Abstract
Islam is a religion for all
mankind and nature, which is called 'rahmatan lil Alamin'. So that Islam is not
only regulate human relationships and relationship with God, but also about
human relationships with nature. based on historical fact and theory, ecology
concept in Islam is closely associated with the concept of universal
leadership, leadership that is based on ethical values contained in the Holy
Qur'an, for example, the concept of charity and good deeds for the nature and
the social life of the community.
Ecological pyramid that had been
conceived only related to the material flow. In Islam the concept of ecology,
ecological pyramid contains elements of charity and the nature of leadership in
accordance with the guidance of the Qur'an.
Key word : islamic ecology, charity, piramid of ecology, ecological
leadership.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Abstrak
Islam merupakan agama bagi
seluruh ummat dan alam, yang biasa disebut ‘rahmatan lil Alamin’. Sehingga
islam tidak hanya mengatur hubungan antar manusia dan hubungan dengan Tuhan,
tapi juga tentang hubungan manusia dengan alam. berdasarkan fakta sejarah serta
teori, Konsep ekologi dalam Islam sangat berkaitan dengan konsep kepemimpinan
universal, yaitu kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai etika yang terdapat
dalam Alquran, misalnya konsep sedekah dan perbuatan baik bagi alam dan
kehidupan sosial masyarakat.
Piramida ekologi yang selama ini
dipahami hanya berkaitan dengan aliran materi. Dalam konsep ekologi islam,
piramida ekologi mengandung unsur sedekah dan kepemimpinan alam sesuai dengan
tuntunan Alquran.
Kata kunci : ekologi islam, sedekah, piramida ekologi, kepemimpinan
ekologis.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Wacana
lingkungan dalam diskursus Islam sejauh ini belum menunjukkan greget, isu
lingkungan masih jauh di bawah tema penegakan hukum Islam, kepemimpinan Islam,
atau pun isu keberagaman beragama. Walau sebenarnya penelitian tentang wacana
lingkungan dalam Islam itu sangat berkaitan dengan tema hukum Islam, etika, dan
juga kepemimpinan dalam Islam. Lingkungan tak bisa dilepaskan dari peranan
manusia sebagai mahluk yang bisa mengelola dan menjaganya. Tentu perlu ada
metode dan etika tentang pengelolaan lingkungan yang baik serta landasan etis
dari tema ekologi Islam.
Sebelumnya
tema yang saya angkat kali ini adalah hasil pemikiran dari seorang dosen
Perikanan, Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Hasanuddin (Unhas)
yang bernama Dr. Husnul Yaqin, MSc. Husnul membincangkan tema ini ketika kami
mengundangnya dalam seri diskusi Mammiritable1 24 Juli 2012.
Khusnul
akrab dengan tema-tema lingkungan yang khusus di wilayah perairan, seperti
pencemaran pantai dan ekotoksikologi. Kini Khusnul menggarap dan memperkenalkan
budidaya cacing dengan serius. Cacing dan kotorannya (cascing) dianggap ampuh
sebagai pupuk murah yang dapat meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian,
kehutanan dan perikanan hingga berkali-kali lipat. Cacing pun dijadikannya
promotor model stimulan pupuk yang murah, sederhana, gampang diproduksi, yang
akan menggulingkan model kapitalistik yang selama ini dilakoni parapihak yang
mempropagandakan pupuk kimiawi, senyawa berangsur-angsur menghisap darah
petani.
Konsep Awal
Tema ini
diakui masih sangat baru dan belum menemukan bentuk yang tepat untuk segera
diterapkan. Mulanya Khusnul tertarik dengan istilah ekologi Islam ketika ia
menemukan buku Transpersonal Ecology karya Warwick Fox saat masih kuliah studi
master-nya di Denmark. Transpersonal Ekologi banyak mengkritisi karya Arne
Naess yang beraliran Deep Ecology2. Sebelumnya Naess juga
mengkritisi karya Odum3 yang sangat terkenal di kalangan ekolog,
yaitu buku ekologi umum, yang saat ini dipakai sebagai acuan standar dalam ilmu
ekologi. Naess menekankan pada aspek ecosophy (kebajikan ekologi), manusia dan
alam adalah sama-sama mahluk yang saling berkontribusi dan bergantung (hubungan
simbiosis), yang bertolak belakang dengan paham antroposentris. Dalam Deep
Ecology terdapat prinsip realisasi diri (Self Realization) untuk dapat
mempertahankan hidup, tapi bagi Naess, realisasi diri manusia berlangsung dalam
komunitas ekologis. Namun, Arne Naess dianggap Fox terlalu etik sehingga sulit
diterapkan dalam epistemologi.
