semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Pejalan Kaki

Di kota kota besar di Indonesia, termasuk Makassar, tidak banyak ditemukan fasilitas khusus untuk pejalan kaki atau pedestrian. Jalan raya dengan rumah atau ruko hanya dibatasi beberapa jengkal tanah atau pasir. Sementara itu, rata - rata warga Makassar beraktivitas di luar rumah memanfaatkan kendaraan pribadi berupa motor atau mobil, sebagian memanfaatkan kendaraan publik.
Apakah fenomena ini tampak sinkron? Di satu sisi kurangnya fasilitas pedestrian dan di sisi lain memang warga tampak nyaman dengan kendaraannya. Orang berjalan kaki, hanya untuk kepentingan - kepentingan tertentu, seperti dalam rangka mencari kendaraan umum atau berjalan untuk jarak pendek antara tempat parkir kendaraan dengan restoran misalnya.
Mungkin ada pejalan kaki, seperti turis dari luar maupun lokal dalam negeri, namun disertai keluh kesah. Asap kendaraan bermotor mencemari hidung, ancaman seruduk kendaraan yang tergesa-gesa, kurangnya sesuatu yang menarik untuk dinikmati sambil berjalan, seperti deretan jajanan - jajanan, bangunan - bangunan kuno, atau taman - taman kota yang asri. Sejauh ini, orang merasa nyaman berjalan kaki hanya di tempat - tempat tertentu, misalnya di dekat pantai wisata, di area perbelanjaan dekat pelabuhan, di area perkantoran pemerintahan, itu pun dengan deretan mobil parkir yang awut - awutan memangkas jalan.
**
Seminggu berada di Bangkok, pada 25 - 30 Juni 2018 lalu, sedikit mewarnai pandangan saya mengenai tata kota, termasuk penataan pedestrian. Apa yang berbeda?
Setiap sore dan malam, ketika sesi pelatihan usai, saya menyempatkan waktu berjalan kaki, melintasi jalan - jalan kota dekat hotel yang saya tempati. melalui gedung -gedung pemerintahan, toko-toko, cafe, restoran-restoran, dengan memanfaatkan fasilitas pedestrian yang mumpuni.

                            Pejalan Kaki di Chatucak, Weekend Market, Bangkok

Nikmat juga, sebab kita merasakan energi positif dari orang - orang yang juga berjalan kaki lalu lalang di pinggir jalan, rata - rata berusia muda (tampaknya Thailand sedang bonus demografi). Dan orang - orang itu, beberapa di antaranya adalah penikmat jalan atau turis yang datang dari penjuru kota di dunia. Selain itu, di pinggir jalan, berderet -deret jajanan rakyat, baik berupa seafood maupun daging hewan babi (cukup banyak), penjual oleh - oleh berupa baju maupun sovenir - souvenir. Tak muncul rasa lelah, justru yang datang adalah bahagia. Sebab menerima kebaruan pandangan dan suasana.
Untuk masyarakat Bangkok sendiri, juga lebih banyak memilih bepergian dengan transportasi publik, sehingga ketika sore hari, sehabis kerja, sebagian besar anak - anak muda pekerja bangkok, juga berlalu lalang di pinggir jalan. Mereka tak langsung pulang ke rumah, mungkin bersama teman/sahabat maupun pacar singgah dulu menikmati jajanan pinggir jalan, masuk dulu ke restoran atau cafee, apalagi minggu minggu terakhir, malam - malam kita disajikan dengan adegan laga piala dunia. Anak - anak muda tentu menikmati pertandingan bola itu di cafe, bersama satu atau dua gelas bir. Makanya, selalu muncul pemandangan gadis mabuk digotong pacarnya di pinggir jalan.
Di jalan - jalan, juga berlalu lalang mobil khas bangkok, yaitu Tuk Tuk. Transportasi ini menambah suasana tradisi budaya jalanan Bangkok. Bersama bis - bis tua dengan jendela - jendela terbuka, berbaur dengan taksi - taksi yang juga sudah berumur. Di sisi atas, terdapat kereta api modern yang melayang (sky train). Jalanan Bangkok menjadi pertemuan antara yang modern dan tradisional. Yang lama dirawat dan diwariskan, yang baru datang dan tak mengganggu.

                         Kendaraan tradisional Bangkok, yaitu Tuk Tuk.

Lalu, diantara ramuan itu terdapat pedestrian tempat anak anak muda memanjakan mata dan membakar kolesterol, dan menjadi habitat ekonomi rakyat melalui jajanan seafood dan buah - buahan.
Saya tidak tahu apa hasilnya. Tapi yang tampak cukup mengejutkan. Di antaranya bentuk tubuh warga bangkok rata -rata mendekati ideal. tidak banyak terlihat warga Thailand di jalan - jalan yang mengidap obesitas. Mungkin, tingkat bahagia warganya cukup tinggi, dengan aktivitas olahraga jalan kaki yang menyenangkan, membuat tubuh mengeluarkan hormon hormon yang merangsang kenyamanan tubuh dan otak. Warga kota juga dapat menghilangkan stress kerja di kantor dengan memanfaatkan malam - malamnya di jalanan, sembari menikmati kopi, thaitea, bir singha dan tom yum (seafood udang - cumi dengan kuah yang agak pedas). Hal ini, akan berdampak pada produktivitas kerja warga Bangkok. Tentu, rakyat Thailand yang menjajakan makanan di pinggir jalan, dapat hidup normal memperoleh rezeki dari warga pejalan kaki.
Saya tiba - tiba mengingat ucapan kawan saya, Rahmat Zainal, itu katanya efek dari hadirnya negara. Negara sebagai mesin hadir untuk menciptakan sistem-infrastruktur yang tepat bagi kenyamanan dan kemakmuran rakyatnya.
**
Lantas, bagaimana dengan Makassar. Apakah sistem poltik ekonomi di Makassar dapat menciptakan suasana dan habitat kenyamanan dan kemakmuran bagi warga Makassar?
Saat ini, di Makassar, yang menang adalah Kotak Kosong. Hilangnya kepercayaan kepada calon tunggal penguasa. Disertai bau bacin di jalan - jalan wisata Makassar.




0 komentar:

Pejalan Kaki