Hari ini, saya tahu ada orang
yang lebih berbahagia dari pada Adline, sosok yang selalu menandai jejak dan
bebauan, apalagi aroma yang ditandai itu begitu memesona dan berwarna merah.
Merah tanah yang sebagian humusnya tersapu oleh hujan, mengalir pada cela-cela
dan dihisap oleh berbagai tetumbuhan atau tiba pada lapisan dan menyatu bersama
bulir-bulir hidrogen dioksida.
Saya tahu ada gemuruh ombak pada
diri Adline, yang jika tak ditangkal akan berbakal durja. Bergulung-gulung dan
menciptakan buih, gelombang singkat namun rutin (berulang), imitasi yang berhasil dan bercampur-campur,
seperti karya montase Brecht, ataukah kolosal Bach. Dunia yang semarak ada pada
diri Adline, yang jika dilukis akan menghasilkan lukisan pascamodern, yang
kehilangan fungsi dan bentuk. Ia dapat pula disejajarkan dengan prisma yang
memantulkan sinar pada arah mana saja, dengan warna apa saja.
Warna-warna itu tiba-tiba diserap
oleh beragam entitas, kebanyakan oleh jiwa-jiwa yang buram dan rindu pada arung
dan luap lahar. Adline pun menikmati itu, ia terus saja memancar, menebar dan
meletakkan jejak. Bekasnya ada dimana-mana, dan yang paling banyak hinggap pada
imajinasi liar para perenung, pengkaji, ataupun mereka yang selama ini suka
menampung warna.
Memang, ombak ganas harus
ditampung oleh samudra yang damai. Dan adline menemukan samudra itu. Tapi,
watak ombak tak lain selalu mencari dan bergerak, tak suka berdiam diri. Walau
begitu, samudra pun selalu tenang menampung gemuruh ombak, dengan sabar ia
menghanyutkan buih-buih, menikmati kesementaraan. Namun, entah sampai kapan.
Pada hari ini, hujan Jakarta belum
berhenti, terus menghantam tanah dan aspal jalanan. Bau tanah meraup dan
hinggap. Ia menginspirasi, dan betapa beruntungnya Adline yang warnanya
tertampung. Saya sendiri tak paham, bagaimana kiranya harmoni itu berbentuk.
Bisa saja bukan oleh unsur kimia ataupun persepsi terhadap keistimewaan
hubungan. Tapi, fakta dasar terlihat dari upaya entitas melebur dan mencari
keseimbangan. Adline sangat alamiah, dan sifat alam terpantul jelas dalam
interaksi tersebut. Jika saja Lao Tse lahir pada abad ini, Lao Tse akan
menyempurnakan teori Dao-nya pada sosok gelombang dan medan ini. Yah, serupa
gelombang (listrik) yang mengalir pada medan (magnet).
Saya tak perlu menjelaskan
prinsip-prinsip ekosistem untuk menggambarkan bagaimana aliran energi berpendar
dan tersimpan. Ataupun bercerita tentang kepuasan-kepuasan alam dalam
bermain-main, melahirkan keindahan bentuk dan rasa. Dimana kita terlempar ke
dalam bentuk dan bentuk, rumus dan rumus, keindahan dan keindahan. Yah, saya
pikir, Adline adalah keindahan bagi sebagian orang, dan mungkin kebahagiaan
bagi setiap orang yang pernah berkenalan dengannya.
Yah, begitulah mungkin, kado ini
saya persembahkan dan tidak panjang, di antara ruap-ruap embun yang bergerak
dan berbenturan. Semoga di hari ulang tahun Adline, rasa ingin tahunya akan
dunia tetap segemuruh ombak. Namun, pesan saya untuk mu Adline, janganlah
terlalu cepat percaya pada sesuatu yang umum. Karena yang umum akan
menggelamkanmu. Percayalah pada dirimu sendiri, dan pada jawaban yang pasti
terhadap pertanyaan-pertanyaanmu sendiri.
Teruslah berjalan dan mencari,
kawan.
Di KoffiE Oey, Salihara, Jakarta
12 Januari 2013
Idham Malik
0 komentar:
Posting Komentar