Buku
transpersonal ekologi mengambil konsep dasar transpersonal psikologi, dimana
manusia menjadi berbeda terus menerus yang menurutnya memiliki kesamaan dengan
konsep transendental filosofi-nya (hikmah mutaalliah) Mulla Sadra4,
bahwa setiap benda baik yang didefinisikan secara biologi sebagai mati ataupun
yang hidup akan bergerak terus menerus. Prinsip gerak dan berubah-ubah ini
menjadi inti pengertian tentang hidup. Misalnya secangkir kopi pasti akan
berbeda dengan kopi sedetik yang lalu, paling tidak telah berbeda kalor
jenisnya atau telah mengalami pembuangan panas. Gerakan ini disebut Harakatul
jauhariah (gerakan substansial).
Ekologi
Islam mengambil dasar dalam Surah Arrahman tentang mizan (penyeimbang). Ekologi
islam menyandarkan landasannya pada Alquran (wahyu) sebagai sumber ilmu
(resources), dan kita diharuskan untuk menggali sesuatu di dalamnya. Sama
halnya dengan puasa yang memiliki makna menyimpan energi. Sehingga puasa atau
alquran tidak berarti apa-apa kalau disimpan begitu saja, tanpa ada kanalisasi.
Kanalisasi dari energi ini adalah ‘sedekah’.
Albaqarah ayat
261 – 269 menggambarkan Islam bertentangan secara diametral dengan kapitalisme.
Ayat tersebut menyebutkan perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Di situ Alquran
terlihat menggunakan komponen ekologis. Lalu pada setiap bulir menghasilkan 100
biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi yang dikehendakinya. Dalam Islam,
orang yang bersedekah diharapkan tidak menyebut-nyebut pemberiannya, di sinilah
tampak konsep etika dalam Islam. Hal lainnya disebutkan bahwa perkataan yang
baik dan memaafkan lebih baik dibanding pemberian yang berpretensi.
AL BAQARAH 261
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
AL BAQARAH 262
الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ ثُمَّ لَا
يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا
مَنًّا وَلَا أَذًى
لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa
yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan
mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.
Memaafkan
lebih utama dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh partai-partai sekarang
ini yang selalu bersedekah dengan kepentingan tertentu. Dalam kapitalisme,
sedekah harus diiklankan dan tidak ada komponen CSR (Corporate Sosial Responsibility) tanpa interest. sehingga Alquran
sangat bertentangan dengan logika kapitalistik. Ayat lain mengandaikan
orang-orang yang membelanjakan hartanya untuk keteguhan jiwa seperti sebuah
kebun. Kata Jannah (kebun) sama dengan jin, yaitu sesuatu yang tersembunyi.
Jannah itu seperti hutan, sebab itu tersembunyi dari keramaian. Seperti kebun
yang terletak di dataran tinggi yang disiram hujan lebat lalu menghasilkan
buah. Hujan gerimis pun bisa memberikan manfaat yang lebih besar.
Pada ayat
lainnya menyebutkan, “Hai orang-orang
beriman, nafkankahlah hasil usahamu yang baik-baik yang dikeluarkan dari bumi,
janganlah memberikan yang buruk-buruk”. Syaitanlah yang menakut-nakuti
manusia dengan hantu yang bernama kemiskinan. Orang yang tidak bersedekah bisa
jadi telah dipengaruhi oleh syaitan. Sementara dalam konsep kapitalistik,
ketika memberikan harta ke seseorang maka harta kita akan berkurang. Pada
konsep Islam harta kita tidaklah berkurang, tapi malah tumbuh subur.
Ayat Alquran
lain yang berkaitan dan berbicara tentang ekologi atau lingkungan, yaitu pada
Surah Almu’minun dikatakan bahwa pohon kayu keluar dari turizinah, menghasilkan
minyak dan menjadi bahan makanan. Pada Surah Toha juga menyinggung aspek
lingkungan, “Sesungguhnnya aku ini Tuhan-mu,
maka turunkahlah terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci”. Musa di sini sementara melakukan perjalanan
spiritual, dan ia disuruh untuk menanggalkan rasa takutnya. Atau disuruh
meninggalkan hal-hal yang bersifat material (terompah) untuk bertemu tuhan.
