semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Pemilu Raya Unhas

Semenjak terbentuk Juni 2007 lalu, Komite Pemilihan Umum (KPU) sudah beberapa kali (......) menjadwalkan Pemilu Raya Kema Unhas. Namun sebanyak itu pula pegelaran akbar tersebut dibatalkan. Pertama pada bulan november, lalu Desember, kemudian Februari dan terakhir pada 14 April kemarin. Tentunya pemunduran jadwal itu membuatnya terkesan tak serius. KPU terlihat mirip kendaraan bermotor tua yang selalu mogok sebelum sampai ke tujuan.

Kinerja KPU dalam rentang waktu berbulan-bulan tak berbuah hasil maksimal. Buktinya, tujuan utama berdirinya Lema yaitu mempersatukan lembaga mahasiswa tingkat fakultas seperti tak menemukan benang merah. Teknik dan Sastra sedari awal hingga kini emoh bergabung dalam perahu Lema UH. FKM dan Kelautan pun ikut ngambek. Meski tak mendapat angin segar dari beberapa BEM fakultas, KPU tetap bersih keras menggelar Pemira (Pemilu Raya). Dalihnya, mereka sudah capai bekerja dan ingin menuntaskan tugasnya sesegera mungkin. Solusinya, mereka menetapkan sistem kepartaian dalam Pemira, karena tak terbebani sekat-sekat fakultas.

Bulan-bulanan KPU itu membuat keberadaan Lembaga Mahasiswa (Lema UH) seakan tak menjadi prioritas. Iklim kampus menjelang Pemira pun tampak adem ayem. Angin sosialisasi KPU macam spanduk dan famplet tak juga mengusik kesadaran politik sebagian besar mahasiswa. Perbincangan mengenai Pemira yang biasanya ramai pada setiap pemilu dimana saja pun jarang terdengar. Barangkali, pada domain pengurus BEM fakultas juga terjadi hal serupa. Hanya sedikit yang mau ambil pusing dengan keberadaan KPU ataupun Lema.

Jika melirik tahun-tahun sebelumnya, sejarah Pemira memang kelabu. Pada Pemira tahun 2000, cuma 3000 mahasiswa yang memberikan hak pilihnya, tahun 2006 terakhir sekitar 6000 pemilih dari 21.000 mahasiswa yang mempunyai suara. Lema yang terbentuk pun tak jelas juntrungannya. Harianto, presiden BEM terpilih pada Pemira tahun 2000 menyisakan jejak buruk karena laporan pertanggungjawabannya tak kunjung kelar. Arham, presiden terpilih pada Pemira 2006 juga tak berhasil membawa lembaga mahasiswa Unhas ke titik terang. Berbagai isu nasional tak ditanggapi serius, kasus-kasus pelecehan mahasiswa, macam skorsing tak mendapatkan upaya advokasi. Pemamfaatan anggaran yang tidak efisien serta pengurus Lema di masa Arham pun banyak yang lari dari tanggungjawab.

Menurut perkembangan terakhir, Pemira akan digelar pada tanggal 28 April ini. Batasan antara serius dan lelucon sangat tipis, sehingga kepastian Pemira masih dalam tanda tanya. Dana pemilu yang jumlahnya (.......) itu yang selama ini menjadi penghambat sudah turun. Jadi sudah tak ada lagi alasan untuk menunda-nunda setelah ini. Namun, partisipasi mahasiswa untuk memakai hak suara menjadi kecemasan lain. Apakah jumlahnya meningkat dari Pemira 2006 atau malah terjun jauh. perkiraannya masih kabur.

Pertanda buruknya sudah disebutkan di atas. Kita tinggal menunggu tanggal mainnya saja. Calon-calon presiden sudah siap adu pengaruh. Famplet famlet kandidat telah mewarnai media-media pengumuman. Warga Unhas mungkin sudah mulai penasaran. Apa itu lema dan bagaimana kandidat yang ada di famplet tersebut. Namun, kekhawatiran baru muncul. Apakah kesadaran pemilih hanya terbentuk dengan pesona kandidat atau golongan partainya saja. Bukan lahir dari analisa nalar dan objektif tapi sekadar terbuai dengan janji-janji utopis para kandidat. Dimana ujungnya para pemilih yang memang sedari awal tak tahu-menahu mengenai Lema dan kekuasaan ini ditinggalkan begitu saja tanpa ada kesadaran untuk menuntut haknya kembali.

Lazimnya pemilu besar lainnya, Lema seperti kue yang diperebutkan oleh banyak golongan. Golongan yang berhasil menduduki tampuk kepemimpinan Lema tentu saja akan dapat menyetir beragam isu sesuai doktrin ideologis kelompoknya. Kalau sudah begitu mahasiswa lain akan tersingkir, padahal mereka juga punya hak untuk mendapat angin segar dari Lema. Tentunya ini adalah tugas dan tanggungjawab kita bersama untuk mengontrol kinerja Lema. Semoga Lema ke depan, entah terbentuk atau tidak bukan menjadi kendaraan politik seorang atau segelintir orang saja, tapi menjadi perangkat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan seluruh civitas akademika.

Tajuk Akhir April 2008
PK. Identitas Unhas

Idham Malik



0 komentar:

Pemilu Raya Unhas