Profil pribadi (iseng - iseng)
Saya lahir pada
tanggal 2 September 1986, di sebuah rumah sakit bersalin Islam, Turikale,
Maros. Hidup di lingkungan keluarga yang bahagia, bersama orang tua dan 3 saudara.
Lingkungan yang menyenangkan saat kecil pada Kawasan kompleks perikanan di
Bontocina, Kab. Maros. Lingkungan yang harmonis tersebut menumbuhkan perasaan
dan keinginan untuk berbagi dengan yang lain.
Pada saat
berumur 13 tahun, sewaktu masih kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP 2
Maros, untuk pertama kalinya bergabung pada organisasi Ikatan Remaja
Muhammadiyah (IRM), yang saat itu didominasi oleh pelajar SMA maupun mahasiswa.
Seminggu ditempa dengan materi – materi dasar pengorganisasian dan ilmu agama,
serta praktek manajemen dan ibadah, membuka mata saya untuk beban – beban
sosial atau tanggungjawab sosial, dimana saya harus terlibat di dalamnya.
Mulanya saya terlibat sebagai panitia pelaksana traning, membantu panitia
lainnya untuk mencari anggaran atau sumbangan masyarakat dari pintu ke pintu. Sepertinya
terdapat 7 – 10 kali training IRM cabang Maros kota, dimana saya sebagai
peluncur bagian anggaran, bermodalkan proposal. Selain itu, sebagai tim
pembantu untuk penyediaan perlengkapan training. Saat – saat itu, saya juga
banyak mengajak teman – teman SMP maupun SMA ketika sudah masuk SMA untuk masuk
ke dalam organisasi IPM.
Saat masuk SMA,
kelas 1 ikut bergabung dalam tim pramuka SMA 1 Maros. Saat itu, Pramuka SMA
tidak begitu banyak peminat, dan lebih didominasi oleh anggota kelas 1. Saat
pemilihan ketua Pramuka, tidak banyak yang mencalonkan diri, saya dengan
dukungan teman – teman mencalonkan diri sebagai ketua dan akhirnya terpilih,
meski masih duduk di kelas 1 SMA. Semasa kepengurusan yang cukup pendek, saya
mengembangkan media literasi untuk warga pramuka SMA 1 melalui media mading.
Senang rasanya melihat banyak siswa berdiri menatap dinding mading saat itu
sambil membaca karya karya literasi anak pramuka. Selain literasi, saat itu juga
dibangun budaya diskusi, dimana beberapa kali tim pramuka latihan debat di
ruangan. Umur kepemimpinan hanya beberapa bulan saja. Dan saya keluar dari
pramuka menginjak kelas 2.
Dari kelas 1
sudah tergabung dalam organisasi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) bidang
Kerohanian. Menjadi panitia pada setiap Jumat sore untuk kegiatan pengajian
Sekolah di Mushallah SMA 1 Maros. Pada kelas 2, menjadi ketua bidang kerohanian
OSIS SMA 1. Pada satu tahun itu, membangun mushallah mulai dari perpustakaan,
mading, serta menggiatkan kegiatan pengajian sekolah. Forum – forum pengajian
bertambah dan tema-tema beragam, serta pemateri berasal dari beragam aliran. Di
akhir periode, terbentuk suatu komunitas kerohanian yang independent dari OSIS,
Namanya IKRAMULLAH (Ikatan Remaja Mushallah). Lembaga ini aktif hingga saat
ini.
ketika menjadi pengurus IKRAMULLAH, SMA 1 Maros
Pada saat itu
juga turut memimpin Pimpinan Cabang (PC) IRM Maros Kota. Kegiatan – kegiatan
yang dilakukan adalah menyelenggarakan pelatihan atau yang disebut sebagai
Training Centre Taruna Melati (TCTM) untuk pelajar remaja Maros Kota. Selain
itu menyelenggarakan pengajian rutin serta bakti sosial bersama remaja masjid
Takmirul Masajid, Turikale, Maros. Memasuki kelas 3, saya mulai masuk
kepengurusan Pimpinan Daerah (PD) IRM Maros bidang perkaderan. Namun, ketika
menginjak kampus untuk kuliah di Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin
(Unhas). Peranan saya di IPM mulai berkurang lantaran sibuk dengan urusan
akademik di semester awal.
