semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Gandhi Berjalan Kaki

Pada 6 April 1930, Gandhi bersama ribuan rakyat India menyentuh laut. Ramai-ramai mereka membuat garam, seperti pesta. Praktis, mereka melanggar hukum garam Pemerintah Kolonial Inggris.
Hal itu membuat Gubernur India, Lord Edward Irwin kelabakan dan kehabisan akal. Bagaimana tidak, dia tidak bisa berbuat apa-apa menyaksikan pembangkangan sosial seperti itu. Sebelumnya, pemimpin kolonial itu terlambat mengambil tindakan dengan mencegah orang kudus tua itu untuk berjalan dua ratus mil (320 km) menuju laut, sejak tangga 12 Maret 1930.
Akibat dari gerakan jalan kaki yang awalnya terdiri dari kebanyakan wanita itu, selama berhari-hari Gandhi singgah di desa-desa, berpidato bahwa ini adalah perjuangan suci dan merupakan perjalanan spiritual, lalu mengajak para pelajar untuk berhenti bersekolah dan ikut berjalan kaki.
Pun, Irwin menahan Gandhi, namun, pembangkangan sudah tak bisa dihentikan, sekelompok pendukung yang berjumlan 2.500 orang protes di pabrik garam milik pemerintah. Mau tak mau pemerintah kolonial menggunakan kekerasan. Dengan pentungan berlapis baja, satu persatu pembangkang maju dan terpukul. Ribuan orang terhuyung dengan kepala berdarah. Hal ini diliput secara langsung oleh media televisi. Praktis, disaksikan oleh seluruh dunia.
Moral dunia pun tercubit. Inggris yang dikenal sebagai bangsa beradab dan menjunjung tradisi liberal kemanusiaan telah melakukan tindak kekerasan di hadapan orang-orang yang lemah. Akhirnya, Irwin bernegosiasi dengan Gandhi, dan bertahun-tahun kemudian, Inggris menyerah dan hengkang dari tanah India, tanpa melakukan aksi pertempuran.
**
Lantas, dari mana asal usul perjuangan yang demikian cerdik itu? melawan tanpa kekerasan. Kita perlu menelusuri hingga jauh. Semenjak seorang Gandhi masih berusia muda.
Gandhi, ketika masih bersekolah tingkat atas sudah menerapkan kebiasaan-kebiasaan yang patuh kepada kebenaran. Sesuatu yang benar, yang terpetik dari hati nurani menjadi kompas hidup Gandhi kecil.
Sepulang sekolah, dia menyempatkan waktu merawat ayahnya yang terus terbaring di kasur akibat terkena penyakit fistula. Kegiatan perawatan ini membekas dan terus menerus mendorong Gandhi untuk mencintai dunia perawatan. Hal ini ia kembali tunjukkan ketika terjadi Perang Boer pada 1899. Gandhi memimpin tim palang merah berkebangsaan India untuk merawat pasukan Inggris yang terluka. Beliau berpihak ke Inggris lantaran begitu mencintai hukum dan cita rasa kemanusiaan Inggris, walaupun beliau juga terenyuh oleh perjuangan kaum Boer di Afrika Selatan.
Ia pun membiasakan diri berjalan kaki ketika masih sekolah atas di Rajkot, India. Hingga ia kuliah di Inggris pun kebiasaan berjalan kaki ini terus berlangsung. Selain menghemat ongkos transportasi, juga membantu untuk menyehatkan tubuh. Ketika kembali ke India bertahun-tahun kemudian, saat Gandhi mulai bekerja sebagai pegawai tata usaha di Partai Kongres India, begitu heran dengan seorang pemimpin partai yang menghabiskan waktunya untuk berpolitik, tanpa menyediakan sedikit waktu untuk berolahraga.
Gandhi begitu setia pada ikrar yang telah diucapkan. Seperti aksi vegan atau tidak memakan daging. Begitu banyak godaan datang, seperti saat beliau di atas kapal dalam perjalanan ke Inggris. Penumpang lain terus menggodanya untuk memakan daging, lantaran orang bisa mati karena kedinginan. Tapi, Gandhi terus bersikeras. “Bagaimana mungkin sesuatu dapat berlangsung dengan benar tanpa ikrar yang mendasarinya?” Tanya Gandhi. Gandhi mengacu pada moralitas. pertama adalah keyakinan bahwa memakan daging sama dengan kita menyakiti hewan, bahwa hewan yang dibunuh itu juga memiliki rasa sakit. Alasan kedua adalah dengan hanya memakan sayur dan buah-buahan, justru tubuh menjadi lebih sehat.
Hingga, pada tataran ekstrim, pada usia menjelang paruh baya, Gandhi menerapkan Brahmacharya, atau selibat. Gandhi melihat, hubungan suami dan istri akan terbebaskan jika suami tidak lagi melihat istri sebagai objek nafsu. Proses menahan diri untuk bersetubuh menjadikan dirinya kuat, kebenaran-kebenaran pun muncul dari kegiatan mengekang nafsu tersebut.
