Kami mengunjungi BRPBAP Barru
pada Rabu, (26/6/2013) pukul 11.00. Di sana kami menemui Ir. Samuel, yang
merupakan salah seorang staff peneliti bioteknologi dan pakar broodstok udang
diantara lima orang peneliti lainnya, yaitu Bapak Agus, Ibu Bunga dan Ibu Rante.
Mulanya kami menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami berupa sosialisasi
rencana kerja WWF – Indonesia bagian akuakultur. Beruntung saat itu Ir. Samuel sudah
menyelesaikan tugasnya di laboratorium, sehingga dapat meluangkan waktunya
untuk membantu kami memahami program dan kegiatan yang ada di BRPBAP Barru.
BRPBAP Barru menjadikan
institusinya sebagai pusat penelitian dan pengembangan induk udang windu (Broodstock).
Saat ini ada dua pola yang dikembangkan untuk menghasilkan benih bermutu, yaitu
benih SPF (Specific Pathogen Free) dan SPR (Spesific Pathogen Resistant). Induk
udang windu yang diterima dari Aceh terlebih dahulu di aklimatisasi dan
diadaptasi di bak adaptasi-karantina. Setelah itu dilakukan pengujian
identifikasi penyakit-virus dengan menggunakan PCR (Polymerase Chain Reaction). Induk yang ditengarai mengidap virus
WSSV (White Spot Sindrome Virus) setelah uji PCR akan dipisahkan. Selain juga
dikembangkan benur yang telah memiliki antivirus yang di transpeksi ke telur.
Diharapkan benur tersebut dapat tahan terhadap virus WSSV. “Tapi sejauh ini
kami baru menghasilkan induk FO, kami akan berusaha menjadi F1-nya,” ujar
Samuel. Udang hasil transpeksi ini belum bisa dilepas ke alam bebas-tambak,
karena akan merusak keragaman genetik di alam. Jadi udang tersebut hanya untuk
skala penelitian.
Udang hasil tes PCR kemudian
dibawa ke Gedung Nukleus untuk pemijahan. Sebelum pemijahan diberi perlakuan
ablasi mata untuk meningkatkan reaksi hormon pematangan gonad. Udang yang telah
matang gonad (TKG 4) dipasangkan (Jantan dan Betina) pada satu persatu bak
pemijahan. Ada pula ujicoba pemberian hormon testosteron untuk mempercepat
pemijahan. “di bak pemijahan ini biasanya setelah tiga hari pasca ablasi, induk
telah mengeluarkan telur-telurnya,” ucap Samuel. Pada bak yang lain dalam ruang
pemijahan itu dilakukan uji kualitas pakan untuk induk dan adaptasi terhadap
lingkungan.
Bersamaan dengan itu, sebagian
induk yang matang gonad dibawa ke lab karantina untuk ditanspeksi telurnya
dengan antivirus (penyuntikan antivirus WSSV). Sebagian yang lain digunakan
untuk produksi massal larva udang yang bebas virus (Spesific Pathogen Free) di
ruang yang tertutup dan steril. Kami tidak sempat masuk ke ruangan tersebut dan
hanya bisa melihat kondisinya dari pintu. Penelitian tentang produksi massal
udang SPF ini dikomandoi oleh Bapak Agus, yang merupakan pimpinan BRPBAP Barru.
Pada gedung Nukleus itu juga
terdapat laboratorium probiotik yang disertai alat-alat untuk melihat telur dan
naupli. Serta terdapat laboratorium untuk kultur jaringan. Pada gedung yang
lain terdapat gedung Bioteknologi dan gedung pakan alami yang akan dihubungkan
dengan ruangan produksi larva. Pada gedung bioteknologi dilengkapi laboratorium
PCR, ruang isolasi bakteri, ruang pengamatan telur dan bakteri (mikroskop
elektron), dan ruang laboratorium kualitas air.
Jarum jam menunjukkan pukul
13.20, kami pun sudah mengunjungi beberapa ruangan inti yang dimiliki balai.
Saat itu Ir. Samuel pun hendak melanjutkan pekerjaannya. Mengamati hal itu,
kami kembali menjelaskan ulang tujuan kami bahwa ke depan ketika kami
membutuhkan bantuan BRPBAP Barru untuk tenaga konsultasi. Samuel mengiyakan.
Kami akhirnya pamit dan berangkat ke jalan poros kota untuk mencari penganan
siang.
Dam
0 komentar:
Posting Komentar