semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Renaissance


Aku paham bahwa ini bukanlah renaissance seperti yang kalian semua bayangkan. Tapi sedikit miriplah, yaitu semacam cahaya yang terpendar, menghangatkan wajahku yang baru saja basah. Atau semacam embun yang menyegarkan, membuatku kembali hidup dan menemukan duniaku. Dunia yang penuh cinta dan kasih. Aku menulis saja apa yang terlintas, karena dengan begini pasti akan menghasilkan cahaya juga, sinar dari dalam diriku..
Ya.. renaissance yang baru saja terjadi, tak kurang semenit yang lalu. Bukan rainassance empat abad yang lalu di Francis. Tapi, sedikit miriplah. Penemuan kembali, itulah mungkin yang terjadi. Aku menemukan diriku dalam tulisan ini, atau bisa disebut sebagai pembuka. Tulisan yang sering saya buat setahun dan dua tahun lalu. Dimana aku dapat terbang bebas menghayalkan apa saja. Tulisan yang berbeda dari tulisan yang lain karena digores oleh hati. Hati yang penuh oleh kegelisahan dan kegetiran, juga keindahan.
Haus.. aku haus akan hal itu, aku melupakannya, aku pun telah menjauh. Menjauh pada naluriku. Kata hatiku. Kini, entah karena apa aku ingin kembali, aku ingin terbang bebas, berbicara apa saja. Aku ingin kembali berkomunikasi dengan dedaunan, butiran-butiran pasir, desir angin, deru ombak, atau pada senyuman, mata lentik, dan raut marah. Ya itulah mungkin diriku.
Pulang, saatnya kembali berlabuh pada dermaga hatiku. Cinta yang pernah aku semai, tapi kemudian terlantarkan. Rindu pada kampung halaman yang penuh bunga-bunga, batu kerikil dengan kolam ikan di sampingnya. Aku ingin mendengarkan suara alam, detak bumi, kicau burung, atau peredaran satelit dan bintang-bintang. Aku tahu bahwa diriku ada diantaranya.. aku ingin bersamanya. Ya kampung halaman itu ada.. aku tahu ia ada dalam diriku.
Aku begitu terlena menelantarkannya, menjadikannya terbuang seperti anak jalanan. Membuatku kadang gelisah, kering, dan ingin berontak. Tapi tak tahu apa sebabnya.
Baiklah aku mulai saja. Bercerita tentang dunia, hidup, gembira, lirih, sedu sedan. Oke. Darimana ya..

Aku ingin melangkah dari anak tangga pertama. Dimana dunia pun lahir dari sebuah ledakan (boom..). Ada titik awal. Titik yang melahirkan gelombang-gelombang energi, yang kemudian terpendar-pendar dan bermetamorfosis. Partikel adalah dasar materi, bersama gelombang ia berpadu membangun kehidupan organik dan nonorganik, lalu membangun dunia. Bisa dikatakan bahwa partikel dan gelombang semacam dualisme materi. Ya..ya, kalau begitu Kita tak dapat menghakimi apakah dasar materi itu partikel atau gelombang, karena semua tergantung alat yang kita pakai. Jika yang digunakan alat untuk melihat partikel maka yang terlihat adalah partikel dan begitu halnya dengan gelombang.
Sedikit rumit sih.. tapi begitulah hidup. Kita harus mengetahui iramanya.. nadanya, agar hidup ini tambah bermakna.
Aku suka cahaya. Saban pagi aku nongkrong di jendela rumah. Jendela yang bolong tanpa kaca. Di jendela itu aku merasakan kekuatan yang berasal dari sumber energi itu. Energi pagi dari sang surya. Ia tak hanya membuat tumbuhan berfotosintetis, tapi juga membuat lapisan-lapisan kulitku bereaksi, lalu tembus ke sel-sel darah, membuatnya bergairah dan mengalir deras. Pun pada akhirnya berlabuh di titik kulminasi syarafku. Yang sebetulnya haus informasi.
Di jendela rumah itu aku ingin bernyanyi, seperti burung-burung itu. Berkicau bebas, mendendangkan kebebasanku. Merasakan nada alam, seperti yang kudengar sendiri saat ini, dari jemari tanganku yang sibuk melompat-lompat di tuts laptopku. Mungkin nyanyianku bukan seperti gubahan Mozart atau Edwin Van Bethoven si jenius itu. Tapi semacam desir-desir gusar, yang berdering-dering dengan tone tak karuan. Atau jalinan berliku yang berpilin-pilin seperti tautan DNA, derap-derap langkah seribu manusia yang melangkah seenaknya, sahutan-sahutan klakson angkot, taksi, truk yang hampir menyerempet seorang gadis cantik berkacamata hitam. Bulshit.. sebenarnya aku tak tahu apa itu.
Aku merasakan getarnya.. getar jiwa yang ingin meluapkan hasratnya. Satu-satunya cara adalah dengan menumpahkannya dalam huruf-huruf abjad latin. Agar dapat ditelaah dan dikaji. Kemudian menjadi sejarah dimudian hari. Takut pula nanti jadi mitos. Pun kalau begitu tetap ada yang mengenang walau tak ada yang mengkaji.
Ah itu adalah ilusi.. harapan-harapan sunyi.. soalnya ini bukan karya atau invensi, tapi sekadar bahasa bimbang, ragu terhadap keramaian. Kata-kata yang entah berasal dari apa, apakah dari batu, dari kertas, atau dari cahaya.
Gelombang, saat ini mungkin berada pada lembahnya, jauh dari puncak. Untuk menjadi puncak harus ada energi dulu untuk bergetar setengah gelombang melompati garis datar. Saat ini, aku mendengarkan gelombang-gelombang rendah.. bunyi ram PC komputer, suara-suara lemah dedaunan dihembus angin, lebih jauh yang terdengar adalah detak jantung sendiri.
Pernah aku mendengar sesuatu yang indah. Yakni keteraturan yang muncul dari ketidakteraturan. Order yang tercipta dari chaos. Hipotesis ini pernah caya kecup setahun lalu, namun terendap, hanyut dalam lautan informasi lain. kalau tak salah istilahnya disebut autopoeisis, yaitu mekanisme pengaturan diri sendiri yang kemudian menghasilkan sesuatu yang baru, sifat. Emergen. Dissifasi, energi yang datang dan pergi terus menerus, mengalir mengisi materi yang terbentuk dengan pola yang sama. Sehingga terbentuk struktur baru hasil perpaduan energi, pasokan atau informasi yang diolah oleh pola, sistem yang sifatnya tertutup. Ini berlangsung konstan terus menerus.. menemukan sesuatu, menjadi setruktur dan menemukan lagi lalu membangun dunia seperti ini. Walau tak dapat dipungkiri ada umpan balik sesuai reaksi yang diterima apakah itu konstruktif atau destruktif.
Pastinya, saat ini terjadi jatuh bangun sistem, baik-buruk, mensintensis, membentuk dunia. Saya kira dunia kini saatnya menurun, seperti turunnya jiwaku ke lembah gelombang. Titik kulminasi.
Saya yakin, kalian bingung.. pun saya bingung apa yang mau saya katakan. Saya tak tahu lagi.. informasi itu seperti anai-anai yang beterbangan.. lenyap terbawa angin. Mungkin karena terlalu angkuh menatap dunia, jarang merasai dunia abadi.. dari diri kita sendiri.
Forgive.. me..

Tamalanrea, 7 November 2008



0 komentar:

Renaissance