Kuliah di
Program Studi Budidaya Perairan pada 2004 menjadi awal baru mengembangkan diri
pada bidang khusus, yaitu bidang perikanan. Pada satu tahun pertama, saya
menghabiskan waktu untuk belajar dan tidak terlibat pada organisasi mana pun.
Nilai akademik cukup baik dan saya mulai dikenal oleh senior – senior di perikanan,
baik senior di organisasi maupun di level akademik (laboratorium).
Memasuki
semester 3, saya mulai jenuh dengan dunia akademik yang tidak bisa memberikan
gambaran jelas mengenai masa depan dunia perikanan. Nilai saya baik, pada
semester dua, nilai saya tertinggi di Prodi BDP Unhas, namun tidak ada hal
praktis yang dapat dipahami dan dipraktekkan di dunia nyata. Semester 3, saya
mencari kesibukan di luar akademik dan menemukan kesibukan di koran kampus
identitas Unhas.
Begitu menikmati
terlibat dalam koran kampus identitas yang dimulai dengan masa pemagangan
selama 6 bulan. Saya mendalami Teknik penulisan jurnalistik dan begitu senang
saat menemukan tulisan sendiri tercetak dalam koran. Selama 6 bulan magang,
banyak perubahan dalam menghasilkan produk jurnalistik. Pada tahun berikutnya,
identitas sudah menerbitkan tulisan Panjang atau disebut berita civitas, yang
disusun dengan gaya tulis yang lebih menarik, yaitu bentuk feature. Resmi
menjadi kru identitas pada Januari 2006 sebagai layouter sekaligus membantu
reporter dalam penulisan berita. Sejak saat itu, wacana keunhasan semakin luas
seiring dengan bertambahnya rekan kerja, rekan mahasiswa di luar perikanan. Di
samping ke Unhasan, mulai tertarik dengan karya – karya sastra Indonesia maupun
Dunia. Mulai membaca novel – novel penulis dari Jepang, Turki, Amerika,
Columbia, serta novel karya penulis Indonesia. Selain itu, mulai menikmati
karya – karya jurnalistik yang dituangkan dalam majalah tempo, serta tertarik
dengan informasi – informasi sejarah nasional maupun dunia. Sejak saat itu,
mulai mengumpulkan buku sedikit demi sedikit, berasal dari honor tulisan di
identitas.
Teman - teman magang di PK. identitas, 2005
Saat saat itu,
mulai tertarik dengan isu lingkungan. Essai pertama saya di koran kampus
identitas bertemakan “sampah dan manusia modern”, terbit pada 2006. Tulisan
tersebut mengaitkan antara sampah dengan paradigma manusia modern yang condong
pada materialism, individualism, eksploitatif, atau bersifat egosentris manusia
(antroposentrisme). Saya juga rajin menulis essai tanpa nama, yang saya tempel
di depan BEM Perikanan Unhas. Salah satu essai yang saya Tulis saat itu, yaitu
“Seandainya Saya Menteri Lingkungan Hidup”, dalam tulisan tersebut memaparkan
kondisi lingkungan yang buruk berdasarkan pengamatan saya saat itu melalui
televisi dan koran, kondisi laut, sungai, dan hutan. Selain itu, saya mulai
rajin membaca majalah National Geografic (NG) untuk menambah wawasan geografi
dan lingkungan.
Pada 2007, waktu
saya mulai agak longgar sebagai redaktur tata letak (layout), sehingga ada
kesempatan untuk aktif di organisasi kemahasiswaan di prodi BDP dan Jurusan
Perikanan Unhas. Saat itu, ditunjuk oleh Himpunan untuk mengawal Pendidikan
Dasar HMP BDP Unhas sebagai Koord. Steering Commite untuk mahasiswa angkatan
2007 BDP. Saat itu, saya meramu materi yang menggabungkan antara peningkatan
akademik dan organisasi, serta diselipkan materi tambahan skill lain, seperti
kepenulisan dan penelitian. Saya betul betul menikmati dalam manajemen SDM
dalam hal ini kepanitiaan untuk menghasilkan kader yang solid dan berkarakter. Hingga
beberapa tahun kemudian, kekompakan mahasiswa prodi BDP angkatan 2007 masih
terlihat. Saya beberapa kali diajak reuni oleh adik – adik BDP angkatan 2007.
