semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Kembali Membicarakan Pagi


Pagi, lama aku tak menyapamu, tak mengabadikan embunmu yang melekat di dedaunan hijau. Menatap langitmu yang biru dengan garis-garis awan membuyar. Melihat bebatuan kelabu yang mulai keropos oleh dingin.
Aku rindu menopang dagu di jendela rumahku, sembari menatap kagum helaian-helaian anggrek yang mengular di batang pohon mangga. Melihat pak tua melangkah perlahan menuju ke sawah dengan zabit di tapak tangan.
Begitulah kiranya, pagiku telah terhempas, terampas oleh tetek bengek kehidupan. Keseharian telah membuatku lupa pada ruang-ruang rinduku, wilayah untuk melepas kepengatan, sekaligus mengembalikan energi. Pagi adalah makanan bagiku, minimal untuk pikiranku. Ia seperti air yang mendinginkan mesin, atau angin yang menyegarkan hawa, sekaligus dapat memutar turbin. Oh pagi, kamu laksana dewi tempatku bersandar, mendapatkan belaian dan kehangatan.
Bagaimana aku akan menyapamu? Otakku telah penuh oleh logika dan metodologi. Aku terperangkap oleh ruang ilmuku. Kini, begitu sulit merasakanmu, sekadar mengecup rona pipimu. Kini, aku malah mengukur kekuatanmu dibanding siang, tak lepas dari tinjauan materi. Bagaimana pagi dapat menyehatkan jika kita berlari-lari, ketika frekuensi cahaya matahari dapat menyalurkan energi dalam format vitamin D. Pagi yang menghangat dan menghapus dingin. Ya.. pagi yang jauh dari kegembiraan dan dekat dengan kesunyian. Pagi yang kaku dan tak hidup. Dimanakah pagiku yang dahulu?
Pagi ini cukup cerah. Di hadapanku telah ada orang yang lalu-lalang. Hendak ke ruang kuliah sepertinya. Ah.. busana mereka juga cerah, ada kuning, merah dan biru, dengan celana kotak-kotak. Tampaknya terkesan norak. Mirip dengan mural di dinding-dinding jembatan yang sedikit banyak melukiskan cinta dan kekecewaan. Ah.. pagiku, penuh dengan warna-warni. Lagu Someday melantun indah menghapus keheningan, namun lama-kelamaan justru menambah keheningan itu.
Pagi ini pikiranku kukosongkan, sekadar untuk mengisinya dengan nikmatnya pagi. Sembari membayangkan Ia yang tak tahu lagi berbuat apa. Aku belum menyapanya pagi ini. Pulsaku habis, dan tak ada uang untuk membeli pulsa. Saat mata menatap layar note book, bulu mata melayang menyentuh papan laptopku. “Apakah ia merindukanku?”
Tak tahulah..

Jumat, 06 Februari 2009




0 komentar:

Kembali Membicarakan Pagi