semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Songkok

Suatu ketika, Sutan Sjahrir berdikusi dengan seorang oma keturunan Belanda dalam sebuah kereta, pasca proklamasi Indonesia 17 Agustus 1945. Pembicaraan dalam bahasa Belanda itu begitu khusyuk, Sjahrir menampakkan keprihatinan yang mendalam mengenai penderitaan yang dialami oleh orang-orang Belanda di negeri baru ini, membuat Oma tersentuh dan menangis.

Lalu, Oma mengatakan, kenapa kamu masih di sini, kenapa tidak pulang ke Belanda?
Sjahrir lalu menjawab, saya orang Indonesia Oma.
Oma pun terkejut.
Sjahrir lalu melepas songkok-nya, meyakinkan si Oma bahwa dia betul-betul Orang Indonesia. Lalu, Sjahrir menunjukkan songkok-nya dan mengenakannya kembali, Bung kecil ini pun mengatakan 
"Songkok ini sebagai bukti bahwa saya adalah pendukung Soekarno".

***
Kini, Songkok tetap digunakan, di samping jenis-jenis peci yang lain. Melihat orang menggunakan songkok, apalagi jenis yang lain, seperti peci berwarna putih, disertai surban, sudah menimbulkan maksud lain, yang jauh berbeda dengan maksud Sjahrir di atas. Peci murni sebagai representasi simbol membela Islam, sesuai dengan tafsiran pihak yang mengenakan peci itu.
Semoga isi kepala di bawah songkok-peci itu, tetap ada semangat nasionalisme Soekarno di dalamnya. Tetap ada semangat Gusdur di dalamnya. Tetap ada semangat Sjahrir di dalamnya.
Songkok - Peci boleh sama, Isi kepala-lah yang berbeda-beda.






0 komentar:

Songkok