semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Sejarah, Interesting Knowledge


Tadi malam, Jumat (26/09/08), kali terakhir saya pulang ke rumah, di kompleks BRPBAP Maros. Dimana, Lima hari saya berkubang di kampus dengan dana seadanya dan sehari-harinya bergantung pada jatah buka puasa dan sahur bersama. Maklum, idul fitri sudah minus 4 lagi, orang tua ya.. barangkali pada bertanya bagaimana keadaan anaknya. So nice..
Sesampai di rumah, saya tetirah di tempat biasa, di sudut ruang keluarga di atas kursi empuk berwarna merah. Mata saya tertuju pada pada lemari kaca yang isinya buku-buku kesayanganku, tepatnya pada buku yang setahun lalu saya beli, tak salah bulan Oktober di Gramedia Panakukkang. Judulnya Masalalu Selalu Aktual hasil terbitan koran Kompas. Buku itu adalah kumpulan laporan berita wartawan senior kompas, P Swantoro dalam rubrik Fokus Peristiwa Pekan Ini.
Laporan berita yang dikumpulkan adalah peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di dunia internasional. Tak jauh-jauh, Swantoro berkisah tentang manusia beserta kekuasaannya atau tentang kejatuhan manusia-manusia besar akibat keserakahannya. Swantoro pun fokus pada wilayah politik kenegaraan, yang pada akhirnya peristiwa politik itu dengan sendirinya membentuk sejarah negaranya. Bisa dikatakan bahwa Swantoro berkisah tentang manusia yang turut mempengaruhi laju sejarah bangsanya sekaligus terpengaruh oleh sejarah itu. Dan pada akhirnya, tokoh-tokoh yang diceritakan pada jatuh pada lubang sejarah yang sama dari para pendahulunya, mereka tak belajar dari sejarah akibat nafsu dan keserakahan kuasanya.

Manusia dan sejarah, pada diri kita tampaknya ada ketertarikan pada cerita-cerita tentang manusia, sesama spesies kita. Mempelajarinya adalah sebuah kenikmatan, dimana kita dapat belajar dari kisah-kisah mereka bagaimana caranya menempuh hidup, berjuang, bertahan hidup, atau dari kejatuhan-kejatuhannya. Ketertarikan kita pada manusia dipersepsikan sebagai sebuah kebanggaan, kekhwatiran atau empati terhadap manusia lain. Dimana ada keterikatan batin antara manusia satu dengan manusia lainnya, menimbulkan rasa ingin tahu (curiously) pada yang lain, atau ada kecendrungan untuk mengetahui sesuatu yang ada di luar diri kita.
Manusia mempunyai sisi humanis atau memanusiakan manusia lainnya, di samping sisi yang lain yang sifatnya lebih transenden, yaitu hubungan manusia dengan tuhan. Tepatnya disebut Humanisme-Transendental, sebuah falsafah koran kompas, tempat P Swantoro Berjibaku. Maksudnya, humanisme transendental sesungguhnya bukan hanya berarti pada keterarahan manusia pada Yang Transenden, tetapi juga keterbukaan manusia untuk selalu berani mengatasi dirinya sendiri. Dengan begitu, manusia rela menggempur keterkungkungan dirinya, mengakui dan meninggalkan keterbatasannya lalu menjadi terbuka pada dunia.
Dalam bahasa teolog W. Pannenberg, manusia itu, khususnya yang humanis transendental mempunyai suatu struktur diri yang eksentris. Struktur yang mengundang ia untuk tak memusatkan diri pada dirinya sendiri, tetapi mengajak ia keluar dari dirinya sendiri, mengatasi pengalaman hidupnya yang terbatas, kendati tak sepenuhnya ia terlepas dari keterbatasan itu. Karena itu, manusia yang demikian adalah manusia yang terbuka pada dunia. Di sinilah manusia terbedakan dengan binatang, yang hidupnya terbatas pada lingkungannya saja. Akhirnya, keterbukaan pada dunia itu menuntunnya untuk terbuka pada tuhan, yang seluruhnya transenden.
Namun, keterbukaan pada tuhan sama sekali tak dapat dimengerti tanpa keterbukaan pada dunia. Artinya, dalam memahami tuhan dituntut pemahaman pada dunia, dunia yang terbatasi oleh ruang dan waktu, terbatasi oleh sejarah tertentu. Dan manusia tak sekadar berpatokan pada prinsip antropologi umum yang terjadi hanya sekali, tapi manusia membutuhkan sejarah yang terus berubah dan berjalan.
Ada dua unsur yang tepat untuk menggambarkan hal ini, manusia sebagai pelaku yang berbuat (das handelde Subyek), dan sejarah sebagai proses yang membentuk dirinya (das Bildungprosess des Subyekts). Jadi manusia dibentuk oleh sejarah dan kemudian ia sendiri membentuk sejarah. Pembentukan ini tak pernah sempurna di masa lalu, juga tak pernah sempurna seratus persen di masa sekarang. Semuanya pembentukan, dulu maupun sekarang, adalah antisipasi akan apa yang terjadi secara defenitif di masa depan.

Kita tak akan pernah mengerti manusia, tanpa mengetahui sejarah bangsanya. Ya itulah mungkin poin utamanya.

Saya sendiri sejak beberapa waktu belakangan ini gandrung mempelajari sejarah, khususnya sejarah manusia. Mungkin karena waktu SMA dulu saya tak terlalu serius mempelajari buku-buku sejarah, jadinya saya merasa ada kekosongan pengetahuan dalam benak. Ragu akan lost information itu saya mulai membuka buku-buku sejarah dan membeli beberapa di antaranya, seperti Sejarah Manusia karya Arnold Toynbee, Dari Buku ke Buku dan Masalalu Selalu Aktual karya P Swantoro, Bumi Manusia dan Jejak Langkah karya Pramudya Ananta Toer, Seratus Tokoh Pers Indonesia, dan tentunya buku lain yang selalu berkaitan dengan sejarah. Terus terang, saya mulai menyadari arti pentingnya ilmu pada tahun ke tiga di universitas. Agak terlambat sepertinya. Sebelumnya, saya juga selalu membaca, tapi entah kenapa jarang sekali tersimpan di memori. Sehingga saya tak mampu memetakan sejarah dunia, manusia, alam, dan Indonesia.
Sekarang pun saya masih kewalahan, potongan-potongan fakta itu belum mampu saya refresh. Membuat hati dan pikiran gelisah. Pada akhirnya membuat saya membolak-balik salah satu buku yang paling menarik pada tadi malam itu. Masalalu Selalu Aktual karya P Swantoro. Ada harapan bahwa setelah membaca ulang buku itu pengetahuanku dapat kembali, atau dapat dikatakan mencarinya lagi dan semoga tersimpan dan tak pergi-pergi lagi.

Doa kan ya.. semoga saya selalu paham.. dan dapat berbuat lebih dengannya..

Salam



0 komentar:

Sejarah, Interesting Knowledge