ini dihadiri para peserta dari beberapa delegasi Negara dan universitas di Indonesia yang keseluruhannya berjumlah 60 partisipan. Delegasi negara yang hadir pada seminar ini yaitu Malaysia, Afrika Selatan, Tanzania, Bangladesh, Qatar, Philippines, dan Vietnam. Serta para undangan yang terdiri dari pejabat Unhas, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Unhas, dan aktivis-aktivis lingkungan se- Makassar,diperkirakan peserta yang hadir berkisar 120 orang.
Seminar dimulai pukul 13.00 wita, tarian Pa’dupa dan Tari Bone Allo (Toraja) mengawali perkenalan para peserta asing terhadap keanggunan budaya Sulawesi Selatan. Dilanjutkan dengan sambutan ketua CYC, Awaluddin yang mengatakan bahwa kegiatan ini diperuntukkan untuk pencapaian beberapa program berupa Seminar, worldcafe on climate change, sharing project, group discussion, site visit on school green campaign, cultural performance, Taka Bonerate Island Expedition, Youth declaration of climate justice and action. “Sesungguhnya kami ingin menyampaikan kepada seluruh dunia bahwa anak muda, khususnya di Indonesia akan terus mengambil peran dalam mewujudkan A Better Earth: Throught You & Me”, ujar alumni Jurusan Perikanan Unhas ini. Secara resmi kegiatan ini dibuka oleh Prof. Dr. Sudirman, mewakili Rektor Unhas.
Selama sejam lebih, sembari menunggu kedatangan Mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla selaku kynote speaker, fasilitator mengisi acara dengan mengajak para delegasi untuk tukar pikiran tentang masalah dan solusi dampak pemanasan global di wilayahnya masing-masing. Satu persatu peserta memaparkan gagasan-gagasannya tentang isu global warming, seperti delegasi dari Malaysia, Bangladesh, Indonesia, dan Afrika Selatan. Hal menarik dari diskusi mereka adalah terkait dengan pertanyaan kenapa Amerika Serikat tak hadir pada konfrensi ini? Salah seorang peserta menjawab bahwa AS tak ingin ke sini karena mereka malu lantaran hingga sekarang tak dapat bertanggungjawab terhadap penanggulangan pemanasan global. Sementara yang hadir pada konferensi ini adalah utusan-utusan Negara yang betul-betul komitmen menanggulangi pemanasan global tersebut. Diskusi cukup mengesankan, lantaran keunikan pengalaman masing-masing partisipan, dengan segala permasalahan, apakah berkaitan dengan pabrik, penebangan liar, multicorporasi, limbah, ataupun penghancuran karang. Diskusi pun ditunda pada pukul 16.00 untuk sesi coffee break.
Pukul 17.00, Muh. Jusuf Kalla pun datang dengan senyum sumringah menghiasi wajahnya. Ia disambut hangat oleh pasilitator dan segenap partisipan, dan yang lebih mengesankan adalah persembahan lagu Anging Mammiri dari kelompok seni FISIP Unhas. JK memulai pembicaraan dengan menyinggung problema terkini bahwa bumi sudah demikian panas, “utamanya pada bulan ber ber ber, I mean September, Oktober, and November,” ujar JK. Karena pemanasan global ini, iklim semakin sulit untuk diprediksi, sehingga dapat merugikan aktivitas perekonomian. Inti ceramah JK adalah bagaimana hubungan antara aktivitas ekonomi dan keseimbangannya dengan lingkungan.
Aktivitas ekonomi ini telah memacu penebangan hutan berlebih, industrialisasi yang menebar gas carbon dan limbah tercemar, pembukaan lahan, imigrasi dan pertambahan penduduk, serta transportasi yang belum ramah lingkungan. “We destroy our living together,” ucapnya. Menanggulangi hal ini, hal pertama yang beliau sarankan adalah merubah pola hidup diri sendiri dulu. Menganjurkan untuk bagaimana kalau kita berangkat ke sekolah hanya dengan menggunakan transportasi umum, Menghemat air, menjaga habitat, serta memikirkan dan merancang model industri atau kota yang ramah lingkungan. Misalnya dengan mengalihkan energi minyak dengan teknologi geothermal dan teknologi tenaga surya. Serta untuk segenap komunitas pecinta lingkungan agar selalu mengkampanyekan budaya hidup selaras dengan alam, dengan tidak memakai plastik, senantiasa membuang sampah, “including not smoking,” ucapnya dengan tertawa.
JK pun menanggapi pertanyaan dari Piet Bosman, utusan dari Afrika Selatan yang menyinggung bagaimana mengontrol begitu kuatnya pengaruh korporasi dalam merusak lingkungan, yang menurutnya telah merusak di segala lini, mulai dari lahan hutan, bakau hingga perikanan. JK mengiyakan hal itu lantas berucap bahwa yang menyebabkan llegal loging tak lain adalah permintaan yang tinggi akan ekspor kayu Indonesia untuk AS, Eropa, Jepang dan China, produk-produk bangunan di Indonesia pun kebanyakan berbahan baku kayu, sehingga persoalannya cukup kompleks. Untuk memecahkan problem ini diselesaikan ditingkat internasional melalui berbagai konfrensi, seperti konferensi Kyoto dan kopenhagen kemarin, sebab climate change tidak berdampak pada hanya satu Negara saja, tapi seluruh Negara, sehingga setiap bangsa harus bahu-membahu menangani hal ini.
Salah satu solusi konkret yang ditawarkan adalah melakukan perubahan dari diri sendiri dulu, “you can do that, but about corporate is very complex,” ucapnya menutup pembicaraan. Kesan manis JK ditinggalkan dengan foto bersama para delegasi yang berjumlah 60 orang itu.
“Its very interesting,” ujar Lutfi, delegasi asal Universitas Negeri Padang, Sumatera Utara.
Idham Malik
0 komentar:
Posting Komentar