Piramida Ekologi Islam
Dalam ilmu
ekologi standar, terdapat model piramida makanan5 yang terdiri atas
alas dekomposer, produsen, konsumen satu, konsumen dua hingga top konsumen.
Yang menghubungkan antara tangga satu dengan tangga berikutnya sebenarnya
adalah ‘sedekah’, setiap mahluk di muka bumi ini berkontribusi untuk keseimbangan
ekologis. Sedangkan pada ekologi umum hanya memandangnya sebagai aliran
material semata.
Misalnya,
dekomposer (bakteri) punya peranan sangat penting. Ia bertugas untuk memakan
sampah. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika bakteri malas memakan sampah?
Mungkin sampah sudah bertumpuk dan membawa polusi udara dengan bau busuk tak
terkira. Untung bakteri menunaikan tanggungjawab moralnya untuk keberlanjutan
ekologis dengan mengonsumsi sampah, apalagi dengan bantuan enzim dalam dirinya,
yang mempercepat penghancuran sampah (dekomposisi) dari bahan majemuk
(kompleks) ke bahan sederhana. “Keluarnya enzim ini sebenarnya adalah sebagai
bentuk sedekah bakteri,” ujar Khusnul. Bakteri melakukan sedekah untuk
kepentingan lapisan yang lebih tinggi. Kelihatannya sedekah semakin ke strata
atas semakin kurang sedekahnya.
Ekologi barat
berhenti di aliran materi itu tanpa mengenal konsep sedekah. Kemudian
mengisahkan manusia bahwa alam ini hanya digunakan untuk manusia
(antroposentris). Ini pun mendapat justifikasi pada agama-agama. Manusia (semua
manusia) dianggap sebagai citra tuhan (imago dei), manusia pun menurut paham
ini mempunyai kekuasaan di muka bumi. Ini selalu dikumandangkan setiap khotbah
Jumat, dimana manusia itu kholifah. Sungguh pemahaman ini sangat merusak.
Kepemimpinan Ekologis
Dunia ini
rusak lantaran dipimpin bukan oleh orang yang tepat. Mestinya yang memimpin
atau mewarisi bumi ini adalah utusan tuhan atau manusia sebagai citra tuhan.
Tentang orang yang berhak memimpin alam ini sudah dibahas sejak penciptaan
manusia (Adam), dimana malaikat dan jin pun menginginkan posisi kepemimpinan
itu.
Dalam Surah
al-baqarah : inni jailun fil ardi
khalifah. Allah menceritakan pada malaikat mengenai penciptaan Adam dan
Iblis juga ada di situ (bagian dari malaikat). Iblis sebenarnya telah lama
menanti kenabian, makanya ketika manusia dinobatkan sebagai pemimpin di muka bumi,
iblis sangat dendam pada manusia.
Iblis pun
protes, lanjutan ayat itu “Wa il kala
rabbu ka lil malaa ikati inni jailuun khalifah” yang artinya “ingatlah
ketika tuhan-mu berkata pada malaikat, sesungguhnya aku akan menjadikan bi bumi
khalifah, lalu malaikat protes, kenapa
kamu menciptakan mahluk yang akan merusak bumi?” tapi di ayat yang lain,
malaikat tidak protes, yaitu ketika Allah meniupkan ruh pada mahluk yang
diciptakannya dari tanah kering, Allah menyuruh malaikat untuk bersujud.
Sepertinya penetapan khalifah pada adam – lah satu-satunya persoalan antar
malaikat, begitu pula dengan iblis. Sehingga, persoalan kepemimpinan menjadi
sesuatu yang sangat penting, sebab posisi khalifah-lah yang akan mengontrol
alam semesta ini.
