Dalam setiap zaman, kita merindukan orang besar. Dan setiap zaman
pun membentuk orang besarnya sendiri-sendiri. Ya, kita bisa saksikan hal
itu dalam sejarah, sejarah selalu mengangkat-angkat orang besar,
menguliti-nya dengan detail, mengorek-ngorek kehidupan dan cara
berfikirnya. Sejarawan menganggap bahwa dari pikiran orang besar, yang
kemudian menjadi tindakan orang besar, perubahan sosial akan tejadi.
Walau, sejarawan juga mengatakan bahwa orang besar selalu identik dengan
kekejaman, namun tidak selamanya begitu.
Saat-saat ini, bangsa
kita juga mencari orang besar. Sebelumnya kita sudah mengidentikkan,
merasa-rasa, dan menggali masa lalu orang besar - orang besar. Buku-buku
bertebaran tentang orang-orang itu dan kita takjub terhadapnya. Namun,
sejarawan pun mengatakan bahwa buku-buku tentang orang besar atau
biografi itu selalu jauh dari fakta sejarah dan hanya bercerita tentang
masa lalu. Sejarah tidak selalu tentang biografi orang hebat.
Dilema pun muncul ketika kita bicara tentang orang besar. Sebab, orang
besar adalah individu yang lahir dari suatu masyarakat, suku, ataupun
bangsa. Sejak kecil sebenarnya kita sudah dikondisikan untuk masuk ke
dunia sosial, yaitu melalui bahasa. Bahasa dan lingkungan-lah yang
membentuk karakter-karakter setiap individu, termasuk orang besar.
Gagasan-gagasan kita yang paling awal pun berasal dari gagasan-gagasan
orang lain.
Tapi, suatu zaman tetap membutuhkan orang besar.
Sebab, kata sejarawan Wedgwood, prilaku manusia sebagai individu sangat
berbeda dari prilaku mereka sebagai anggota kelompok atau kelas.
Makanya, kajian tentang orang besar tetap perlu, untuk mengetahui
motif-motif dari aksi mereka.
Kembali ke kondisi saat-saat ini.
Apakah bangsa kita membutuhkan orang besar? Ataukah kita sekadar
merindukan orang-orang besar? Seperti Theodor Mommsen (sejarawan Jerman)
merindukan sosok Caesar, raja Romawi dan membuat buku "History of Rome"
untuk mengembalikan semangat orang Jerman yang kecewa terhadap
kekacauan Revolusi Jerman pada 1848-1849.
Mengatasi kebingungan
saya terhadap orang besar, saya tertarik untuk mengutip deskripsi
Friedrich Hegel, "Orang besar pada zamannya adalah orang yang bisa
mengubah kehendak zamannya menjadi kata-kata, mengatakan kepada zamannya
apa kehendaknya dan mencapainya. Apa yang ia lakukan adalah inti dan
esensi dari zamannya; ia mengaktualisasi zamannya".
Dari
deskripsi tersebut, saya tak tahu, apakah orang besar-orang besar yang
ada tercetak bukunya di Gramedia saat ini sesuai dengan penggambaran
Hegel? Apakah orang nomor satu di negeri kita ini mampu mengangkat
zamannya dari kata-kata menjadi tindakan? Apakah bangsa kita, mampu
memproduksi orang besar-orang besar kelak ke depan? Apakah pemuda-pemuda
ke depan dapat memimpin negeri ini lebih baik dari pemimpin sekarang?
ataukah bangsa kita mulai gagal dalam sistem produksi pemimpin dan orang
besar? Dan hanya bisa memproduksi pekerja-pekerja dan pegawai rapi
berdasi yang loyo?
Saya tak tahu, sejarah kita di masa depan
mungkin hanyalah sejarah tentang geng motor yang tak berhasil dibrantas,
tentang KPK yang dilucuti, tentang mafia yang bereaksi di mana-mana.
Ada baiknya kita mulai menulis sejarah preman dan mafia di negeri ini.
Saya pun berfikir, akan sangat sulit rasanya mengandalkan orang-orang besar di Indonesia. Sebab, orang besar sangat kesulitan untuk membuktikan kata-katanya, untuk menangkal para begal, para mafia, para tukang omong kosong, orang besar tampak kesepian di puncak kuasanya.
Untuk itu, saat ini kita harus mulai mengajak para pemuda untuk berfikir ke depan. Tonggak sejarah selalu dimotori oleh pemuda, dan pemimpin masa depan sangat ditentukan bagaimana kiprah pemuda saat ini. Seperti kata-kata Mahatma Gandhi, Masa depan tergantung pada apa yang kita lakukan hari ini.Nah, para pemuda, apa yang Anda lakukan saat ini? Kalau yang Anda lakukan adalah hal yang biasa-biasa saja, maka tak heran ke depan Indonesia tak akan berbeda dengan masa sekarang. Dan hidup rakyat kita begitu-begitu saja, ketidakadilan akan kekal di Indonesia yang kita cintai ini.
Sekretariat identitas
7 Maret 2015
6 hari yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar