Nama penyakit pada ikan sering dihubungkan dengan gejala-gejala klinis, seperti misalnya, penyakit Enteric Red Mouth (ERM), penyakit bercak-bercak putih, dan penyakit bercak-bercak hitam. Tetapi, gejala-gejala tersebut tidak selalu merupakan tanda khusus penyakit tertentu.
Ada beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama (eksoftalmia, hemoragik, dan perut kembung), sehingga untuk mendapatkan diagnose yang benar perlu dilakukan pengujian lebih luas. Cara lain untuk member nama penyakit adalah menurut agen penyebab infeksi (penyakit Pike Fry Rhabdo Virus, Vibriosis) atau menurut jenis penyakit patologis (penyakit ginjal benjol-benjol karena penambahan jumlah sel). Apabila nama-nama penyakit diberi nama menurut satu perinsip, maka akan lebih mudah.
Prinsip-prinsip Mendiagnosa
Dalam mendiagnosa suatu penyakit, satu-satunya hal yang perlu dilakukan adalah mengenal adanya satu penyakit khusus atau lebih yang berhubungan dengan ketidaknormalan dan mengidentifikasi penyebab-penyebabnya. Untuk mempermudah pekerjaan ini, maka perlu diikuti suatu urutan tindakan. Urutan pertama dimulai dengan wawancara dengan para petani ikan. Pertanyaan yang penting, berikut ini:
1. Masalah apa yang ada? (penyakit ikan)
2. Kapan masalah-masalah tersebut mulai?? (berlangsungnya wabah/kematian)
3. Jenis ikan apa saja yang terserang penyakit? (spesies ikan tertentu terdapat penyakit tertentu)
4. Umur berapa ikan-ikan yang terserang? (ikan muda sering lebih muda terserang penyakit daripada ikan lebih tua)
5. Ikan tersebut berasal dari mana? (apakah ada hubungannya dengan wabah yang melanda ikan dari petani-petani lain?)
Langkah kedua adalah penentuan kualitas air, karena ada hubungannya dengan berjangkitnya wabah penyakit. Apakah parameter-parameter kualitas air seperti pH, oksigen, ammonia, nitrit, nitrat, kesadahan total, dan kesadahan karbonat masih dalam batas-batas normal? Setelah mengevaluasi kualitas air, maka ikan harus diperiksa di dalam lingkungannya. Tingkah laku dan konsumsi makanannya diperhatikan dan cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah terjadi tingkah laku tertentu yang mengacu pada penyakit tertentu?
2. Apakah ikan tidak makan karena sakit? Ataukah ikan sakit karena mereka tidak mau makan?
Untuk itu perlu dilakukan pengambilan contoh dari populasi yang ada. Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan:
1. Contoh yang diambil harus mewakili populasi yang diamati. Yang diambil adalah ikan-ikan yang mempunyai gejala-gejala khusus penyakit yang dicurigai. Jangan sekali-sekali mengambil ikan yang sudah mati karena organ-organ ikan yang mati sudah mengalami perubahan.
2. Ukuran contoh. Pengawasan terhadap populasi ikan bergantung pada: ukuran populasi, berlangsungnya penyakit pada populasi, dan derajat kemungkinan hilangnya penyakit. Pada kasus terjadinya wabah secara mendadak dengan jumlah ikan yang sakit cukup banyak, maka contoh sebanyak 10-15 ekor sudah cukup. Pada pengawasan, sering diperlukan contoh sebanyak 150 ekor. Ikan-ikan ini jangan dibius dulu dengan obat bius, karena bisa menyebabkan rusaknya parasit-parasit yang ada pada kulit dan insang.
Tindakan selanjutnya adalah pemeriksaan insang ikan yang masih sadar. Setelah itu, ikan dibius dengan cara menyemprotkan larutan fenoksietanol ke dalam insang dan mulut (jangan dengan cara memandikannya, karena parasit-parasit pada kulit akan terpengaruh). Untuk mencapai insang, operculum harus diangkat. Salah satu lembar insang harus diambil dan diletakkan pada gelas objek dan sedikit aquades. Setelah ditutup dengan coverglass, amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10-40 kali. Ektoparasit dan perubahan-perubahan morfologi bisa diamati. Pengamatan akan lebih jelas jika menggunakan lingkaran fase kontras. Setelah itu, ikan perlu diamati di bawah lensa biokuler. Kedua sisi tubuh ikan dan bagian ventral serta dorsal harus diperiksa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan adalah:
• Aspek luar kulit (warna, perubahan warna menjadi pucat, hemoragik (pendarahan di dalam), luka-luka, dan parasit-parasit).
