Pada Minggu, 30 Oktober 2022, saya bertemu dengan Kak Emmy Maro, yang bernama betul Helmy Janne Maro. Menjelang petang, dengan mengendarai motor dari kota Kalabahi menyambanginya di Celyn Cafee, pesisir Mali_Kabola, dekat dari Bandara Mali Kabupaten Alor.
Ia terlihat sumringah Ketika saya tiba di café, melekat di badannya baju Jaring Nusantara berwarna merah maroon. Baju itu mengenangkan saya akan pertemuan dengan Kak Emmy pada 2014 silam di Kota Mataram Lombok, ketika kami bersama-sama mengikuti pelatihan Jaring Nusantara (Jarnus).
Kami pun duduk-duduk di bangku yang menghadap ke arah pantai, ngobrol lepas sembari menikmati ubi goreng dan pisang.
“Sayang betul, tiba sudah menjelang malam, kalau agak sore adek bisa bermain di laut bersama Celyn (anak semata wayangnya),” ujarnya, saat melihat Ahimsa sibuk menggaruk-garuk pasir dekat meja kami ngobrol.
Kak Emmy, sekitar 2018 membangun bisnis sendiri, yaitu café di pinggir laut serta homestay berupa dua kamar tidur. Cukup banyak turis yang telah menginap di homestay Celyn. “Mereka senang berlama-lama di sini. Cuma itu saja, sejak covid, kami mengurangi karyawan, jadi jika turis agak lama menginap kami akan sibuk mengurus sendiri sarapan dan perapihan kamar mereka,” cerita Emmy. Sepertinya ia sangat menikmati kesibukannya ini, di samping tugas-tugas sosialnya sebagai pengurus gereja dan lain-lain.
Saya sempat menanyakan buku Sejarah masuknya kristen di Alor, yang pernah saya baca ketika menginap di Homestay Celyn ini. Saya ingin memperoleh gambaran kembali mengenai karakter masyarakat Alor yang lenting menghadapi keadaan alam. Sayangnya buku itu sudah dipinjamkan ke peneliti asing, yang juga sedang mempelajari sejarah Alor.
Cerita kami pun masuk ke tema pengorganisasian rumput laut. Kak Emmy mengaku mulai berkurang keaktifan dalam pengorganisasian rumput laut sejak 2012, meski hingga saat ini ia masih mempertahankan sekretariat Forum Rumput Laut Alor (FORLA), organisasi yang dibentuknya Bersama Filipus Laka dan 8 pengurus yang disebutnya sebagai motivator, serta perwakilan pengusaha lokal, dengan dampingan Anne Boucard Lechat dari lembaga Swiss Contact.
Dari 2008-2012 itu, Emmy, selaku sekretaris sangat aktif berkeliling desa-desa pesisir untuk bertemu dengan para motivator desa, melakukan pencatatan, penggalian akar masalah, fasilitasi kebutuhan-kebutuhan petani rumput laut. “kami mengurusnya sangat panjang, sayang juga jika dibiarkan begitu saja,” ujar Emmy.
Forum itu representatif petani rumput di Alor, dengan lembaga itu terdapat perwakilan petani rumput laut untuk berbicara dengan pemerintah atau pihak-pihak yang terkait. Pernyataan ini mengingatkan saya pada inti maksud sebuah lembaga sosial/swadaya, yaitu sebagai wadah warga untuk berkomunikasi/bertarung dengan pengambil kebijakan, jika saja terdapat aturan-aturan yang menghambat gerak-gerak/inisiatif-inisiatif warga. Tentu, dengan mundur atau tidak aktifnya Forla, sulit lagi menemukan suatu badan yang bersifat representatif warga/menyuarakan kepentingan warga, yang berasal dari warga itu sendiri.
Dalam forum yang memiliki visi sebagai sebagai wadah yang terbuka bagi pembudidaya rumput laut, pengusaha dan pihak lain, untuk bersama-sama mengembangkan budidaya rumput laut Alor itu, ia menghabiskan waktunya untuk mendorong Forla menjadi tempat berdiskusi, pusat informasi dan pelayanan bagi pembudidaya rumput laut, harapannya Forla dapat menjadi rumah bersama rumput laut.
“Saat itu kami dapat berdiskusi langsung dengan Ibu Anne, selalu berdiskusi untuk merumuskan agenda-agenda,” kata Emmy. Karena itu, dari Forla ini muncul ide-ide otentik, seperti pelatihan untuk para motivator untuk teknis rumput laut, manajemen, penggunaan alat computer, studi banding. Kemudian dari motivator inilah informasi-informasi seputar rumput laut disalurkan ke pembudidaya rumput laut di desa-desa Alor. Selain itu, untuk penguatan ekonomi, Forla memfasilitasi pembelian rumput laut kering, penyediaan stok bibit rumput laut, serta botol bekas untuk pelampung rumput laut. “Ide tabungan rumput laut itu murni dari kami, karena itu banyak petani rumput laut dapat mengkuliahkan anak-anaknya ke Jawa,” tegas Emmy.
Selain Swiss Contact, Emmy merasa senang bekerjasama dengan WWF-Indonesia. Forla juga terlibat dalam desain Better Management Practices (BMP) Budidaya Rumput Laut. “Saya senang dulu didampingi oleh Nur Ahyani (Aquaculture Staff) kala itu, karena selain dia mendengar kami, dia juga punya pemahaman mendalam mengenai rumput laut”. Nur Ahyani juga memfasilitasi Forla untuk penyediaan Solar Dryer untuk mempercepat pengeringan rumput laut. Sewaktu masa paceklik rumput laut di tahun-tahun 2018-2019, fasilitas ini digunakan untuk mengeringkan kemiri. Walaupun juga terdapat beberapa hal dimana Emmy tidak terlalu menanggapi secara serius.
Saya pun mencoba menggodanya untuk terlibat lagi dalam pendampingan budidaya rumput laut. Sebab, terlihat matanya bercahaya Ketika bicara rumput laut. “Kalau sudah urusan rumput laut, suami saya tidak ada tanya-tanya lagi,” katanya. Jiwanya masih tentang rumput laut, walau saat ini ia sudah disibukkan dengan manajemen bisnis café, yang dikelolanya sendiri bersama keluarga. Nah, tentang bisnisnya ini, terdapat pernyataan tak disangka-sangka, “Om Idham, saya terinspirasi buat ini café juga karena sempat diajak keliling Makassar oleh Om Idham,” kata Emmy. Wah, memang dulu, pada 2015, Ketika pertemuan Jarnus di Makassar, saya sempat mengajaknya putar-putar Makassar, menyambangi beberapa café dan restoran.
Ahimsa ikut bermain karet Bersama Celyn, baju dan celananya penuh pasir, bahkan ia merayap serupa tentara di pasir. Cukup lama kami membujuknya untuk membersihkan tangan dan kaki, untuk pulang Kembali ke Kalabahi. Buku “Air Mati Perikanan” saya serahkan ke Kak Emmy. Celyn tak sabar membukanya. Kapan-kapan, kalau ke sini lagi, saya akan membawa buku lagi, ungkapku dalam hati.
Saya Bersama istri dan anak-anak Kembali ke Kalabahi, menembus malam, besar harapan dapat berdiskusi Kembali dengan Kak Emmy, untuk bersama-sama lagi mendiskusikan dan merancang organisasi rumput laut.
Kak Emmy tampaknya tak bisa dijauhkan dari rumput laut.

Terimakasih Kak Emmy atas jamuannya. Sehat selalu, semoga Celyn Cafe panjang umur dan mensejahterahkan.
0 komentar:
Posting Komentar