semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Abrasi Pantai, Jalur Wisata Tope Jawa Terkendala


Jumat, (17/10/08), hampir sebulan lalu yang terhitung dari hari ini, Senin (3/11/08), saya, kru beserta senior identitas berkunjung ke lokasi wisata pantai Takalar, Tope Jawa. Kami kesana dalam rangka menyelenggarakan rapat evaluasi triwulan ke III Penerbitan Kampus identitas, sekaligus mencari suasana baru untuk meleburkan kejenuhan rutinitas kami sebagai wartawan kampus. Tope Jawa jadi pilihan karena letaknya yang sedikit mudah dijangkau dari kota Makassar, juga menjadi alternatif di samping lokasi yang menjadi langganan tahunan, seperti Tanjung Bayang. Alasan lebih spesifik, karena saya secara pribadi belum berkunjung kesana. Tampaknya emosi saya cukup bermain.. tak apalah, yang jelas tak membuat yang lain kecewa.. hehehe..
Perjalanan kesana dipandu oleh seorang junior, bernama Samsul Marlin. Ia adalah orang asli kab. Takalar, maka patutlah ia menjadi tuan rumah dan berperan dalam hal teknis acara. Seorang lagi yang punya peranan adalah Kak Rano, dialah yang memesankan wisma sekaligus menunggu kami di lokasi acara, karena kebetulan rumahnya tak jauh dari Tope Jawa.
Perjalanan ke sana dari Tamalanrea berlangsung selama tiga jam, kami tiba di sana pukul 20.30 Wita. Tapi, sesampai disana, betapa kagetnya saya saat melewati jalur masuk ke zona wisata itu. Jalannya retak-retak tak karuan, sebagian badan jalan bagian pinggir rubuh. Aroma laut membuat saya untuk memandang ke arah pantai. Tak diana, inilah yang membuat jalanan rusak, terjangan ombak terus-menerus telah mengikis badan jalan atau biasa disebut dengan istilah abrasi pantai.
Kerusakan ini cukup parah, karena bukan sedikit badan jalan yang dibuat roboh, tapi hampir setiap aspal yang bersentuhan dengan ombak. Ya.. sepertinya ombak makin ganas, tak ada yang menahan terjangan ombak tersebut. Bisa disebabkan karena badai, angin puyuh, hujan deras yang menambah debet air laut pada saat pasang, atau pengaruh mencairnya es kutub sehingga menimbulkan peningkatan permukaan air laut.
Kata seorang teman yang pernah KKn disana, pemerintah Takalar belum terlalu melirik hal itu, ia mendengar ada kepedulian sedikit, berupa pengadaan proyek pembuatan tanggul. Katanya proyek itu sudah digelontorkan anggarannya, tapi kok pembuatannya belum dimulai juga. Emm.. kalau yang seperti itu?? Maklumlah, namanya juga proyek.! Itu mah lahan duitnya orang-orang berdasi yang kerjanya buat proposal yang cantik-cantik, kemudian mengajukannya kepada pemerintah dengan permintaan alokasi anggaran yang besar.
Bukannya menghakimi, tapi kesal aja melihat hal seperti itu, soalnya selain merugikan negara juga merugikan masyarakat. Tikus..tikus, kapan ya lu pada mati..?
Pada saat berdiskusi dengan teman itu, saya suka pada bagian analisisnya terhadap fenomena abrasi yang dikaitkan dengan wilayah ilmunya, yaitu Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP). Menurutnya solusi pembuatan tanggul tak terlalu maksimal, daya tahannya tak seberapa, palingan beberapa tahun depan akan ambruk lagi. Ia menyimpulnya dengan keberadaan tiga ekosistem pantai yaitu ekosistem mangrove, karang dan lamun gejala dekonstruksi tersebut akan berkurang. Pikir-pikir, benar juga analisis kawanku yang bernama Ismail itu. Soalnya tak sebatang mangrove pun tampak di mata saya, tak tahulah karang dan lamun..
Berdasarkan literatur, hutan mangrove merupakan ekosistem spesifik di pesisir pantai yang peranannya terhadap kelestarian sumberdaya sangat besar. Hutan mangrove sebagai pelindung pantai dan wilayah pesisir dari gempuran ombak, arus laut dan angin.
Mengenai hal ini, sepertinya pantas digalakkan reboisasi mangrove secepatnya, sebelum daya rusaknya kian parah. Yaitu, penanaman bibit mangrove di sepanjang pesisir pantai Tope Jawa. Mungkin awalnya sedikit berat karena kontur tanah pada pesisir di sana bukan berlumpur, tapi berpasir. Meski demikian, sebagai mahluk berpikir tak ada salahnya kalau kita mempelajarinya, menemukan cara agar tanaman tersebut dapat berdiri tegak. Bisa jadi, kalau jenis mangrove yang satu tak dapat tumbuh, bisa dicarikan jenis yang lain. kalau tak salah ingat, jenis mangrove untuk kawasan ini adalah jenis Avicenna atau api-api. Pun ini sebenarnya adalah menuruti perintah Direktur Jendral Perikanan tahun 1975, yaitu penyelenggaraan jalur hijau di pesisir pantai minimal 200 m.
Di samping mangrove, ada hal lain lagi yang harus diperhatikan, yaitu keberadaan ekosistem trumbu karang dan lamun (sea grass). Sebab, tanpa kedua ekosistem itu, mangrove pasti akan angkat tangan. Trumbu karang dan lamun pada hakikatnya juga berperan untuk menahan laju ombak yang serta merta menghambat abrasi. Ekosistem karang yang terlebih dahulu akan berhadapan dengan ombak yang berasal dari arah laut, tugasnya ialah memecahnya dan membuyarkan energi ombak. Setelah melewati karang, ombak tersebut akan menghadapi lamun. Lamun inilah yang membantu meredam kekuatan ombak yang dahsyat. Jadi sesampai dipinggir pantai, ombak yang lahir pun tak besar lagi, dan kian melemah lagi saat bertabrakan dengan mangrove.
Hipotesis ini barangkali belum ada verifikasinya di lapangan, lantaran masalah baru mendapat perhatian seriusku saat ini, jadi data di lapangannya sangat kurang. Pun saat itu saya hanya melihat dan mengamati sepintas saja. Kesulitan juga jadinya. Meski begitu, semoga saja, hipotesis ini benar.. harapan yang lain, masyarakat sekitar bisa lebih perhatian pada lingkungan pesisir, kan jika rusak yang paling rugi adalah mereka-mereka. Setidaknya, dengan melihat fenomena abrasi itu lalu mengetahui penyebabnya adalah ketidakseimbangan ekosistem, mereka tak lagi mengebom ikan yang ada di trumbu karang.

Sesampai di wisma, saya melupakan abrasi itu, pun saya fokus pada evaluasi triwulan identitas. Terpecik pula harapan pada rapat kali itu. Semoga saja koran kampus ini menjadi lebih baik untuk tiga bulan ke depannya atau hingga akhir hayat kampus ini, katalain ikut mati bersama Unhas.

Tamalanrea, 3 November 2008
Idham Malik




1 komentar - Skip ke Kotak Komentar

Unknown mengatakan...

bang mau bertnya...

harga filanya berapa, berkapasitas berapa orang, keamanannya terjamin tau tidak? soalnya saya lagi cari lokasi pengkaderan ini bang..

Abrasi Pantai, Jalur Wisata Tope Jawa Terkendala