• Sirip dan ekor (perubahan morfologi, hilangnya warna, hemoragik).
• Sungut (patah, rusak, memendek, hemoragik).
• Bentuk (skolasis, kordosis, kifosis).
• Mata (kekeruhan lensa, hemoragik).
Jika memungkinkan, perlu juga dibuat olesan kulit dan insang. Untuk mengamati adanya parasit, gunakan mikroskop dengan lingkaran fase kontras. Biasanya, selalu ada parasit yang ditemukan.
Segera setelah pengamatan yang pertama selesai, ikan yang masih hidup tetapi dibius ini, perlu diambil darahnya dan diproses untuk menentukan nilai parameter-parameter darahnya (seperti Hb, Hct, total protein plasma, dan antibody).
Kemudian ikan dimatikan dengan cara memotongnya. Pemotongan dilakukan melalui syaraf punggung (spinal cord) bagian kepala tepat di belakang otak (pemotongan spinal cord tepat di belakang kepala). Setelah itu dilakukan pengamatan organ-organ dalam dengan cara membedah ikan dan memeriksa organ-organ yang masih terletak di dalam tubuh ikan.
Biasanya, ikan diletakkan dengan sisi bagian kanan di bawah. Kecuali untuk lele, karena lele harus diletakkan dengan bagian punggungnya terletak di bawah. Rongga tubuh bisa dibuka dengan menggunakan gunting yang tajam dan runcing. Pemotongan dilakukan melalui dinding perut pada garis tengah. Kadang-kadang, setelah pemotongan dilakukan, terdapat cairan yang keluar dari rongga tubuh ini. Perhatikan bau, warna, kejernihan cairan, dan parasit-parasit yang ada. Cairan dibedakan menjadi dua macam, yaitu: transudat dan eksudat. Jenis pertama: jernih, kadang-kadang agak kuning akibat proses noninfeksi. Sedangkan jenis kedua: warnanya gelap, keruh, dan sering berbau akibat proses infeksi, terutama pembengkakan (inflamasi).
Setelah membuka tubuh ikan, semua organ diperiksa untuk melihat tanda-tanda peradangan (hemorhagik, pembengkakan, pembengkakan pembuluh darah), pertumbuhan jumlah sel yang berlebihan (tumor), degenerasi (intoksikasi, defisiensi) dan pembentukan yang salah (traumata, pembengkakan anomatik). Potongan-potongan organ bisa diawetkan untuk dipakai dalam pengamatan histology. Selain itu, bisa dibuat apusan preparat segar untuk mencari adanya parasit. Di akhir pemeriksaan, dilakukan pemeriksaan pada untuk mencari parasit (karena ikan bisa merupakan inang perantara). Untuk suatu penyakit tertentu, digunakan cara pengamatan tertentu pula; misalnya untuk menentukan spora dari Myxosoma cerebralis pada tulang kepala ikan-ikan trout. Untuk memantapkan diagnose atau untuk membantu diagnose bisa digunakan cara mikrobiologis. Setiap cara mempunyai kebutuhan sampel, cara untuk menyimpan, dan cara pengirimannya ke laboratorium sendiri.
Prinsip-Prinsip Budidaya ikan
(N. Zonneveld, E.A. Huisman, J.H Boon)
1 minggu yang lalu
1 komentar - Skip ke Kotak Komentar
SALAM KENAL SEMUA,…!!! SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
Saya Sangat BerTerima kasih Atas Bantuan Angka Ritual AKI…Angka AKI KANJENG Tembus 100%…Saya udah kemana-mana mencari angka yang mantap selalu gak ada hasilnya…sampai- sampai hutang malah menumpuk…tanpa sengaja seorang teman lagi cari nomer jitu di internet…Kok ketemu alamat KI KANJENG..Saya coba beli Paket 2D ternyata Tembus…dan akhirnya saya pun membeli Paket 4D…Bagai di sambar Petir..Ternyata Angka Ritual Ghoib KI KANJENG…Tembus 4D…Baru kali ini saya mendapat angka ritual yang benar-benar Mantap…Bagi saudara yang ingin merubah Nasib anda seperti saya…Anda Bisa CALL/SMS Di Nomer KI KANJENG DI 085-320-279-333.(((Buktikan Aja Sendiri Saudara-Saudari)))
…TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…
**** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
2.UANG GAIB
3.JUAL TUYUL MEMEK
4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..
…=>AKI KANJENG<=…
>>>085-320-279-333<<<
Posting Komentar