semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Catatan tentang Klasifikasi Tambak di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu pengeksport udang terbesar di dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami penurunan jumlah eksport, lantaran diterjang beragam persoalan di tingkat teknis, seperti banyaknya kisah kegagalan panen udang karena diserang penyakit. Berikut adalah permukaan penjelasan tentang teknis tambak udang di Indonesia, sebagai pembuka wacana kita tentang kondisi perudangan Indonesia yang selalu luput dari perhatian bapak-bapak pengelola Negara kita.



Tambak ekstensif (tradisional)

Luas petakan tambak ekstensif berkisar 1-3 ha, dengan satu pintu air pada setiap petak. Pemasukan dan pembuangan/pengeringan air lewat pintu air yang sama. Suplai air secara gravitasi, tergantung sepenuhnya dari gerakan pasang surut. Tambak yang dibangun di lahan pasang surut umumnya berupa hutan bakau, kadang-kadang rawa pasang surut bersemak/rerumputan.

Dasar tambak terdiri dari pelataran di bagian tengah dan caren di sekelilingnya dengan lebar 6 – 8 m, dan dalam 0,3-0,5 m. Pelataran dan caren perlu dibuat pada tambak tradisional, karena selama pertumbuhan, udang sangat tergantung dari makanan alami yang ditumbuhkan melalui persiapan tanah dasar dengan pemupukan, sedang kedalaman air hanya berkisar 40-60 cm di daerah pelataran. Kincir air belum diperlukan tetapi pompa air harus tersedia untuk menjamin penggantian air bila diperlukan.

Tambak Udang Semi Intensif

Luas petakan tambak semi-intensif lebih kecil dari tambak ekstensif yaitu sekitar 0,5 – 1 Ha, tujuannya adalah untuk mempermudah kontrol : penggantian air, pemberian pakan, pembersihan kotoran dan sebagainya. Pemasukan dan pembuangan air melewati saluran dan pintu air yang terpisah. Pada petakan seluas 0,5 ha, pintu pembuangan air dan kotoran sebaiknya diletakkan di tengah-tengah petakan. Petakan berbentuk bujur sangkar, dengan lantai dasar miring ke tengah, ke arah pintu pembuangan di tengah.

Dengan konstruksi semacam ini semua kotoran udang dapat dibuang dengan tuntas ke luar tambak lewat pintu tengah, karena putaran kincir air mengalirkan semua kotoran ke bagian tengah.

Di samping pintu pembuangan yang terdapat di tengah juga akan sangat praktis kalau dibuat monik di pematang sisi saluran pembuang. Pintu ini penting untuk panen dan penggantian air secara gravitasi mengikuti gerak air pasang surut. Pipa goyang atau pipa pembuangan T di sudut petakan berguna untuk membuang air hujan dari lapisan permukaan dan untuk membuang plankton/air kotor yang terkonsentrasi di daerah sudut karena tiupan angin.

Petakan yang luasnya 1 ha berbentuk persegi panjang dengan perbandingan 1 :2 sampai 2 : 3. Bentuk yang terlalu sempit (lebar 30 m) dan memajang, mempersulit pengumpulan kotoran di tengah, karena akan selalu teraduk oleh gerakan arus yang ditimbulkan oleh kincir. Pengadukan kotoran akan menimbulkan kekeruhan, hal mana sangat berbahaya bagi udang yang dipelihara. Pintu pasok dan pembuangan terletak di pematang yang berhadapan.

Dasar tambak tanpa caren. Agar tanggul tidak merembes perlu dibuat parit keliling kecil (bukan caren) dengan ukuran lebar/dalam 20 – 25 cm, memanjang tepat di bawah kaki tanggul. Parit semacam ini, sangat penting untuk membuang air rembesan, sehingga waktu pengeringan tanah dasar tidak terganggu dan dapat dilakukan pengeringan dengan sempurna.

Tambak Udang Intensif

Luas petakan tambak intensif adalah terkecil dari ketiga jenis tambak, yaitu antara 0,4 – 0,5 ha. Bentuknya bujur sangkar, dilengkapi dengan pintu pembuangan di tengah dan pintu model monik di pematang saluran pembuangan. Lantai dasar harus dipadatkan sampai keras, bisa dilapisi pasir atau kerikil, dengan elevasi miring ke tengah tanpa caren. Parit kecil pembuang air rembesan di sepanjang kaki tanggul perlu dibuat untuk menjaga kemungkinan perembesan.

Karena pembuatan petakan kecil sangat intensif, tanggul bisa dibuat dari tembok. Pada saluran pasok dapat dibentuk dari bata atau talang semen yang dipasang sepanjang pematang pada jalur pintu pasok sepanjang petakan. Air laut dan tawar dicampur di dalam bak pencampur sebelum masuk ke dalam petakan tambak.

Saluran pembuangan berupa parit biasa yang elevasi dasarnya terletak jauh di bawah elevasi lantai dasar petakan. Dengan demikian semua petakan dapat dikeringkan dengan mudah dan sempurna secara gravitasi waktu surut rendah.

Pipa goyang atau pipa sambungan T di pasang di daerah mati (sudut-sudut) yang tujuannya adalah untuk pembuangan air hujan dan kotoran-kotoran yang terkumpul di daerah tersebut. Keselamatan udang yang dipelihara dalam kondisi padat penebaran tinggi sangat tergantung pada kemampuan mempertahankan kualitas air selama pemeliharaan. Karena itu kotoran di dalam tambak harus dibersihkan secara rutin terutama setelah memasuki bulan ketiga sampai panen. Pembuatan tambak intensif sangat ideal untuk tujuan ini.

Demikian catatan untuk jenis tambak di Indonesia, di catat dari buku “Pembuatan Tambak Udang di Indonesia”, Karya A. Poernomo. Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai, Maros, 1988.




2 komentar:

AfwanAboy mengatakan...

Bro,sumber bukunya apa ya itu? ada judul buku dan penulisnya ga?
thanks bro

Idham Malik mengatakan...

sudah sy gambarkan di akhir artikel bro... :D

Catatan tentang Klasifikasi Tambak di Indonesia