Ketika
Adam diciptakan di jannah, surga yang menurut Khusnul terletak di bumi itu,
Allah sudah menyebutkan inni jailun fil
ardi khalifah (khalifah di bumi). Nah, Adam dan Hawa hidup diantara
tumbuhan kunci (Key spesies) yang
dikenal dengan tumbuhan Khuldi. Ketika buah khuldi dipetik oleh Adam, terjadi
katastrofi (perubahan dahsyat) di alam semesta, dimana ekosistem berubah secara
drastis. Katastrofi yang dimaksud sama halnya
dengan perubahan sebuah ekosistem pantai ketika bakau dihancurkan, sehingga
hewan-hewan laut tidak mendapat hunian dan tempat memijah, tentu itu merusak
kesatuan ekologis dan habitat mahluk hidup. Setelah Adam memakan buah khuldi,
Adam tiba-tiba berada dalam lingkungan yang sudah berbeda. Adam ditugaskan
untuk memimpin Alam yang telah berubah itu.
Kepemimpinan
Adam turun ke anaknya yang bernama Habil, namun sebelumnya terjadi pertengkaran
antar dua anak Adam, yaitu habil yang mewakili kebaikan (didukung oleh
Malaikat) dengan Qabil yang mewakili kejahatan (yang didukung oleh iblis).
Sebenarnya yang diperebutkan oleh dua anak Adam ini adalah persoalan
kepemimpinan, bukan bertengkar memperebutkan perempuan, seperti yang dikisahkan
selama ini. “Kalau bertengkar gara-gara perempuan, apa bedanya agama dengan
sinetron?” kelakar Husnul.
Menurut
Khusnul, kekhalifahan dalam dunia Islam bersifat kekeluargaan. Nabi-nabi pada
agama Yahudi, Kristen dan Islam diturunkan dari geneologi yang sama, yaitu
keturunan Ibrahim. Kristen dan yahudi meyakini bahwa anak tunggal yang
dikisahkan Taurat dan akan menurunkan cahaya nabi itu adalah Yaqub, yang
nantinya akan menurunkan Levi. Levi merupakan bapak para rabi-rabi Yahudi.
Sementara dalam Islam, meyakini anak tunggal itu adalah Ismail, yang nantinya
akan menurunkan Nabi Muhammad. Ibrahim memiliki anak dua dari istri yang
berbeda, yaitu Ismail dan Ishak. Ismail lebih tua karena dilahirkan saat
Ibrahim berumur 86 tahun sedangkan ishak lahir ketika Ibrahim berumur 100 tahun.
Malaikat
memprotes kepemimpinan Adam (manusia), tapi malaikat memiliki pandangan sedikit
luas, sebab menyadari bahwa manusia memiliki bakat pengetahuan dalam dirinya,
yaitu adam bisa menyebutkan nama-nama.
Di sini tampak kekeliruan Islam Liberal yang
menganggap kekuasaan politik dan keagamaan harus dipisahkan. Sebab kepemimpinan
dalam Islam itu bersifat kekeluargaan. Bujukan syaitan pun mulai tampak pada
masa Raja Namrud, yaitu ketika Nabi Ibrahim berhasil membuktikan keberadaan
tuhan dengan cara observasi empiris. Saat itu ibrahim diuji dengan dibakar
hidup-hidup, dan ujian terberatnya ketika ia diminta oleh Allah untuk
menyembelih anaknya sendiri, yaitu Ismail. Sebenarnya ini adalah tanda bahwa
keturunan Ismail-lah yang kelak akan mewarisi bumi. Ibrahim pun diangkat
menjadi imam para nabi setelah menunaikan tugasnya untuk menyembelih
Ismail.
Kemudian Nabi
Ibrahim bertanya pada Allah, “bagaimana dengan sesudahku?” maka yang diangkat
imam adalah keturunan ibrahim yang tidak berbuat zalim. Maka pemimpin setelah
Ibrahim adalah para keturunan Ibrahim, keturunan Ishak dari Yaqub hingga sampai
ke Isa, sedangkan keturunan ismail tiba di Muhammad. Makanya Islam itu sangat
kekeluargaan. Sehingga pemilihan secara demokratis, sebab ibrahim tidak pernah
ngomong tentang demokrasi atau telah menyalahi ketentuan alquran “bagaimana
dengan anak keturunanku?” begitulah doa Ibrahim.
