1 minggu yang lalu
Catatan Hari Pertama Survei Rumput Laut di Provinsi Maluku
Saya berangkat dari Makassar menuju Ambon dengan perasaan was-was pada Selasa (27 September 2011), sejam di bandara adalah waktu paling menegangkan, soalnya, surat pengantar untuk survey rumput laut dari pusat belum juga diperoleh. Teman yang antar dari Makassar dan ingin juga survey di Palu datang ke bandara cukup lama, padahal jam keberangkatan saya tinggal setengah jam lagi. Untung ketika saya melihat ia melintas di dalam bandara, perasaan saya tiba-tiba tenang. Surat pengantar sudah di tangan, dan saya dengan sigap berangkat ke ambon. Pesawat take off pukul 13.00 wita, tiba di ambon jam 15.20 menit wit.
Di atas pesawat lebih was-was lagi, beberapa kali pesawat bergetar lantaran cuaca di pertengahan perjalanan sedikit buruk. Saya duduk di bagian ekor nomor kursi 33A sehingga dapat melihat sayap pesawat bergetar. Tegang menyambut lagi waktu hendak landing, pesawat melaju cukup rendah di atas permukaan laut, dekat pulau ambon. Saya mengamati landasan, landasan belum terlihat, hingga pesawat melayang cukup rendah dan menemukan landasan.. akhirnya roda pesawat menyentuh aspal.. Alhamdulillah.. perjalanan yang mendebarkan.
Tiba di bandara Pattimura, perasaan melambung. Melihat alam yang begitu permai dari atas pesawat dan menyentuh tanah Ambon untuk pertama kalinya tak kebayang senangnya. Saya keluar bandara dengan enjoi, sempat mau naik ojek ke Waeheru, tapi teman menyarankan naik angkot saja, karena ongkosnya lebih murah. Saya nego ke supir angkot, dia bertahan di harga sepuluh ribu, tapi setelah lama di atas angkot, lebih baik saya turun dan naik angkot yang baru, lalu tidak bilang-bilang mau ke mana, supaya tidak dikata orang baru datang ke ambon. 15 menit kemudian tiba di Balai Budidaya Laut Ambon, dari jalan raya terlihat di kejauhan hamparan teluk dengan dermaga kayu memanjang di ujung sana. Masuk ke gerbang dari arah belakang muncul junior, Imadonna, dia lulusan perikanan Unhas angkatan 2005. Termasuk mahasiswa cerdas waktu itu. Ima menunjukkan kamar mess yang siap saya tempati nginap beberapa malam, harganya lumayan murahlah untuk sebuah perjalanan singkat, limapuluh ribu rupiah semalam.
Sore itu, setelah salat di musallah BBL, kami melihat-lihat aktivitas produksi bbl, diantaranya kolam induk kerapu tikus dan ikan kue, media pembenihan, pemeliharaan beberapa hewan laut berupa penyu, ikan nemo, cardinal, lobster, bulu babi, ikan hias laut. Perut keroncongan, ternyata saya lupa makan lantaran melihat-lihat ikan itu, untuk menambal rasa lapar, kami menyantap mie telur rebus pada sebuah warung. Rasa lapar pun lenyap.
Magribnya, saya mulai melakukan identifikasi awal, dengan melakukan wawancara terhadap Pak Rusli, yang merupakan ahli dan tenaga pendamping dalam pembinaan masyarakat dalam hal budidaya rumput laut. Cukup banyak data yang saya korek dari beliau, seperti lokasi potensi budidaya, perkembangannya dari tahun ke tahun, serta kualitas rumput laut Maluku. Pak Rusli menyajikan bubur kacang hijau, saya tidak menghabiskan, soalnya terlalu banyak, tapi lumayanlah untuk tambah-tambah tenaga.. hehe.. jam delapan, ada telepon dari Ima, ternyata dia menyediakan makan malam dan mendesak untuk makan di kosannya.. oke deh..
Sehabis makan, kami nongkrong di teras rumah kosannya, membicarakan banyak hal, tentang teman-teman kuliah, dosen-dosen, pengalaman-pengalaman yang terputus oleh waktu. Pukul 21.30 saya balik ke mes untuk istirahat.
Pagi-pagi benar saya terbangun, melakukan salat subuh dan persiapan perjalanan ke dinas. Jam Sembilan saya berangkat dengan seorang teman baru, namanya Imran, masih kuliah di fakultas teknik mesin Univ. Pattimura angkatan 2006, selama setengah hari itu, dia menemani saya jalan ke dinas-dinas, walau hari itu banyak kendala di tengah jalan. Dia mengendarai motor cukup lihai, kendaraan lain dia selip kiri kanan. Dalam perjalanan itu pula saya melihat alam ambon yang begitu permai, kota setengah melingkari teluk. Sepanjang jalan kita mengamati laut biru, dengan laju perjalanan yang landai. Tampaknya, Imran begitu menikmati mengendarai motornya, sesekali ia melepas kedua tangan lalu dengan bangga merapikan kerah bajunya di atas motor.. waduh, kalau motor tidak seimbang, bisa tamat riwayat, hehe…
Kendala pertama ada pada pihak Dinas Perindustrian Provinsi, waktu itu kepala dinas tidak datang ke kantor, saya cuma ketemu dengan sekretaris dinas yang bernama Pak Ongki, dia belum siapkan data hari itu, tapi dia janji akan siapkan besok. Dia beri nomornya untuk dihubungi saja besoknya. Saat bertemu dengan Pak Ongki, dia tidak menyambut baik, dia minta lampiran kuisioner, saya bilang ini survey berdasarkan data-data yang dibutuhkan. Dari pembicaraan dan tatapan matanya, orang ini meremehkan kedatangan saya yang waktu itu membawa surat resmi dari kementerian industry kecil dan menengah, ia menganggap yang datang hanyalah seperti mahasiswa yang ingin melakukan penelitian.. kalau sudah seperti itu, bisa jadi fatal akibatnya, rencana besar berupa pendirian pabrik industry rumput laut bisa tidak terlaksana karena tak adanya penyambutan baik dari dinas setempat. Sementara, kunci sukses sebuah birokrasi dapat ditengok dari metode pelayanannya, jika pelayanan buruk, maka pelaksanaan kegiatan dijamin buruk. Mana ada orang yang mau bantu ataukah investor yang ingin terlibat kalau orang tersebut tidak terbuka, malah bersifat reaktif terhadap tamu.