Bersama teman - teman himpunan BDP Unhas
Pada rentang
tahun itu juga, bersama Muhammad Yunus menyusun konsep perkaderan tambahan,
yaitu TRIDAGNA (Training Dasar Generasi Akuakultur). Nama itu saya temukan saat
kuliah Akuakultur laut, dan tiba – tiba terlintas kepanjangan dari kerang
tridagna. Lalu, atas izin M. Yunus dan Safril (ketua himpunan saat itu), saya
menyusun filosofi dari tridagna, yaitu hidup dalam tekanan tinggi di laut
dalam, dan bertujuan seperti tridagna, yaitu umur Panjang. Dari filosofi itu,
kami merancang perkaderan marathon. Yaitu, Pendidikan kelas selama 2 bulan,
dimana satu minggu dua kali pertemuan. Total pertemuan yaitu 14 kali pertemuan.
Materi terdiri atas pendalaman materi kuliah, penambahan materi skill
akuakultur maupun skill penulisan dan penelitian, serta pengenalan organisasi –
organisasi dalam kampus. Saat itu, kami mengundang perwakilan BEM Unhas,
perawakilan organisasi ekstra seperti HMI, LMND, KAMMI, serta BEM perikanan
untuk satu sesi untuk menggambarkan perspektif organisasi mereka. Peserta
diberi kebebasan untuk masuk di organisasi manapun. Menarik dari pengkaderan
ini, yaitu metode kepanitiaan. Setiap minggu, ‘panitia’ dalam hal ini ketua,
sekretaris dan bendahara diganti atau digilir berdasarkan keputusan bersama.
Sehingga, peserta sekaligus belajar manajemen pertemuan, mereka sendiri
berkoordinasi dengan jurusan untuk permintaan ruangan, membuat surat, hingga
menghimpun anggaran untuk konsumsi kegiatan. Akhirnya, TRIDAGNA menjadi tradisi
baru di himpunan BDP hingga saat ini, dengan format pelatihan yang
berbeda-beda, tergantung dengan keinginan pengurus.
Tahun 2007
adalah tahun aktif – aktifnya di bidang kemahasiswaan perikanan. Saat itu juga
ditunjuk sebagai Bidang Kajian Strategis BEM Perikanan Unhas. Sehingga, secara
rutin kami menyelenggarakan kajian pelataran dengan tema antara tema perikanan,
maupun tema kemahasiswaan. Mengundang dosen – dosen teladan maupun aktivis –
aktivis mahasiswa yang lagi popular di level Unhas. Hingga akhir 2007, saya
bersama Sasliansyah merancang diskusi terkait isu Badan Hukum Pendidikan (BHP),
yang mengadvokasi agar mahasiswa kritis terhadap undang – undang BHP. Namun,
kegiatan diskusi tersebut dilecehkan secara intelektual oleh Ketua Jurusan dan
Pembantu dekan 3 FIKP Unhas. Saat itu, saya sempat diancam DO jika tidak segera
membubarkan diskusi. Karena saya tidak
mau bubarkan. Diskusi tersebut dibubarkan secara paksa oleh otoritas kampus.
Hal ini menjadi sumbu yang memicu diskusi – diskusi di level Unhas mengecam
tindakan pembubaran diskusi di perikanan.
Selain aktif di
BEM, saya aktif juga untuk mengawal ulang Pers Mahasiswa Perikanan atau PESIAR
bersama Muh. Yunus. Dalam setahun, PESIAR terbit satu kali dalam dua bulan,
dengan bermodalkan fotocopy milik jurusan perikanan. Konten dalam PESIAR adalah
berita aktivitas mahasiswa perikanan, opini, cerpen, essai. Dalam sekali terbit
kami mencetak sekitar 20 – 50 eksemplar, dibagi – bagi, sebagian dijual ke
dosen untuk menutupi ongkos cetak dan untuk menambah kas PESIAR. Namun, PESIAR
tidak bernafas panjang, tahun 2008 tidak cetak lagi dan krisis kader.
Tahun 2008
ditunjuk memimpin organisasi Pers Kampus Identitas Unhas untuk masa jabatan
satu tahun. Sehingga, waktu itu fokus mendampingi perjalanan koran kampus
selama satu tahun. Fase ini menjadi mendebarkan, lantaran menjaga marwah
organisasi yang sudah berumur 34 tahun saat itu. Sejak ditunjuk saya terus menerus
merenungi cara – cara apa yang paling tepat untuk membawa organisasi ini
menjadi lebih baik. Tapi saya bersyukur karena tim saya waktu itu cukup kuat.
