Perubahan
kadang kala berawal dari sebuah meja. Meja adalah tempat, sekaligus pertemuan.
Sebuah perkakas tempat menandaskan lengan, bersandarnya cangkir-cangkir kopi, menetakkan
asbak menampung abu rokok. Meja barangkali juga latar, tempat suasana
terbentuk, karakter diasah, dan ide-ide ditaburkan.
Pada sebuah meja
kita akan mempertanyakan masalah, menajamkan ide, menorehkan unek-unek untuk
menggedor kebekuan alam nyata. Meja mempertemukan kita yang berbeda-beda, untuk
saling bertukar dan mengisi.
Teman-teman
sekalian, meja barangkali sepele, sebuah perkakas yang diam dan dungu. Tapi, ia
menandaskan segalanya, baik itu papan catur, handphone, laptop dan juga
buku-buku. Meja bisa jadi menyimpan rasa gelisah, sebagaimana kegalauannya
terhadap aroma Kopi Mammiri yang melengos. Ia layaknya artepak yang
mengembalikan ingatan kita akan sebuah kejadian, peristiwa, suasana, dan
mungkin sebuah ide.
Nah, pada tempat
ini akan muncul gairah, yang dirangsang oleh hembusan angin semilir,
sepoi-sepoi (Mammiri). Hembusan ini seperti ide dan informasi yang mengalir
segar, merangsang otak-otak kita untuk terus berfikir, mencipta, dan berbuat. Untuk
sesuatu yang kita anggap ideal, sebuah masyarakat yang mandiri, adil, dan juga
bebas. Kita mengandaikan sebuah masyarakat yang taat hukum dan penuh empati. Masyarakat
yang bahagia dengan kehidupannya, tak adalagi kekerasan, penindasan, dan tak
ada saling menghakimi. Orang hidup dalam damai dengan bertaburan informasi dan
kebebasan untuk memilih.
Tapi,
bagaimana merangcang itu? Bagaimana membangun lembaga-lembaganya, bagaimana
memasarkan gagasan-gagasan yang dibangun? Bagiamana kita dapat terlibat intens
untuk membuat sebuah perubahan. Entah perubahan seperti apa yang kita maksud,
itulah yang menjadi bahan rumusan kita pada pertemuan-pertemuan kelak.
Selayaknya angin
sepoi-sepoi, kita membicarakan hal-hal itu ditemani secangkir kopi, dengan
abu-abu rokok yang berserakan di guratan meja. Dengan rasa penasaran, tanpa pretensi,
tanpa gagah-gagahan.
Sebelum melangkah
lebih jauh, kita harus yakin, dari kecil tentulah akan menjadi besar jika terus
diternak dan ditumbuhkan. Kita bersama pada lingkaran meja sebenarnya hanya ingin
saling membesarkan semangat.
Komunitas layaknya
sebuah rumah bersama. Yang di dalam rumah itu mungkin terdapat meja. Di situ,
kita akan memanggil para tamu dari berbagai kalangan, untuk memberi kobaran
semangat dan api ilmu pengetahuan. Mungkin dalam masa-masa ringkas ini yang
diperkuat belum tiba di strategi, tapi sekadar api semangat. Mungkin dari meja
ini, masing-masing dari kita bisa berpikir mandiri, untuk membuat hal berguna
di sekitar kita.
Nah, saya
mengundang teman-teman bergabung untuk berbagi cerita..
Savere Aude
0 komentar:
Posting Komentar