semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Perubahan Iklim dan Pemanasan Global


Tanda-tanda perubahan iklim itu telah tampak di depan tapuk mata. Kenaikan suhu bumi akibat efek rumah kaca (ERK) dalam rentang waktu 100 tahun terakhir (pasca revolusi industri). ERK berupa naiknya suhu bumi yang terjadi karena peningkatan jumlah carbon di atmosfir bumi, dimana carbon memerangkap panas hasil radiasi permukaan bumi terhadap energi matahari. Carbon-carbon itu adalah hasil lepasan carbon di dalam hutan yang telah ditebang, asap-asap kendaraan bermotor, limbah industri negara-negara maju, juga akibat laju pemukiman dan pertanian.
Tanda-tanda pemanasan global ini terekam dalam bencana banjir dan kekeringan dalam frekuensi yang memecahkan rekor sebelumnya. Tumbuhan dan hewan yang bergantung pada pertanda alam seperti datangnya musim semi, kehadiran es, atau jumlah hari yang memiliki suhu di bawah titik beku menjadi yang pertama merasakan dampak pemanasan. “Tidak ada kawasan yang kebal terhadap perubahan tersebut, kawasan-kawasan yang sepuluh tahun lalu diperkirakan mengalami dampak paling negatif (kutub dan puncak gunung) telah mengalami penurunan bahkan kepunahan jumlah spesies.”
Sementara itu, spesies yang bertahan kini mulai bermigrasi. Dalam sebuah analisis terkini, diperkirakan sekitar 40 persen dari jumlah total tumbuhan dan hewan telah menggeser lokasi tempat tinggalnya, baik ke arah kutub maupun ke lereng-lereng pegunungan untuk mencoba bertahan di zona hidupnya, sementara sekitar 60 persen lainnya mengubah masa aktivitas seperti masa pembiakan, persemian, atau migrasi. Satu contoh klasik adalah kupu-kupu Edith corak papan catur yang ada di seluruh wilayah barat AS. Dalam seabad terakhir, kupu-kupu tersebut berpindah ke utara atau ke wilayah yang lebih tinggi hampir bersamaan dengan suhu udara yang memanas.
Sementara lain, beruang kutub yang ringkih tak berdaya menghadapi perubahan iklim di wilayah arktika dan di seputar antartika, perubahan es laut memengaruhi populasi penguin.
Berbeda dari beruang kutub dan penguin, beberapa spesies justru berkembang pesat di habitat dengan iklimnya yang baru seperti kumbang pinus pegunungan yang berkembang pesat akibat musim panas yang lebih hangat membuat serangga itu menghasilkan dua generasi pertahun (sebelumnya sekali setahun). Selain itu, musim dingin di Amerika Utara hampir tidak pernah lagi mencapai minus 40 derajat celcius, suhu yang dibutuhkan untuk membunuh kumbang tersebut berikut larvanya. Akibatnya, populasi kumbang itu memusnahkan jutaan hektar pohon, dan jika terus berkembang biak dengan kecepatan saat ini, 80 persen pohon pinus lodgepole dewasa di British Columbia akan punah dlam waktu lima tahun.
Pertanda paling jelas dan tak terbantahkan terhadap pemanasan global ini terlihat di wilayah pesisir. Sesungguhnya, suhu rata-rata permukaan air laut meningkat lebih lambat dibandingkan suhu rata-rata di udara, tetapi peningkatan suhu membuat laut semakin meluas. Ekspansi pemanasan air dikombinasi dengan air lelehan gletser membuat tinggi permukaan air laut meningkat secara perlahan tapi pasti sejak awal abad ke-20. Kecepatannya kini mencapai 2,5 sentimeter per dekade. Samudra juga sudah mulai berubah meski tak kasat mata, perubahan yang mungkin akan lebih berbahaya dalam jangka panjang. Emisi yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil telah mendorong CO2 di atmosfer ke tingkat di atas 380 bagian per sejuta (ppm) – lebih tinggi dari yang pernah terjadi selama ratusan ribu tahun. Karbon dioksida dengan mudah bercampur dengan air untuk membentuk asam karbonat dan lautan kini menyerap demikian banyak CO2 sehingga berubah menjadi lebih asam.
Keasaman tersebut baru-baru ini diidentifikasi sebagai ancaman terhadap kehidupan laut karena zat tersebut menghabiskan ion-ion karbonat yang digunakan oleh terumbu karang dan mahluk lainnya yang membentuk rangka kerasnya.
Jika keasaman laut masih belum terlalu parah, peningkatan suhu permukaan laut telah membuat proses pemutihan terumbu karang menjadi umum terjadi. Proses itu dipicu air yang cukup panas untuk membuat terumbu karang melepas alga simbiotik yang dibutuhkannya dalam bertahan hidup. Peristiwa pemutihan terumbu karang global pada 1997-98 memusnahkan 16 persen karang dunia. Itu membuat para peneliti memperkirakan bahwa lebih dari 20 persen terumbu karang dunia telah rusak tanpa bisa diperbaiki kembali sebagai akibat dari pemanasan global, polusi, dan pola penangkapan ikan yang destruktif. Tidak hanya terumbu karang yang terkena imbas buruknya.
Pasalnya, terumbu karang sebagai wadah bagi seluruh ekosistem laut, termasuk menjadi habitat berbagai jenis ikan yang dikonsumsi oleh lebih dari satu milyar penduduk di Asia. Nilai ekonomis terumbu karang yang meliputi makanan, pariwisata, perlindungan terhadap bencana banjir di pesisir pantai, dan lain-lain sekitar 270 triliun rupiah.
Jauh dari zona tropis, suhu kawasan arktika telah meningkat dua hingga tiga derajat celcius hanya dalam 50 tahun terakhir. Dua kali lipat lebih cepat dibandingkan wilayah lainnya di bumi. Es musim panas di Samudra Arktika telah menurun lebih dari 7 persen per dekade sejak 1970-an dan melorot sebanyak 23 persen antara 2005 dan 2007. namun, mencairnya tanah beku bermuatan gambut yang luas di kawasan arktikalah yang membuat para ilmuan tidak bisa tidur. Apa yang terjadi jika permafrost (lapisan beku di balik tanah permukaan) mencair.
Tim gabungan peneliti Rusia dan AS baru-baru ini berhitung bahwa permafrost di dunia mengandung sekurangnya 1000 gigaton karbon atau setara 1 trilun metrik ton. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan jumlah karbon yang saat ini berada di atmosfer (kurang lebih 700 gigaton) dan lebih banyak daripada jumlah karbon yang dikandung oleh seluruh vegetasi di bumi (650 gigaton).
Sebagai perbandingan, peradaban manusia menghasilkan 6,5 gigaton per tahun. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa sebagian permafrost telah mulai melepaskan karbondioksida dan metana seiring mencair dan membusuknya zat organik yang terkandung di dalamnya. Para ilmuan khawatir jika proses pencairan tersebut terus berlangsung, permafrost tersebut dapat melepaskan karbonnya ke atmosfer atmosfer dalam waktu relatif cepat, melipatgandakan dampak emisi yang dibuat manusia.

Save Our World



0 komentar:

Perubahan Iklim dan Pemanasan Global