semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Sejarah dalam Pandangan Saya


Tahun 2008 lalu adalah tahun sejarah bagiku. Historia docet, berdengung di rongga dada. Menyesakkan, membuatku megap-megap tak kuasa. Di sisi lain, ada daya yang luar biasa, mendorongku untuk terus mengecap sari manis sejarah. Agar dapat kukenang-kenang hingga hari tua. Atau kutularkan pada kekasih yang lugu dan setia, kelak.
Ilmu masa lampau menjadi penerang, lajur yang memandu pola pikir. Sejarah menjadi pemantik untuk menghapus kegelisahan terhadap dunia yang penuh misteri, lakon peristiwa yang membingungkan. Menuntut kerja keras otak untuk menyingkap makna di dalamnya.
Konon, ilmu yang bisa dipahami beragam kalangan ini telah menjadi bulan-bulanan penguasa. Tangan kotornya turut serta, memutarbalikkan fakta. Memasukkan unsur-unsur fiktif untuk mengelabuhi, memata-matai, menabur benih curiga dan benci. Melukai hati kaum papa, miskin dan terpedaya. Ia.. yang merusak sejarah, pantas masuk neraka saja, supaya dijilat api membara.
Ya.. sejarah mesti diluruskan. Seperti pisau belah yang bengkok harus lurus agar dapat mengiris dengan baik. Kalau perlu diasah, agar yang teriris tak merasakan perihnya. Banyak borok di dalam sejarah, banyak luka yang harus ditambal. Kita tahu bahwa ilusi, momok peristiwa bohong telah bermukim dalam benak, tertancap begitu dalam, membuat kita lupa untuk berpikir jernih, sekadar berupaya mereka ulang. Setidaknya untuk melihat kembali duduk perkaranya.
Kini, telah saya ketahui sedikit cara untuk berpikir tepat untuk membedah sejarah. Historiografi namanya, ilmu yang mengupas sejarah dengan menggunakan logika. Bukan sekadar menerima mentah-mentah informasi yang ada di dalam buku-buku, tapi juga mengujinya, memverifikasinya. Melihat kembali latar belakangnya, kondisi geografisnya, periode dan watak peradabannya.
Sejarah adalah ilmu yang mengkaji bangsa-bangsa beserta generasinya. Ilmu yang sangat digemari oleh kalangan bawah, rakyat jelata. Mereka gemar mendengar kisah-kisah lampau, sebagai informasi menjalani hidup masa kini, sekaligus pelipur lara. Ada pula sejarah yang dituturkan dengan indah, terselubung dalam sastra, terekam dalam gerak tari teater, didengungkan pujangga atau didongengkan oleh kakek tua renta terhadap cucu-cucunya.
Sejarah juga disenangi raja. Mahadiraja ini memerintahkan orang-orang terdidik untuk meneliti sejarah. Membayar mereka dengan dirham dan emas melimpah. Membuat mereka mabuk dengan wanita-wanita jelita. Perpustakaan dibangun, kitab-kitab kuno diterjemahkan dari negeri seberang dan negeri jauh. Ilustrawan disewa, penjilid digaji demi mencuri ilmu Yunani dan Persia. Meniru babilonia dan Sumeria. Merasakan aura Nil, Tigris dan Eufrat. Untuk kejayaan manusia, tertentu pula sang raja yang bijaksana, cinta ilmu dan juga dirinya sendiri. Ia merasa perlu dikenang dan diingat-ingat kelak.
Tapi kadang, raja pula yang mengutak-atik sejarah. Pada titik tertentu meminta untuk dibuatkan sejarah baru, tentang dirinya dan kekuasaannya. Tentang kehebatannya dalam menaklukkan, dalam memengaruhi. Sejarahnya terlampau melebih-lebihkan. Tak sesuai fakta sebenarnya. Pada akhirnya membuat kita buta dan terkagum-kagum padanya. Atau malah membuat kita jijik akan kepongahan dan kebohongannya.

Antara orang terpelajar dan orang-orang bodoh terdapat kadar yang sama di dalam memahami sejarah. Sebab, pada permukaannya sejarah tidak lebih daripada sekadar keterangan tentang peristiwa-peristiwa politik, negara-negara, dan kejadian-kejadian masa lampau. Peristiwa-peristiwa itu juga mengajak kita memahami ihwal makhluk, bagaimana situasi dan kondisi yang membentuk perubahan, bagaimana negara-negara memperluas wilayahnya, dan bagaimana mereka memakmurkan bumi sehingga terdorong mengadakan perjalanan jauh, hingga ditelan waktu, lenyap dari panggung bumi.
Dalam hakikat sejarah, terkandung pengertian observasi dan usaha mencari kebenaran, keterangan yang mendalam tentang sebab dan asal benda wujudi, serta pengertian dan pengetahuan tentang substansi, esensi peristiwa. Dengan demikian, sejarah benar-benar terhujum berakar dalam filsafat, patut dianggap sebagai salah satu cabang filsafat.
Untuk itu, para sarjana sejarah atau mereka yang punya minat lebih pada bidang ilmu ini harus menambah khasanah ilmunya, memperlebar sayap untuk menajamkan analisis. Membuka matanya terhadap kajian ilmu lain yang sangat berkaitan dengan sejarah, seperti perinsip-perinsip politik, geografi, sosiologi, watak segala yang ada, perbedaan bangsa-bangsa, tempat-tempat,dan periode-periode dalam hubungannya dengan sistem kehidupan. Juga disertai nilai-nilai akhlak, kebiasaan, sekte-sekte, mazhab-mazhab, dan segala ihwal lainnya. Perlu pula diimbangi dengan pengetahuan bandingan tentang situasi-situasi dan kondisi mendatang dalam semua aspek.
Harus pula dibandingkan kesamaan-kesamaan, atau perbedaan-perbedaan, kini dan masa lampau. Harus dipahami sebab timbulnya kesamaan dalam beberapa situasi, dan sebab timbulnya perbedaan dalam situasi lainnya. Mengetahui sebab-sebab timbulnya negara, kelompok-kelompok, mengetahui keadaan dan sejarah orang-orang yang membentuk dan mendukungnya. Kemudian, harus dilakukan pengecekan terhadap berita yang dinukilkan dengan perinsip-perinsip dasar yang diketahui.

Satu hal yang perlu dipahamkan bahwa ahli historiografi kadang mengabaikan perubahan situasi dan kondisi sesuai dengan perjalanan waktu. Dunia dan bangsa-bangsa dengan segala kebiasaan dan sistem hidup mereka tidaklah terus menerus dalam suatu keadaan dan cara yang konstan. Semuanya ditentukan oleh perbedaan-perbedaan menurut hari-hari dan periode-periode, serta oleh perpindahan-perpindahan dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.
Kalau individu-individu, waktu-waktu, kota-kota berubah, maka demikian juga daerah-daerah iklim dan distrik-distrik, periode-periode dan negara-negara juga berubah.
Begitulah sejarah dipahami. Ia bukan sekadar informasi, tapi juga observasi. Ia adalah multidisiplin yang digunakan untuk membedah dan mengkaji dunia, sebagai mata hati kita untuk menatap dunia lebih jernih di garis tak berpihak.

Idham Malik



0 komentar:

Sejarah dalam Pandangan Saya