semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Negeri Tak Ada Lagi (10)


Dari berbagai sumber yang tak jelas, aku sedikit memahami histori Negeri Ribu. Katanya, kehidupan di negeri Ribu pada awalnya sangat damai. Penduduk negeri Ribu mungkin adalah manusia-manusia yang paling taat etika, baik moral, dan kental kepercayaan pada adat dan istiadatnya. Kenyataan ini berlangsung seabad yang lalu, dimana hutan masih utuh, penduduk masih bisa hidup selaras dengan alam. Konon katanya, kala itu, makanan begitu melimpah, penduduk hidup pun begitu damai. Penduduk dengan gampangnya memperoleh daging babi, kijang, anoa, rusa untuk santap siang. Penduduk dengan mudahnya menangkap ikan di sungai. ikan panjang dengan gigi-gigi lebar. 

Asupan glukosa diperoleh dari usaha bertani penduduk yang dilakukan di tepi-tepi sungai. Tak ada gangguan dalam usaha mempertahankan pangan negeri ribu, jumlah pertanian sepersepuluh dari jumlah penduduk. Asal mula pertanian juga mulai tumbuh di koloni ini, dari hasil penelitian dari negeri Awan, ditemukan karbonasi dari hasil pembakaran padi di negeri ini, bulir padi sudah ditemukan sejak 6000 tahun lalu.  Asupan protein bersumber dari upaya penduduk negeri ribu dalam menjerat hewan-hewan air yang berdiam di sungai Lili. Sungai yang mengalir sepanjang tahun. Menggalir rimbun hijau dengan warna kuning coklat berlumpur.

Karena keseringan memakan hewan air, konon katanya lagi penduduk negeri adalah sebagian kecil masyarakat dunia yang memiliki kecerdasan kolektif. Boleh dibilang mereka sebanding dengan peradaban mesir kuno dengan sungai Nil-nya, Mesopotamia dengan Eufrat dan Tigrisnya, atau masyarakat Hindu dengan sungai Gangga-nya. Kecerdasan itu tampak dari arsitektur desain rumah pada ranting-ranting pohon, metode menangkap babi yang tak lazim, busananya yang terbuat dari kulit-kulit kerang, serta teknik irigasi untuk pertanian gandumnya.

Namun kecerdasan kaum Libu turun landai tahun-ke tahun. Hal ini bermula sejak kepemimpinan Raja Limbu. Raja yang sudah berkuasa seratus tahun ini merobohkan sekolah-sekolah gubuk, menciduk pada pemikir dan dibuang di sebuah pulau yang tak berpenghuni. Jika ada penduduk yang berkumpul tiga orang atau lebih di sebuah tempat dan membicarakan sesuatu yang rahasia pasti akan diciduk. Selain itu Raja Libu punya ilmu sihir, ia dapat menyerap pengetahuan seseorang pemikir, membuat otak seseorang jadi ciut. Jadinya para guru di negeri itu mempunyai Iq jongkok. Cuma raja Libu saja berhasil memetakan ilmu dengan membaca banyak buku lalu membakarnya sendiri.      

sihir itu menjadi mimpi buruk bagi para ilmuan yang sengaja tak sengaja berkunjung ke sana. para peneliti yang takjum dengan keanekaragaman hayati negeri itu. dengan jutaan tanaman endemik, hewan-hewan angkasa yang dengan segala metode melayang, serta ikan dengan berjuta-juta jenis sisik dan sirip. negeri ini adalah berkah yang kuasa, tempat obat semacam penyakit bisa diformulasi dari beragam dedaunan, bunga dan akar. namun, ini semua terhambat lantaran kekuasaan, kekuasaan, dan penyiksaan. seberkah negeri tak akan sanggup menahan lagu kerusakan dari penguasa yang rakus.

Dua puluh tahun lalu, datang seorang peneliti dari negeri Salju. Ia adalah pria botak dengan badan bongsor. Mulanya ia diangkat menjadi penasehat Raja Libu, terutama dalam bidang ekonomi. Lama berselang, dua bulan kemudian ia sudah mulai paham dengan kondisi kehidupan rakyat Ribu. Beberapa kali ia berkunjung ke koloni-koloni lain, menyaksikan masyarakat yang kadang tak berbusana, atau melihat anak-anak yang mengerat-ngerat kayu dengan gigi-giginya.





0 komentar:

Negeri Tak Ada Lagi (10)