Film ini bertutur banyak, tentu tentang perjalanan hidup seorang legenda musik - rock - dengan suara tinggi yang jernih, mulai dari sofrano tinggi hingga tenor tinggi. Freddie Mercury, nama sapaan yang menjangkar sejak ia bersekolah di ST. Mary School, Bombay, India, pada usia 12 tahun. Saat itu ia sudah celingak celinguk membentuk band sekolah bernama "The Hectic".
Freddie atau Faroukh Bulsara, pemuda parsi dengan keluarga yang menganut zoroasterian, tumbuh menjadi pemuda pemalu bergigi tonggos, yang menurut teman - teman kerjanya, sangat mencintai musik. Sejak kepindahannya ke Inggris, bersama keluarga kecilnya (ayah, ibu dan adik perempuannya), ia sempat bekerja di penjualan pakaian bekas dan Bandara Heathrow, dan akhirnya bertemu dengan Mary Austin. Ia pun tinggal berdua dengan Mary, yang berjanji menikahinya.
Namun, dalam perjalanan berikutnya, setelah Freddie membentuk Queen bersama Brian May (gitaris) dan Roger Taylor (drum), dan bekerjasama dengan Paul (eksekutif rekaman dari Electra Record), hubungannya dengan Mary kandas. Terjadi lompatan dalam seksualitas Freddie. Ia tiba-tiba saja berselingkuh dengan Paul, yang juga homoseksual. Mary pun akhirnya menyerah dan mengerti, bahwa Freddie memang cinta sejatinya, tapi bukan pasangan hidup. Saya belum mengerti betul, apakah ini yang disebut cinta agaphe - dan bukan sekadar cinta erotik.
**
Dalam film ini diceritakan genialitas Freddie, yang berhasil merangkul kawan - kawannya untuk menciptakan sebuah musik selera tinggi, bukan sekadar rock, tapi juga mengandung unsur instrumental, opera, teatherikal, dan tentu dengan konten - konten menarik. Seperti terangkum dalam lagu Bohemian Rapshody, ada kata galileo di dalamnya, ada kata bismillah di dalamnya. Hal ini yang membuat studio rekaman yang pertama melirik queen kebingungan dengan tema - tema musik yang dia ajukan. Lalu dengan gegabah menolak permintaan queen untuk pemutaran radio pertamanya, lantaran lagu tersebut berdurasi lebih dari 6 menit.
Biasanya, genial - kecerdasan holistik seperti ini lahir dari seorang yang tak lazim. Sebagaimana kecerdasan dan berkah alamiah itu sendiri sebagai ketaklaziman dimana orang kebanyakan. Salah satu yang berbeda itu, adalah orientasi seksualnya, yang sebenarnya ia tutup begitu rapat. Namun, begitulah orang - orang terkenal. Tak bisa bebas dari sorotan orang banyak. Mungkin saja, kebablasannya dalam melanggar norma sosial, menjadi unsur tertentu yang mendorong kreativitas dan imajinasinya. Dalam sebuah konfrensi pers yang mencoba memojokkan kepribadiannya, ia sempat melontarkan ejekan, "warga Amerika yang saleh, tapi pikirannya kotor".
Lebih dari itu, Freddie bersama Queen, yang merupakan keluarganya, telah memberikan warisan tak terbandingkan kepada dunia, dalam bentuk warna musik rock yang khas, suara indah, yang akan dikenang sepanjang masa.
Ia sendiri berkata, bahwa ia harus menjalani takdirnya. Dan, takdir itu sendiri yang merenggutnya. Memangsanya dengan indah, dalam balutan kharisma. Seorang pesohor, dengan segala kontradiksinya sebagai manusia biasa.
Film ini begitu jujur dan menyentuh. Layak ditonton oleh kawan - kawan, untuk lebih mengerti apa itu yang disebut kemanusiaan. Mahluk yang rentan, yang fana, yang mudah terjerumus, dan tentulah dengan begitu justru menegaskan kekuatan esensi manusia itu sendiri.
Seperti Adam, yang saleh dan pintar, tapi dengan ceroboh memetik buah khuldi. Terlempar dari surga, jatuh ke bumi yang asyik ini.
0 komentar:
Posting Komentar