Persoalan pun
muncul pada tiga agama Ibrahim, yang dalam kitab-kitab lama telah disebutkan orang
yang ditunggu-tunggu. Kitab lama itu pada kitab taurat, kitab nefubin (kitab
kenabian) dan kitab ketubin (kitab tentang kitab). Nama itu dalam kitab lama
disebut sebagai Eliah, dan Eliah akan hadir kembali setelah diangkat. Ia
sebagai mesiah (juru selamat) yang ditunggu, dan mesiah di sini bersifat jamak
(mesaya). Tentang mesiah ini terdapat perbedaan ekstrim antara Islam dan Yahudi.
Yahudi menganggap bahwa mesiah itu adalah keturunan Yaqub, sedangkan Islam
meyakini mesiah itu dari keturunan Ismail. Kristen kemudian menubuatkan Isa
sebagai mesiah, sebab dalam Yahudi sendiri terjebak dalam kesulitan untuk
menjustifikasi siapa keturunan Yaqub itu. Yahudi pun tidak mengakui Isa, sebab
isa tidak memiliki ayah, sehingga kaum Yahudi kesulitan meyakini bahwa Isa
adalah keturunan yaqub (pandangan empirisme). Padahal, secara geneologi, Isa
merupakan keturunan Nabi Harun lewat jalur Maryam.
Untuk
memperjelas posisi isa sebagai juru selamat, maka disusunlah skenario
penghianat. Sebab setiap juru selamat pasti terdapat sosok penghianat di
dalamnya. Judas yang merupakan murid setia Isa dicap sebagai penghianat dalam
kisah-kisah perjanjian baru. Sedangkan menurut Alquran, Yudas dan Isa
dipertukarkan, sehingga yang disalib dengan orang Romawi itu tak lain adalah
Yudas. Orang yang tertuduh dan ditukar itu pun ditemui Maryam. Judas yang
disalib itu berkata, “wahai perempuan, itu anakmu”, tak mungkin Nabi Isa
berkata pada ibunya, “wahai perempuan”. Waktu itu, Paulus-lah yang menjadi tim
pengaman dan menuliskan semua kisah-kisah itu. Pada kisah Musa, Samiri-lah
penghianatnya. Bagaimana dengan Islam, siapakah penghianatnya?
Kenapa hak
pengaturan ekologis itu diserahkan pada manusia? ini sama sekali bukan
mendukung antroposentrisme. Pengaturan ekologis tentu bukan diserahkan pada
manusia yang tidak becus, yang justru akan merusak alam semesta. Tapi
diserahkan pada manusia yang dianggap sebagai citra tuhan, manusia yang
mewarisi bumi (keturunan Nabi Ibrahim dan orang-orang yang Shaleh).
Kesimpulan
Prinsip
dasar ekologi islam yaitu pada dua kalimat sahadat, dimana terungkap pengenalan
pada Allah sebagai sebab dari semua sebab. Penyangsian pertama seorang muslim
adalah penerimaan bahwa Allah sebagai sebeb pertama (Causa Prima). Lalu, kenapa
kita mesti bersaksi akan keberadaan Muhammad? Tentu terkait dengan kepentingan
kosmik, dalam hal ini kekhalifahan. Kita harus mengakui bahwa harus ada
pemimpin yang mampu mendistribusikan pengetahuannya pada alam semesta. Pemimpin
ini adalah mereka yang disebut sebagai citra tuhan, yang terwarisi secara
kekeluargaan sejak Nabi Ibrahim, dan menitis hingga keturunan Nabi Muhammad.
Selain itu, masing-masing mahluk mesti menjalankan hidupnya sesuai job descripsi
yang diperolehnya. Kontribusi dalam hal ini, ia mesti menyedekahkan dirinya
untuk kepentingan sistem ekologis.
Semua
ini sudah terformat dalam tiap komponen ekologis. Mulai dari dekomposer hingga
konsumen atas telah mengakui kekhalifahan. Semua mahluk di alam semesta
bertasbih pada tuhan, sehingga, binatang pun pada dasarnya dapat berfikir. Kita
tidak bisa menempatkan carnivor ke
posisi dekomposer, karena akan sangat berbahaya sebab akan mempengaruhi
keseimbangan ekologis. Ini menunjukkan bahwa terdapat hirarki dalam rantai
ekologis. Begitu pula dalam spritualitas, terdapat jenjang atau maqam yang
sesuai dengan katakwaan pada Allah. Maqam ini terpancar dari cahaya tuhan
(emanasi), sehingga Allah menjadi nur dari alam semesta. Makanya yang memimpin
mestinya adalah mereka yang paling dekat dengan cahaya Tuhan.
