semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Virus Politik Masuk Kampus

Siang itu, Minggu, (5/10/08), di Gedung Jendral M Yusuf terselenggara Ramah Tamah dan Reuni Alumni se-Agrokompleks. Acaranya cukup menarik, karena mampu menghibur para alumni dengan lagu-lagu daerah dan nostalgia, pun itu dapat mengembalikan memori para alumni saat melihat kawan-kawannya sewaktu kuliah dulu.
Namun sialnya, muncul nuansa berbeda dalam reuni akbar itu, salah satu tim pemenangan Pilkada Walikota Makassar kelihatan tampak mendominasi acara. Itu terlihat dari slide video yang diulang terus menerus pada layar di dekat panggung, yang tak lain berisi kampaye salah satu calon yang dengar-dengar adalah alumni agrokompleks. Bisa jadi hal itu bisa merusak iklim ramah tamah, toh para alumni datang untuk bernostalgia, bukan untuk mendengarkan ocehan garing para pemain politik.

Fenomena yang hampir sama tampil pula di Gedung AP Pettarani Unhas, pada acara tudang sipulung dalam rangka Reuni Akbar Ikatan Alumni (IKA) Unhas, Senin, (6/10/08). Kali ini bukan calon lokal yang mendominasi, tapi calon pemimpin nasional yang juga adalah alumni kampus merah.

Meski hal itu dilakukan oleh IKA yang notabene terlepas dari struktur birokrasi Unhas, sehingga IKA dapat melakukan apa saja tanpa intervensi Unhas, tetap saja IKA terikat secara nilai dengan institusi pendidikan ini. Institusi beserta semua yang terkait dengannya sangat dituntut untuk independen dalam segala hal yang berbau politik. Pun jika ingin berpihak, secara personal saja, bukan dilegalkan secara institusi dengan cara mengizinkan kampanye terselubung dalam kampus. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri telah mencamkam bahwa kampus termasuk zona putih pada masa kampanye.

Melirik gejala ini, sepertinya ada yang timpang pada identitas intelektualitas kita. Kini, para intelek tampak menjauh dari ciri seorang intelektual, yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan memadai sehingga mampu menangkap fenomena yang tengah berlangsung di masyarakat, sanggup menanggung resiko demi menegakkan keadilan dan kebenaran. Kemampuan ini tak dimiliki oleh kelompok masyarakat lain, karena mereka dapat melahirkan ide segar yang menjadi pendorong perubahan sosial.

Intelektual yang menjamur sekarang adalah mereka yang pintar namun berpikir pragmatis, tak lagi berpikir baik buruk, tapi cendrung lebih memilih yang menguntungkan atau sesuai dengan kepentingannya. Hal ini tampak dari tak jelasnya komitmen para intelek untuk melakukan kritik terhadap prilaku penguasa yang menyimpang, bahkan ikut terombang-ambing dalam jaring-jaring kekuasaan, khususnya pada iklim politik saat ini. Celakanya secara institusi, univesitas pun ikut terlibat jauh.

Intelektual macam ini terdiri dari dua kelompok, yang pertama adalah mereka yang menentang perubahan, yaitu mereka yang bermain aman, mendukung statusquo, dan takut ambil risiko. Kedua adalah intelektual “netral”, mereka yang atas nama obyektivitas ilmu tidak pernah tertarik untuk melakukan pemihakan, baik ke arah statusquo atau pada perubahan sosial. Meski begitu, dominan intelektual kategori ini selalu menunggu arah angin, menunggu pemenang pada akhir kompetisi, setelah itu mereka pun berlomba-lomba menuju barisan depan ketika perubahan sosial telah usai.
Atau bisa juga intelektual macam ini disebut intelektual pasif, cinta damai. Tapi persoalannya, apakah kesewenang-wenangan dan keboborokan harus dibiarkan begitu saja? Tentunya intelektual tersebut sangat immoral, karena membiarkan kejaharan menjamur di bumi Indonesia ini.

Tampaknya universitas terbesar di Indonesia Timur ini telah terjangkiti virus-virus politik. Toh mahasiswa kecipratan virus ini juga. Dengan santai mereka mengenakan baju berbau politik di dalam kampus. Heran.. mahasiswa yang mungkin otaknya masih belum terkontaminasi juga ikut meruwetkan persoalan. Kata seorang mahasiswa yang mengenakan baju kaos tersebut, bahwa itu pemberian salah seorang calon walikota dan menjadi legal karena mendapat restu birokrasi salah satu fakultas yang memang mengharuskan mahasiswa mengenakannya saat beraktivitas ekstrakurikuler.

Pusing rasanya, di simpan dimana ya intelektualitas mahasiswa itu, lebih pusing lagi melihat tingkah universitas yang sepertinya telah melelang kampus kebanggaan ini kepada pialang-pialang politik..

Tajuk Awal Oktober 2008
Pk. Identitas Unhas
Idham malik



0 komentar:

Virus Politik Masuk Kampus