Renungan-renungannya, yang diperoleh dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh, juga dari buku-buku, seperti buku Unto the Last karya Ruskin, maupun buku Leo Tolstoy 'Kerajaan Allah ada Dalam Diri Anda', selain memperkuat ajaran Ahimsa menjadi lebih metodelogis, juga menyiapkan dirinya untuk menerapkan satyagraha dan swadehsi. Kegiatan sehari-hari yang memakan biaya, menuntunnya untuk melakukan segala sesuatunya seorang diri, seperti mencuci baju dan menyetrika. Sampai-sampai, ia melakukan tindakan mencukur rambut sendiri, yang menimbulkan lelucon di antara kawan-kawan sekantornya. Dasar-dasar ini tentu menjadi pondasi gerakan kemandirian beserta boikot nasional, melalui jalan tanpa kekerasan.
Gandhi, sewaktu kecil, walau begitu mencintai kebenaran, tapi tetap pula terjerumus oleh pergaulan-pergaulan liar dengan teman-teman sekolahnya. Beberapa kali ia mencoba untuk memakan daging dan merokok. Bahkan, di suatu waktu ia terlibat dalam pengikisan gelang emas milik kakak temannya. Hal ini membuatnya merasa bersalah dan mendorongnya untuk mengaku ke orang tuanya. Sang orang tua yang terbaring sakit itu pun membaca surat pengakuannya. Bapaknya meneteskan air mata, membasahi pipi dan kertas pengakuan itu. Lalu merobek-robeknya. Kemudian terbaring lagi. Peristiwa tetesan air mata itu pun menghapus dosa-dosa Gandhi dan menjadi dasar dari pembelajaran ahimsa (tidak melukai/tanpa kekerasan).
Tiba di Afrika Selatan bertahun-tahun kemudian, membuat hati Gandhi terluka. Dia tak tahan melihat perlakuan semena-mena terhadap kaum kulit berwarna, termasuk di dalamnya warga berkebangsaan India. Bangsa India dianggap sebagai saingan bangsa barat, lantaran sudah banyak dari orang India yang pintar berdagang dan sebagian diantaranya sudah menjadi orang kaya, meski masih dalam keadaan buta huruf. Lantaran, orang-orang yang bermigrasi ke Afsel adalah mulanya para pekerja kasar dan memang hingga saat itu, pekerja kasar (kuli) masih mendominasi orang India di Afsel.
Berkali-kali ia mendapatkan perlakuan tidak hormat, seperti dilarang menggunakan turban, dilarang menggunakan gerbong kereta kelas 1 dan dilempar keluar dari kereta. Sebagai orang yang terpelajar, Gandhi pun memacu diri untuk membantu persoalan-persoalan hukum yang menyertai orang India di sana.
Dengan cepat ia menyatu dengan masyarakat. Membantu penyelesaian sengketa dagang antar pedagang India, mencarikan solusi yang tidak menghancurkan pihak yang kalah. Gandhi membantu memperkarakan kuli yang dipukul majikannya. Membuat para kuli begitu bersimpati dan mendorong mereka untuk melawan kesewenang-wenangan.
Bahkan, ketika ia bermukim di Natal, terdapat rancangan undang-undang untuk tidak memberikan hak suara kepada warga India. Gandhi membantu untuk menyiapkan petisi untuk menolak rangcangan undang-undang tersebut. Beragam literatur dibacanya untuk sebagai bahan rancangan petisi. Akhirnya petisi tersebut ditandatangani oleh 10.000 warga India dalam waktu tak lama. Akibat aksinya ini memaksanya untuk tinggal permanen di Natal, sementara Gandhi tidak punya rumah. Orang-orang pun berencana untuk memberikan dana sosial kepadanya. Tapi, Gandhi menolak karena dia tidak mau menerima gaji dari kegiatan-kegiatan sosial. Pun ditemukan jalan keluar, para pedagang secara bergilir menggunakan jasanya sebagai pengacara, dan Gandhi memperoleh gaji secara professional.
Ia bersama rekan-rekannya, kemudian mendirikan Komunitas/perkumpulan warga India di Afrika Selatan. Memungkinkan warga India memiliki kekuatan politik, di samping kekuatan dagang. Orang-orang India yang sebelumnya kesulitan mengutarakan pendapat-pendapat politiknya, akhirnya memperoleh saluran untuk bersuara.
**
Apa yang dapat kita pelajari dari Gandhi? Tampaknya sangat banyak. Yang inti dari gerakan Gandhi adalah sebuah tindakan pribadi yang berdasar pada kesadaran akan kebenaran. Dilakukan dengan tanpa pandang bulu, dengan penyerahan sepenuhnya pada Tuhan, bahwa gerakan itu merupakan tindak spritual.
Aksi-aksi Gandhi yang merupakan eksperimen-eksperimen terhadap kebenaran. Adalah gerakan natural, tanpa embel-embel, tanpa program, minim anggaran, dan tentu, tanpa kekerasan.
**
Sumber : Autobiografi Mahatma Gandhi, Kisah-kisah eksperimen Saya terhadap Kebenaran







1 komentar - Skip ke Kotak Komentar

cherryblossom mengatakan...

Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

Gandhi Berjalan Kaki