Allahumma Salli Ala Muhammad wa Ali Muhammad.
Nabi Muhammad adalah contoh terbaik dari sebuah ethos. Yang lalu dapat kita tangkap kembali melalui turunan-turunannya, baik biologis maupun ideologis. Ataupun insan-insan yang dalam keotentikan dirinya, mehadirkan cahaya yang menerangi alam semesta kehidupan. Nilai-nilai universal yang diramu dalam suasana kultural.
Muhammad, dalam ketaatannya menjaga kesucian dirinya dan juga kehendak Allah untuk menjaga kesuciannya. Menuntutnya untuk mengeluarkan persona ilahi, melalui kata-katanya, melalui perbuatannya. Dalam eksternalisasi diri-nya itu, pun menjadi standar yang mengubah atau mereformasi standar sebelumnya.
Inilah mungkin yang diidentifikasi oleh Antony Giddens sebagai praktik sosial yang memengaruhi struktur sosial, baik dari segi norma, linguistik, konsep, maupun methodelogis. atau yang dijabarkan oleh Nurcholis Madjid yang mengacu pada Robert N Bella, yang mengatakan bahwa Islam yang dibawa Muhammad sangat modern di zamannya. Sehingga, ummatnya tertatih-tatih untuk menyesuaikan konsep universal yang dibawa Muhammad.
Jika ditarik-tarik, hal-hal yang lahir dari Muhammad, ibarat eksistensi ruh absolut yang dikonsepkan secara baik oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Bahwa yang universal adalah real, real adalah universal. Roh absolut itu melalui Muhammad secara total, dengan tikungan sejarah yang dahsyat. Berbeda dengan pendapat Hegel bahwa roh absolut itu melalui fase-fase sejarah, jatuh bangun, pertentangan atau konflik dan perdamaian, yang diujungnya adalah rasionalisasi segala aspek, termasuk dalam kehidupan berkenegaraan, dengan cerminan negara Jerman yang begitu absolut. Muhammad, menghadirkan roh absolut dengan memangkas waktu dan ruang sejarah, sehingga menimbulkan tikungan sejarah yang begitu dahsyat.
Dari refleksi Muhammad, menanggapi soal-soal zamannya, pikiran-pikiran yang terinstitusi melalui ayat-ayat Alquran itu terobjektivikasi (konsep yang diperbaharui oleh Kuntowijoyo melalui objektivikasi Islam) dalam bentuk sistem-sistem masyarakat yang dibentuk ulang. Sistem-sistem itu, pada dasarkan mengkonsepkan ulang tema radikal, yaitu keadilan. Bagaimana keadilan itu hadir dan dibentuk dalam masyarakat? Lahirlah sistem koperasi atau baitul mall, yang memungkinkan lahirlah distribusi ekonomi yang adil, lahirlah hukum baru, yang memungkinkan kebebasan hak asasi manusia, pembebasan peran perempuan untuk terlibat aktif dalam kehidupan kemasyarakatan, lahirlah kebebasan pengetahuan, dengan metodelogi yang benar, abstraksi - eksperimental, yang kemudian metodenya banyak meniru metode universal dari Yunani, yang sudah berkembang sejak sebelum masehi.
Muhammad tiada, kehadirannya tetap dirasa melalui kitab Alquran, serta tradisi sunnah yang diwariskannya dan dirawat baik-baik oleh ummatnya, meski penuh dengan pertentangan atau perbedaan tafsir. Kehadirannya pun selalu terasa, jika kita mengucap Shalawat.
Maulid Nabi, di tengah-tengah polemik yang melingkupinya. Muhammad dilahirkan kembali, agar kita mendapatkan asuhan pikiran dan batin.
Sungguh beruntung kita, hidup di jaman now, jaman yang telah melalui generasi demi generasi manusia, dengan struktur ekonomi, dan teknologi yang mendekati sempurna. Kondisi hidup saat ini adalah bentuk tertinggi dari imajinasi, dengan terpangkasnya ruang dan waktu. Serta semakin mudahnya manusia untuk bercakap-berkomunikasi. Meski dengan residu-residu sosial atau rasa sosial yang semakin hambar.
Hidup di abad ini, kita dapat memverifikasi kembali apa yang telah dirumuskan oleh Muhammad, dan apa-apa saja yang sudah terlempar keluar dari Muhammad berupa firman-firman yang Maha Kuasa. Apa sebenarnya yang berubah sejak saat itu? Jangan-jangan yang berubah hanyalah teknologi dan cara hidup. Tapi nilai-nilai itu tetap (universal), disempurnakan oleh Muhammad, diwariskan oleh keturunan biologis dan ideologis, serta orang-orang lurus lainnya.
Muhammad menunjukkan bahwa ethos yang dimetodelogikan adalah cara paling strategis untuk melakukan perubahan sosial di masyarakat. Sebagaimana pula yang ditunjukkan oleh Sidharta Gautama, Mahatma Gandhi, Mohammad Hatta, Isa, Mohammad Yunus.
Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa Ali Muhammad.
0 komentar:
Posting Komentar