semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Sentuhan Tangan Hamzah Adam untuk Pengembalian Ekosistem Mangrove

Kemarin, 24 Juni 2019, kami dari Garda Mangrove, Aquaculture Celebes Community, yang didukung oleh WWF-Indonesia, kembali bersama-sama menanam 5000 bibit mangrove di daerah muara sungai Tekolabbua, Pangkep.
Kegiatan penanaman ini pun telah menjadi rutinitas kami, yang jika dihitung sejak Mei 2017, telah dilakukan penanaman mangrove sebanyak 36.000 pohon, dengan estimasi yang bertahan hidup sekitar 25.000 pohon. Dalam penanaman, kami telah melibatkan mungkin lebih dari 700 orang, dengan beragam latar belakang, seperti mahasiswa Makassar dan Pare-pare, pemuda lokal, petambak, dinas perikanan, para penyuluh perikanan, siswa SMA dan SMP, perusahaan perikanan, LSM, media, polisi, tentara, hingga bupati.
Kian lama, kian banyak pengetahuan yang diperoleh, dan kami pun bertemu dengan aktor-aktor mangrove yang telah berjuang untuk menghijaukan pesisir sekian lama, salah satunya adalah Bapak Hamzah Adam.
Hamzah Adam telah bergelut di dunia mangrove sejak tahun 2000-an. Setelah memperoleh binaan khusus dari Dinas Kehutanan, ia secara konsisten mempelajari tumbuhan ekosistem estuari ini, sekaligus mengambil peluang untuk membantu penyediaan bibit kepada program pembibitan yang dilakukan oleh pemerintah setempat.
Hamzah secara rutin mengambil benih dari pohon mangrove, untuk ia bibitkan di belakang rumahnya, di pinggir sungai Desa Tekolabbua, Pangkep. Ia melakukan seleksi secara ketat terhadap propagul, yang ia mulai cari pada Juni hingga Oktober. "Kalau Juni, bibit masih sekitar 10%, nah nanti pada Agustus bibit sudah 40% jadi," kata Hamzah. Ia tidak menganjurkan mengambil bibit pada November, karena menurutnya bibit tersebut sudah jelek, karena umumnya adalah bibit yang diambil di pinggir sungai, lantaran sudah jatuh dari pohon.
"Selalu saja ada yang pesan bibit dalam jumlah banyak, tanpa memperhatikan kualitas bibit. Biasa, masyarakat berlomba-lomba mencari bibit dan memetik sebanyak-banyaknya sesuai pesanan," ujar Hamzah.
Hal ini barangkali menjadi salah satu penyebab rendahnya daya hidup mangrove dalam rehabilitasi ekosistem mangrove, lantaran penanaman dilakukan secara terburu-buru, tidak sesuai dengan musim tanam berdasarkan kondisi alam (pasang surut), serta dengan bibit yang jelek.
Selain itu, Hamzah pun membantu pemerintah, swasta maupun kelompok-kelompok swadaya dalam pembimbingan penanaman mangrove. Ia selalu diajak untuk melihat lokasi penanaman mangrove oleh instansi-instansi, kemudian beliau memberi arahan, apakah lokasi tersebut cocok untuk penanaman mangrove. "Saya ini hanya tamatan SMK, tapi Alhamdulillah setelah mempelajari mangrove, saya sudah berkenalan dengan banyak Professor dan para dosen perikanan," ujar Hamzah.
Kemarin, Hamzah memberi kita petunjuk untuk lokasi yang baik untuk ditanami mangrove, yaitu di pesisir sekitar muara sungai Tekolabbua, Pangkep. Di lokasi tersebut, telah dilakukan berkali-kali penanaman mangrove, dengan daya hidup yang tinggi. Selain itu, kawasan mangrove daerah tersebut telah menjadi habitat bagi beragam jenis burung.
Hamzah, yang malam sebelumnya memberikan arahan kepada kami terkait penanaman mangrove, ikut turun dalam penanaman mangrove. Ia mengarahkan kita untuk tidak usah melepas polybag bibit mangrove. Sebab, polybag dapat mencegah terurainya tanah/substrat dalam polybag, keberadaan substrat asal tersebut memberi kesempatan kepada bibit untuk beradaptasi terhadap substrat baru.
Hamzah juga menganjurkan untuk penanaman dengan jarak dekat, yaitu setengah meter, jika penanaman di daerah pesisir. Sebab, bibit mangrove akan saling mengikat dan melindungi dari ombak. Serta penanaman dilakukan dengan klaster-klaster (unit-unit), misalnya antara 15 x 10 meter. Hal ini untuk menghindari rusaknya bibit yang diakibatkan oleh lindasan perahu masyarakat setempat. Selain itu, memberikan ruang bagi lumut-lumut untuk melewati lintasan bibit mangrove. "Pada Maret-April, biasanya banyak lumut/alga yang dari arah laut bergerak ke pantai. Alga tersebut dapat menutupi daun bibit mangrove, dan menyebabkan kematian bibit," tambah Hamzah.
Penanaman yang dilakukan oleh sekitar 50 partisipan ini, yang jauh-jauh datang dari Pare-Pare (Garda Mangrove), serta dari Makassar (ACC), berlangsung singkat, yaitu sekitar 3 jam. Disebabkan oleh pengangkutan bibit yang mudah, menggunakan perahu, serta penanaman yang tidak sulit, karena sedimen tanah yang empuk (lumpur berpasir). Para penanam pun menikmati aksi penanaman, disertai canda ria dan foto-foto.
Melewati tengah hari, kami pun satu persatu meninggalkan kediaman Pak Hamzah. Beliau pun bersedia untuk menjaga mangrove yang telah ditanam, dan membantu untuk memasangkan ajir (penahan bibit) pada bibit mangrove tersebut.
Semoga, energi Hamzah Adam, mengalir kepada generasi-generasi muda yang menanam mangrove kemarin. Sehingga, akan semakin banyak orang-orang seperti Hamzah Adam, dan semakin banyak yang peduli terhadap lingkungan pesisir.
Plant Your Hopes...








0 komentar:

Sentuhan Tangan Hamzah Adam untuk Pengembalian Ekosistem Mangrove