semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Gerakan Menghadap ke Laut, Pungut Sampah Plastik

Pada 19 Agustus 2018, serentak di 73 titik di Indonesia, berlangsung aksi pungut sampah plastik. Gerakan ini cukup massif, disambut oleh instansi - instansi terkait, dan juga anak-anak muda.
Ibu - ibu, bapak - bapak, pemuda - pemudi serentak memegang sapu, memegang karung, menggunakan kaos tangan memunguti sampah - sampah yang ada di Anjungan Pantai Losari. Sebagian menggunakan perahu menggunakan pengait mengambil sampah plastik yang terlihat di perairan.


Memang, tidak begitu banyak sampah yang diambil, lebih pada pertunjukan, seremoni. Sampah - sampah yang berada di dasar laut, dekat anjungan tidak sempat terangkat dan dibuang. Meski begitu, ada yang penting muncul pada gerakan ini. Spirit perubahan melalui gerakan - gerakan kolektif. Sebuah ajakan massal untuk merubah pandangan terhadap plastik.
Plastik yang sebelumnya menjadi penyelamat kehidupan sehari - hari kita. Wadah kita untuk menampung belanjaan di pasar dan ritel, kemasan makanan dan minuman yang kita beli di warung - warung, dan mungkin sebagian perabot dan peralatan makan kita. Harus kita lihat dan renungkan kembali. Kemungkinan dampaknya di kondisi sekarang dan masa depan.
Plastik menjadi salah satu ancaman terbesar di muka bumi, di samping carbon yang dibuang ke angkasa, pencemaran limbah - limbah pabrik yang merusak kualitas air sungai-sungai, krisis air di beberapa tempat, menurunnya populasi keanekaragaman hayati dan ancaman menghilangnya spesies - spesies endemik. Dalam rentang waktu hanya satu abad saja, tindakan - tindakan rakus dan egois manusia bisa mengancam satu planet, dengan ribuan spesies di dalamnya.
Menurut berbagai dokumen, setiap tahunnya manusia membuang sampah plastik ke laut sebanyak 8 juta ton. Sampah kolektif ini dibuang dengan sengaja, tanpa berfikir panjang, dan dilakukan secara kolektif. Sampah - sampah ini sebagian besar adalah kemasan makanan dan minuman, yang usia pakainya tidak lebih dari 15 menit.
Sampah - sampah plastik ini baik di pesisir maupun di laut sudah menjadi ancaman, khususnya bagi organisme pesisir. Sudah banyak ditemukan burung-burung, penyu, ikan paus, yang mati akibat terlalu banyak plastik dalam perut mereka.
Sampah plastik berenang - renang di laut, ditempa tekanan air, suhu, dan dicabik - cabik oleh organisme - organisme seperti jenis-jenis udang laut, dalam waktu tertentu polyethilene atau polimer itu menjadi butiran - butiran, berubah bentuk menjadi pecahan - pecahan mikroplastik.
Butiran - butiran mikro ini begitu mengancam, mula - mula bagi hewan - hewan laut. Ikan - ikan di beberapa perairan di dunia sudah mengandung mikroplastik dalam organ pencernaan mereka. Lebih parahnya lagi, mikroplastik ini terurai lagi menjadi nanoplastik, dan dikonsumsi oleh hewan - hewan renik, seperti zooplankton. Diperkirakan ada 600 spesies yang terkena dampak plastik.
Di samping itu, jika tak segera ditangani, tidak lama lagi di laut kita akan tercipta bubur plastik, yang akan menjadi titik balik kehancuran ummat manusia.
Kita tinggal memilih, menunggu kehancuran planet yang kita sayangi ini dengan membiarkan sampah - sampah mengapung di laut. Atau mengambil langkah bersama mengurangi sampah plastik, menggantinya dengan kemasan yang lebih diterima alam.
Aksi 19 Agustus terlihat sederhana, tapi mengandung pesan dalam. Bahwa sejak sekarang, kita harus mengurangi sampah plastik. Mengelola sampah dengan baik. Bahu - membahu mendorong kesadaran kepada warga untuk bijak terhadap produk - produk yang dikonsumsi.
Ayo kurangi Sampah Plastik. Ayo kita dengar Ibu Susi untuk tidak lagi membuang sampah ke laut. Laut adalah masa depan kita, Masa depan Indonesia.






0 komentar:

Gerakan Menghadap ke Laut, Pungut Sampah Plastik