1 minggu yang lalu
Tempat
Sepekan ini tak ada kejadian menarik, kebanyakan tenggelam dalam rutinitas absurb dan mungkin polos. Saya tak tahu, apakah ini yang disebut aktivitas, dimana waktu mengalir begitu saja, dan terasa lamban. Namun, kadang saya menikmatinya juga, sembari berleyeh-leyeh di kontrakan bertelekan buku..
Barangkali, ada yang lenyap, tapi saya tak begitu tahu pasti, apa gerangan, mungkinkah tujuan, garis batas, atau kah passion? sepertinya gairah itu sebentar-sebentar datang, sebentar-sebentar pergi, ia seperti musafir yang selalu bergeliat dan tak puas di suatu tempat. Atau ia selaksa mendung yang muncul tiba-tiba dan membuat udara mendingin dan rasa malas mendera..
Yah.. hidup itu adakalanya seperti petir yang terang dan menakutkan, adakalanya seperti padang gersang dimana yang ada hanya debu, pasir, dan hembusan angin. Dan, sebagai manusia, kita tak layak putus asa, medan harus disusuri, hingga bertemu dengan garis batas lagi, bertemu dengan keasingan baru lagi. Alam tak pernah bosan menyapa kita, kitalah yang mungkin bosan, dan merasa boyak..
Dalam hidup, sikap itulah yang kita lawan, tentu dengan sikap yang lebih garang dengan tak jemu-jemu mencari titik persoalan. Titik-titik masalah ini, yang hendak kita pecahkan, kita pelajari dan kuasai, disitulah mungkin nikmatnya hidup, ketika kita menemukan sesuatu yang baru, yang aneh, dan mungkin sangat berguna bagi alam dan kebanyakan orang. Dimana saat mencari itu, saat penelusuran itu kita menemukan beragam dinding, tebing, yang menjelma menjadi wujud-wujud tak asing, yang mungkin berupa kawan-kawan kita, kondisi lingkungan, dan tentu diri sendiri.. yang terakhir inilah yang penghambat utama, dimana kita selalu “merasa” kurang, dan parahnya kalau merasa lebih..
Sejarah hidup kita telah menunjukkan, bahwa banyak tipikal dinding yang sejenis, yang kadar mengancamnya tak beda jauh, dan mungkin jauh di bawah standar yang dulu pernah kita tetapkan. Sehingga telah membentuk kita menjadi lebih kuat, lebih tahan terhadap keadaan. Tapi, ketika kita dilemparkan pada sebuah situasi baru, yang lama itu seakan-akan terhapus, dan kita lupa bahwa sebenarnya kita ini “kuat”.
Saya tak begitu yakin dengan gembar-gembor itu, dan saya menelusuri intuisi baru, apakah waktu menunjukkan perubahan sikap? Apakah momentum dan gerak perubahan seakan membuat kita menjadi manusia baru, yang melupakan sejarah gemilang kita.. yang mungkin membuat kita tak berdaya di negeri asing, di tempat yang tak nyaman..
Saya berpikir, bahwa kadang kita selalu ditempatkan pada kondisi-kondisi transisi, yang ujub-ujubnya membuat kita linglung. Padahal, pada posisi itu, sebenarnya akan muncul titik balik (turning point), dimana kita akan memperoleh khasanah baru, kedalaman intuisi yang tak tercerna tanpa proses itu. Menurut teori, untuk menghasilkan keteraturan baru yang luxerious, kita harus masuk dalam kondisi instabilitas, acak, penuh probabilitas, atau titik kritis dan mungkin kegamangan.. mengenai kondisi krisis ini, tergantung dalam penafsiran Anda masing-masing.
Kita hidup sekarang dan di tempat ini, dan kita tak layak berharap lari.. karena,,, “tempat terbaik itu adalah tempat kita berada sekarang ini..”!! Di tempat ini, saya yakin, akan muncul kondisi baru itu,, kestabilan baru yang sesuai dengan pola kognitif yang kita inginkan.. amin..
Selasa, 5 Juli 2011
0 komentar:
Posting Komentar