semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Perempuan dan Lingkungan

(Tulisan ini terbit di kolom literasi di koran harian Tempo pada 9 Maret 2013)


“Perempuan adalah mahluk yang misterius”, kata ini santer terdengar di telinga kita, apalagi di kuping para lelaki. Katanya perempuan itu sulit ditebak keinginannya, awalnya manis, semenit kemudian dapat menjadi begitu galak. Tapi menurut filsuf wanita asal Prancis, Simone de Beauvoir (1908 – 1986), predikat misteri itu sengaja dilekatkan pada perempuan, sebab kuasa selalu bersembunyi dibalik misteri. 

Delapan Maret ini perempuan patut berbangga, sebab gender-nya diperingati seantero jagad sebagai hari Perempuan Sedunia. Kita pun diajak berefleksi terhadap tantangan yang dihadapi kaum perempuan, seperti maraknya kasus pelecehan di angkutan umum, pemerkosaan, inses orang tua terhadap anak, perdagangan anak perempuan, hamil diluar nikah, hingga penyakit kelamin. Meski begitu, kita pun tak boleh lupa pada peranan besar perempuan terhadap kehidupan keluarga dan penjagaan terhadap lingkungan.



Isu sensitif lain selain perempuan adalah isu lingkungan. Saat ini kita justru berhadap-hadapan dengan alam, seperti seringnya bencana banjir, Rob, longsor, dan kekeringan. Alam seakan meluapkan amarahnya lewat bencana, padahal yang menyebabkan alam goncang dan bergeser tak lain akibat perbuatan manusia juga.

Ada apa dengan perempuan dan lingkungan ini? menurut saya, kedua entitas ini memiliki kemiripan watak, sama-sama mengandung harmoni, pemelihara, feminim, dan lembut. Cenderung bersifat (Yin-filsafat Tiongkok). Namun, celakanya perempuan dan bumi pada akhirnya sama-sama menjadi korban dari keserakahan dan keangkuhan ilmu pengetahuan, disimbolkan dengan Yang.   

Ini sebanding dengan teori James Lovelock. Ilmuan Inggris yang lahir pada 1919 ini percaya bahwa bumi itu hidup, mengalami pengaturan terus-menerus meski terdapat gangguan dari luar. Lovelock menamakan teorinya dengan Gaia Hypothesis, yang terinspirasi dari nama salah satu dewi Yunani, yaitu Dewi Bumi/Gaia. Dari rahim Gaia ini lahir alam semesta, muncullah Uranus sang langit berbintang, disusul Oceanus, Coeus dan Crius, Crius, Titan Hyperion dan Lapetus, Phoebe si mahakota emas. Gaia mirip dengan Dewi Sri pada mitologi Hindu. Dewi Sri dipercaya mampu mengontrol bahan makanan di muka bumi.   

Meski perempuan dan alam terlihat terlihat sangat berkaitan, perempuan belum punya kebebasan memelihara alam. Perempuan terperangkap dalam budaya patriarki, budaya yang mengutamakan laki-laki yang dianggap lebih rasional dan lebih kuat secara fisik. Sehingga laki-laki-lah yang berperan mengambil kebijakan mengelola alam, yang terkesan egoistik. Tapi lantaran keserakahannya itu pada akhirya mengakibatkan kerusakan lingkungan.  

Watak serakah ini dapat ditarik akarnya dari filsafat modern Descartes dan kosmologi Isaac Newton. Descartes membedakan alam manusia dalam res cogitan dan res extensa. Pikiran terpisah dari tubuh, sehingga pikiran dengan mudahnya mengeksploitasi tubuh. Juga pandangan analisisnya, yang selalu melihat masalah secara sepotong-sepotong. Alam pun hanya dilihat dari perspektif ekonomi, tanpa mempertimbangkan lingkungan. Kosmologi Isac Newton memandang alam ini sebagai jam raksasa. Sebuah benda yang dapat diketahui masa depan dan masa lalunya secara pasti. Alam adalah sesuatu yang mutak dan bebas kita bentuk seenaknya.

Namun kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh keserakahan manusia itu tanpa disadari justru berefek pada keselamatan perempuan. Misalnya korban dalam penggunaan zat-zat berbahaya yang diproduksi ilmu pengetahuan dan industri untuk rumah tangga, tak lain adalah perempuan. Perempuan belum tentu bebas dari bahan pestisida dan bahan beracun lainnya.      

Apalagi jika dikaitkan dengan globalisasi, pada dunia yang sudah dianggap datar ini masih ada saja perempuan yang sengaja dijadikan buruh murah. Mereka dibuat bergantung kepada pemilik modal yang mengontrol pertanian di kampung mereka, seperti penentuan tanaman, pemilihan bibit, pengelolaan air (irigasi), pemupukan, pestisida buatan sampai penentuan harga pada produk mereka. Patut dipikirkan bahwa perubahan cuaca yang menyebabkan musim kemarau semakin panjang adalah buntut dari keserakahan manusia.

Sehingga, memperingati hari Perempuan Sedunia ini patutlah diutarakan bahwa perempuan adalah aset utama untuk mengembalikan kasadaran lingkungan. Itu bisa dimulai dengan mewujudkan pola konsumsi hijau dalam rumah tangga, pemilahan sampah menjadi sampah organik dan non organik, pengurangan timbunan sampah dengan menjadikannya sebagai kompos. Perempuan pun sangat berperan penting menanamkan kesadaran lingkungan kepada anak sejak usia dini, sebab ibu merupakan media edukasi pertama bagi anak-anak.

Simone de Beuvoir pun pernah berkata, “Perempuan sama dengan laki-laki, ia juga rasional dan kritis”.    




0 komentar:

Perempuan dan Lingkungan