semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Pemimpin Muda

Sore hari, Kamis, 6 Desember 2018, dalam sebuah perjalanan panjang antara Makassar - Luwu, kami singgah di sebuah cafe pinggir Sungai Pangkep. Cafe Logos. Dari namanya, tersirat pesan, bahwa pemilik dan orang - orang yang berkecimpung di dalamnya, adalah penghuni alam logos. Alam pikiran.
Sepertinya begitu, tahu - tahu, Kak Bachrianto Bachtiar, pemimpin perjalanan, satu meja dengan seorang pemuda bernama Hasanuddin (30). Sekilas, dari sopan santunnya, Hasan bukan sembarang pemuda. Betul, Hasan adalah Kepala Desa di sebuah pulau penangkap ikan karang di Pangkajene Kepulauan, yaitu Kapoposang.
Kami berkenalan. Saya lebih banyak mendengar. Saya mulai tertarik ketika dia menjelaskan bahwa di pulaunya, sudah sangat jarang nelayan menggunakan bom untuk menangkap ikan. Rata - rata nelayan sudah menggunakan pancing tangan atau handline fishing. Saya crosscheck lagi, apakah menggunakan bius? Apalagi itu, nelayan murni menggunakan alat tangkap ramah lingkungan.
Apakah masyarakatnya sejahtera? Hasan menjelaskan umumnya dapat hidup normal. Pada September - April, nelayan menangkap ikan karang hidup, berupa kerapu sunu, macan, mosso. Kerapu berukuran di atas 8 ons dihargai hingga Rp. 500 - 700 ribu/kilogramnya. Jika ikannya mati, juga dihargai cukup tinggi, yaitu Rp. 90 - 100 ribu/kilogram. Selain ikan sunu, nelayan juga biasa memperoleh jejenis ikan kakap.
"Nelayan saya hanya bekerja kurang lebih 6 - 8 jam/hari. Keluar subuh dan pulang pada tengah hari. Jika mereka sudah dapat 2 - 3 ekor, mereka sudah senang," Ujar Hasan. Ikan - ikan itu berenang dalam palka, yang terdapat lubang - lubang di sisi - sisinya. Sehingga air keluar masuk ke dalam palka dan tidak lagi membutuhkan aerasi untuk menambah oksigen ke dalam air.
Ikan ikan itu dikumpulkan dan diantar segera ke Pelabuhan Ikan Paotere, Makassar. Di sana, ikan tersebut diperebutkan oleh para eksportir ikan karang, untuk dijual ke luar negeri.
Saya tanya lagi, kenapa harus saat musim ombak nelayan menangkap ikan? Apakah mereka tidak takut?
Hasan menimpali, justru saat musim ombak seperti itu, ikan lagi banyak-banyaknya. Nelayan hanya memancing ikan tersebut dengan umpan plastik berbentuk udang-udangan, Mungkin, karena ombak keras, ikan karang cepat lapar, dan tanpa memperhitungkan menerkam umpan plastik nelayan. "Soal ombak, itu sudah bagian dari kehidupan nelayan," tambah Hasan.
**
Beberapa tahu sebelumnya, nelayan di pulaunya masih banyak yang menggunakan bom dan bius dalam menangkap ikan. Tapi, ketika ia memimpin desa pada dua tahun lalu. Pembom ikan lama kelamaan pudar. Ia menerapkan hukum untuk menangkap pelaku yang terbukti melakukan tindakan destruktif, seperti bom dan bius. Hasan tidak pandang bulu, bahkan orang - orang yang dikenalnya dengan baik dia dapat penjarakan.
Hasan telah memenjarakan beberapa nelayan. Dan saat ini ia terus memantau warganya yang merusak laut. Ia mungkin sedikit takut. Tapi, ia melaksanakan tugasnya dengan baik. Bahkan, ia tidak sekadar menghukum. Ia mencarikan jalan keluar untuk kesejahteraan warganya. Ia dorong pariwisata. Ia dorong pelatihan pelayanan penyelaman di perairan dekat pulaunya. Ia berfikir, untuk menerapkan metode budidaya melalui keramba jaring apung, untuk pembesaran ikan pada musim - musim paceklik, yaitu Mei - September. Sebelumnya, bersama jejaring mudanya, sudah mengembangkan pembesaran lobster di pulau - pulau sekitar Kapoposang.
Saya mencari - cari kelebihan dari anak muda ini. Ternyata ia adalah salah satu warga terdidik di desanya. Ia menamatkan kuliah di STAIN Pare-Pare dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Pare-Pare. Hasan pernah berkali - kali mendemo pemerintah. Jiwa kritis dan tanggungjawabnya sudah terasah dengan baik di organisasi.
Melihat Hasan, saya kembali terpikir oleh kata - kata Alwy Rachman, bahwa dalam kehidupan terdapat hirarki kepemimpinan. Barang siapa yang telah berhasil memimpin komunitas, kemungkinan besar dapat menanggung beban sebagai pemimpin di masyarakat, seperti Kepala Desa. Lalu kemungkinan besar dapat naik tingkat untuk memimpin bangsa.
**
Dari pertemuan itu, saya mengolah kembali gagasan tentang perubahan di masyarakat. Dari studi Hasanuddin sebagai Kepala Desa Kapoposang. Faktor aktor kuat sangat menentukan untuk perubahan di level masyarakat. Aktor yang sebaiknya berasal dari rahim desa itu sendiri, atau komunitas itu sendiri. Bukan berasal dari luar.
Hasan memulainya dengan memahami kondisi masyarakatnya sendiri, sebab ia lahir dan besar di pulaunya. Dari pengetahuan itu, ia berangkat ke Pangkep untuk bergaul, menempuh jalur pendidikan formal dan informal. di Pangkep, alur informasi bertukar tangkap. Aura kosmopolitan kota menyuburkan semangatnya dalam belajar dan berbagi. Di kota, ia dapat melihat dengan jelas akar permasalahan kampungnya. Biasanya, kita dapat memperoleh gambaran jernih, ketika kita berada di luar arena.
Dengan begitu, sebuah perubahan sebuah wilayah, dapat terjadi dengan terpenuhinya faktor utama, yaitu kemauan politik aktor yang berkuasa. Kekuasaan dipegang oleh orang yang punya kapasitas memimpin. Punya kompetensi, yang tidak sekadar menghukum warganya yang bersalah, tapi juga berusaha sekuat tenaga untuk mencarikan cara agar masyarakatnya dapat hidup sejahtera, adil dan bahagia.






0 komentar:

Pemimpin Muda