Terdiri atas manajemen atas yang berpengalaman, level redaktur yang punya
komitmen tinggi untuk identitas, serta reporter yang kompak, aktif dan
cerdas-cerdas. Hal ini sangat membantu dan saya tidak kesulitan untuk memberi
arahan dan formasi baru untuk perbaikan kualitas SDM organisasi.
Hal – hal baru
yang ditawarkan saat itu yaitu diskusi rutin bulanan dengan tema umum, seperti
tema antropologi, tema agama, tema sosiologi, yang terkait dengan liputan utama
setiap bulan. Sehingga, beragam pemikiran berseliweran di ruang perkaderan
identitas, membentuk cara berfikir inklusif kru identitas saat itu. Selain itu,
melanjutkan tradisi koordinasi dengan BEM – BEM se Unhas yang saat itu lagi
mekar – mekarnya karena dipacu oleh penolakan terhadap BHP (Badan Hukum
Pendidikan), identitas rutin menghadiri pertemuan – pertemuan lintas fakultas
maupun universitas, serta memfasilitasi para aktivis kampus untuk menulis di
kolom opini identitas Unhas. Selepas dari identitas, banyak hal yang diperoleh,
utamanya kemampuan dalam membangun tim yang solid dan kreatif.
Pada 2009, saya kembali aktif di perikanan
dalam hal ini mulai melakukan penelitian, yaitu penelitian kepiting di bawah
bimbingan Professor Dr. Yushinta Fujaya, MSi, yang merupakan ahli kepiting
terpandang di Indonesia. Saya memulainya dengan membantu dalam pembuatan pakan
buatan untuk pembesaran kepiting bakau, membantu Prof memformulasi bahan –
bahan agar bisa memacu pertumbuhan kepiting bakau. Dilanjutkan dengan ujicoba
pakan selama dua bulan di tambak mitra di Muara Sungai Marana, Maros. Lalu
dilanjutkan lagi dengan penelitian dengan rentang waktu dua bulan di Kab. Tanah
Laut, Provinsi Kalimantan Selatan.
Ketika melakukan penelitian di Muara Sungai Marana, Maros.
Sembari
melakukan penelitian, saya ikut serta dalam penyusunan buku profil atau success
story program UNICEF (United Nation Children Fund) Sulselbar, yang dimulai
dengan buku kisah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) program PADITUNGKA UNICEF
bersama Pemda Bone, di Kecamatan Dua boccoe, Bone. Dalam rentang waktu enam
bulan buku tersebut akhirnya terbit, yang merupakan karya pertama yang
dibukukan. Selanjutnya ditunjuk lagi oleh tim UNICEF untuk membantu penyusunan
Buku Pelaksanaan MDGs (Millenium Development Goals) Kab. Polman Sulbar, lalu
Kab. Bone dan terakhir kab. Mamuju, Sulbar. Tema terakhir yang dimana saya
diminta bantuan yaitu penulisan beragam angle pelaksanaan Simulasi Antisipasi
Flu Burung di Pinrang. Rentang waktu saya bekerja sebagai penulis di UNICEF
yaitu hampir dua tahun antara 2009 – 2010, di sela – sela penelitian dan
diskusi – diskusi dengan peggiat literasi di Makassar.
Salah satu karya kami untuk UNICEF Sulsel
Di rentang waktu
itu saya menjalin hubungan dengan kelompok – kelompok literasi di Tamalanrea,
khususnya di antara pegiat toko buku PAPIRUS serta meluangkan waktu sesekali
ngobrol di warkop Mammiri, Makassar. Pada masa itu, mulai melebarkan ruang
berfikir, khususnya tema – tema sosial dan filsafat.
Pada September
2010, memperoleh penghargaan dari kampus untuk tema penelitian yang baik dan
diajak untuk presentasi hasil penelitian di Jakarta mewakili Unhas bersama
seorang mahasiswa dari Jurusan Farmasi Unhas. Dari penghargaan itu memperoleh
dana lumayan untuk traktir teman – teman saat wisuda Jurusan Perikanan Unhas
pada September 2010.