Jengkel di Dinas Perindustrian, saya bergerak ke Bank Indonesia untuk menanyakan tentang kredit bantuan modal buat petani rumput laut di Maluku. Setelah registrasi dengan bapak satpam di ruang tunggu, saya akhirnya bertemu dengan Pak Jacob Leunufna, kepala bagian BPH atau Tim Kelompok Pemberdayaan Sektor Rill, Bank Indonesia. bapak ini berbeda dengan Pak Ongki, dia menyambut baik, dia pun menjelaskan panjang lebar tentang keterlibatan bank Indonesia dalam hal memajukan ekonomi masyarakat sector rumput laut. Dari keterangannya, pihak BI sampai saat ini sudah membantu dalam hal kerjasama dengan Pemda untuk membentuk desa binaan di Desa Wael, Kotania di Seram Bagian Barat, dan di Sathean di Maluku Tenggara.. terdapat pula bantuan berupa tali long line, jangkar, pelampung, juga membantu menyediakan sarana kesehatan seperti MCK, sumur bor dan bak penampung. Dari segi non teknis, mereka juga melakukan pembinaan mengenai teknik budidaya rumput laut yang baik.. mendengar penjelasan itu, tiba-tiba muncul keyakinan, bahwa saya tidak boleh menyerah terhadap satu batu masalah, jadi tetap mencari kemungkinan-kemungkinan lain. Pak Jacob janji akan memberikan copy-an hasil riset investasi bidang rumput laut.
Sehabis dari BI saya ke Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, di sana bertemu dengan Ibu Yeni Nani, staff bidan Budidaya, waktu itu kepala dinas dan kepala bidang budidaya lagi tak ada di tempat. Ibu Neni, Alhamdulillah memberikan data yang kami butuhkan. Tapi setelah dicek ulang, data itu kurang lengkap, lantaran data lima tahun ke belakangnya bolong-bolong. Saya mulai khawatir, apakah data itu memang tidak ada atau saya tidak ambil di sana? Tapi, kalau di lihat dari sambutannya, ia terlihat sudah memberikan semua data yang kami perlukan.. jadi, setelah itu kami balik haluan dan bergerak ke Waeheru.
Perjalanan balik, sempat singgah ke DInas tenaga kerja untuk mengetahui tingkat upah minimum di provinsi Maluku, khususnya untuk sector budidaya perikanan.. dari sana berangkat ke Universitas Pattimura untuk mencari keberadaan tenaga ahli mesin dan formulasi di Maluku. Setiba di Kampus, saya mendatangi jurusan Mesin, waktu itu dosen tidak ada di tempat, ruang jurusan lengang. Lalu pindah ke jurusan teknik industry, disana ketemu dengan seorang dosen industry. Dia menjelaskan kalau pihak universitas juga sudah melakukan beberapa kajian tentang industry rumput laut, tapi penjelasannya kurang mendetail, jadi dia sarankan saya menghadap langsung ke Kepala Prodi Industri. Bertemu dengan bapak prodi, seperti berhadapan dengan watak birokrasi. Ia tidak mau memberikan sedikit pun informasi mengenai industry rumput laut di Maluku. Hal itu terjadi setelah ia melihat surat tugas yang saya miliki, katanya, surat tugas itu harus ditujukan juga ke Universitas.. sehingga dengan begitu mereka dapat perintah untuk memberikan informasi. Lagi-lagi kendala administrasi.. hemm..
Saya melihat jam tangan, waktu menunjukkan jam 2 siang, kalau di Maluku, waktu-waktu seperti ini sangat rawan, karena pegawai kantor sudah pada balik atau sudah ogah-ogahan kerja. Jadi, saya memutuskan untuk kembali ke asrama untuk mempersiapkan perjalanan panjang lagi esok harinya..
Di asrama saya tidur-tiduran saja, bingung apa yang mau dikerja, bangun sudah sore hari, saya lebih baik jalan-jalan keluar melihat-lihat ikan. Sendiri saja mengamat-amati media budidaya yang ada di lingkungan BBL itu. Kulihat proses pemeliharaannya, memang cukup sederhana, tapi yang utama adalah ketekunan dalam pemeliharaan, karena yang kita hadapi adalah mahluk hidup. Cuma yang rumit adalah mekanisme perpipaannya itu dan mungkin juga tata letak desainnya. Malamnya saya makan malam bersama junior di luar.
Setidaknya, malam itu, semua perjuangan siang hari terasa nikmat, dan siap-siap untuk berjuang lagi esok harinya..
0 komentar:
Posting Komentar