Nur tuhan ini
seperti cahaya yang melewati prisma, sehingga menghasilkan begitu banyak cahaya
dengan warna dan frekuensi berbeda. Sehingga terjadi demarkasi yang jelas
antara ekologi umum (empiris) dengan ekologi islam. Ekologi empiris hanya
mengaitkan kaitan antara satu strata dengan strata yang lainnya, sedangkan
ekologi islam memandang bahwa alam semesta berasal dari cahaya tuhan, sehingga
semua mahluk dan alam sendiri harus dihormati posisinya masing-masing.
Setiap level
dinilai sempurna pada dirinya sendiri. Burung pada tingkatan burung, begitu
juga nyamuk dan juga kucing. Kita tidak bisa mengabaikannya, karena posisi kita
sama posisinya di mata tuhan. Posisi
organisnya sama, hanya fungsionalnya yang berbeda.
Terakhir,
salah satu konsepsi ekologi islam, yaitu sebab akibat (kausa prima). Istilah “laula kama khalaktu aflak” (wahai
muhammad, saya tidak akan menciptakan alam semesta kalau tidak menciptakan
kamu). Nanti para sufi memaknainya sebagai nur muhammad. Nur inilah yang
menjadi inti konsepsi islam.
Idham Malik
Catatan Kaki
1.
Mammiritable adalah komunitas diskusi yang bertujuan untuk menggali
pemikiran-pemikiran kontemporer di kalangan warga Makassar. Hingga pertengahan
Agustus telah diselenggarakan 15 kali diskusi dengan beragam tema. Salah satu
tema yang diangkat pada pertemuan ke sepuluh adalah Ekologi Islam dengan
pemateri Ustad Dr. Ir. Khusnul Yaqin, MSc. Setiap diskusi, anggota komunitas
merekam dan mencatat ulang hasil diskusi, naskah ini adalah hasil rekaman dan
catatan diskusi.
2.
Deep ecology adalah filosofi ekologi kontemporer yang merupakan advokasi nilai
yang melekat pada makhluk hidup, terlepas dari utilitas instrumental mereka
dengan kebutuhan manusia. Ekologi Dalam berpendapat bahwa alam adalah
keseimbangan halus kompleksitas antar-hubungan organ, di mana keberadaan
organisme tergantung pada keberadaan organ lain dalam ekosistem. gangguan
Manusia menimbulkan ancaman tidak hanya untuk manusia tetapi untuk semua
organisme.
3.
Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur dan
fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem
menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu
termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara),
energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan
sistem tersebut.
4.
Mulla Sadra adalah
filosof Islam. Lahir di Syiraz, Iran, pada abad ke 10 H/16 M. Memiliki banyak
karya intelektual. Pasca Ibnu Rushd, Sadra ikut memberi kontribusi penting
terutama bagi pengembangan filsafat, kalam, tasawuf bahkan tafsir. Namun,
tak seperti al-Kindi, Ibn Sina dan Ibn Rushd yang memisahkan filsafat dari tasawuf,
maka Sadra cenderung mengkombinasikan filsafat dan tasawuf. Seperti Ibn Arabi,
Sadra memiliki corak pemikiran teosofi. Ia menyatukan antara firman
Tuhan, intuisi dan nalar logis. Tak ada kontradiksi di antara ketiganya. Persis
di situ, ia menuai kritik. Sebab, tak seluruh apa yang ditekstualisasi
al-Qur’an diamini akal. Bahkan, antara intuisi dan nalar logis kerap dalam
posisi berhadapan.
5.
Piramida Makanan adalah piramida yang menggambarkan jumlah berat
dan energi mulai dari produsen sampai konsumen puncak. Piramida ini dibuat
dengan satu asumsi bahwa pada saat terjadi peristiwa makan dan dimakan telah
terjadi perpindahan energi dari makhluk hidup yang dimakan ke makhluk hidup
pemakannya.
Daftar Pustaka
Fox, W. (1990). Transpersonal Ecology:
"Psychologising" ecophilosophy. Journal of Transpersonal Psychology,
Næss, Arne (1973) 'The Shallow and the
Deep, Long-Range Ecology Movement.' Inquiry 16: 95-100
0 komentar:
Posting Komentar