Selepas dari
kampus, langsung menceburkan diri di dunia kerja pada November 2010 pada salah
satu perusahaan eksportir kepiting di Jakarta Barat. Pada saat itu, pimpinan
perusahaan mengarahkan saya untuk membantunya dalam menyelesaikan persoalan
kematian kepiting di gudangnya serta bagaimana menemukan formula yang tepat
untuk mempertahankan daya hidup kepiting di dalam gudang. Dalam tujuh bulan
penelitian sederhana melalui pengamatan secara rutin ditemukan perbaikan metode
pemeliharaan kepiting sistem indoor (dalam ruangan). Dimulai dari pembenahan
metode sejak kepiting tiba di gudang dengan cara aklimatisasi kepiting,
perbaharuan air aklimatisasi dengan penambahan oksigen, yang dilanjutkan dengan
perawatan kepiting dalam Gudang dengan sistem soliter (kepiting dipisah –
pisahkan satu persatu dalam ruang gelap). Sejak saat itu, kepiting bisa
dipelihara hingga satu minggu di dalam gudang.
Pada Juni 2011,
kembali ke Makassar dan melonggarkan waktu dengan santai sambil ngobrol lepas
di warung kopi selama sekitar 4 bulan, sembari mencari peluang belajar
pengepakan ikan laut di Pelabuhan Paotere, Makassar. Di samping itu, menjalin
hubungan dengan senior – senior di perikanan melalui diskusi – diskusi lepas
sembari menikmati kopi di warung kopi yang dikelola oleh alumni – alumni
perikanan. Pada rentang waktu ini pernah
sekali mengikuti program pendataan rumput laut yang dilakukan oleh Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia. Saya ditugaskan untuk mendata potensi dan
permasalahan rumput laut di Provinsi Maluku. Waktu itu saya meluangkan waktu
sekitar 10 hari di Ambon dan Maluku Tenggara. Selanjutnya, selama dua bulan
sempat bekerja di perusahaan Inve Aquaculture untuk mempromosikan produk
probiotik dan pupuk yang dibuat oleh inve aquaculture. Saat bekerja di inve
tersebut, dapat pengalaman yang baik tentang budidaya udang sistem intensif
selama pemagangan di Tuban, Jawa Timur, serta praktek kerja di Barru dan
Pinrang untuk memetakan lokasi budidaya udang di sana.
Pada saat – saat
itu juga, saya rutin mendengar percakapan dan diskusi Alwy Rachman (dosen
Sastra Unhas), sebagai guru sekaligus teman bicara tentang berbagai isu – isu
sosial dan kemahasiswaan. Bersama Alwy, kita memperoleh oase pengetahuan, juga
memperoleh tools untuk membedah permasalahan. Saya mengenalnya sejak 2006, dia
kadang - kadang bertandang ke koran kampus identitas
Unhas, untuk mendengar keluhan – keluhan mahasiswa, lalu meresponnya dengan
baik. Kita betah mendengarnya, meski kata – katanya sulit dimengerti. Tapi lama
kelamaan kita tahu, bahwa ilmu yang ditanam pelan – pelan begitu dalam
tertancap.
Pada 2014, Alwy
menggagas konsep Kelas Literasi, dan ditunjuknyalah saya sebagai Kelapa Sekolah
untuk kelas tersebut. Kelas tersebut berlangsung selama 6 bulan, dengan
pertemuan rutin sebanyak 14 kali, melibatkan pemateri – pemateri senior di
dunia penulisan. Keluaran dari kelas literasi ini adalah kian matangnya penulis
– penulis muda Makassar. Tulisan – tulisan mereka tersebar di koran – koran
Makassar, dan beberapa dari mereka telah mencetak buku.
Persiapan Kelas Literasi Makassar, 2014
Pada Februari
2012, saya dipanggil untuk bergabung pada organisasi LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) berbasis kehutanan, yaitu SCF (Sulawesi
Community Fondation). Beraktivitas di SCF selama 1 tahun 6 bulan. Selama di
SCF aktif membantu dalam penyusunan artikel – artikel kegiatan yang telah
dilakukan oleh SCF. Membantu untuk pengambilan data penelitian masyarakat yang
hidup di sekitar hutan, serta pendataan skema-skema kehutanan sosial, seperti
Hutan Desa (HD), Hutan Kemasyarakatan (HKm), hutan rakyat (HR), serta Hutan Tanaman
Rakyat (HTR). Dalam rentang satu tahun setengah itu saya juga terlibat dalam
pendataan ekonomi, Pendidikan dan kesehatan masyarakat yang tinggal di area
pegunungan Pipikoro, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Berlanjut.....
0 komentar:
Posting Komentar