semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Nama, Televisi dan Sekolah


Setelah membaca buku karya S Gegge Mappangewa “Cupidermen 3G”, saya seperti dikembalikan oleh ruang waktu ke masa remaja dulu, SMA barangkali. Novel ini mengisahkan perjalanan Yusuf sehari-hari, pelajar yang mempunyai keluarga hangat, sahabat karib, serta guru yang ia anggap menyebalkan. Secara keseluruhan novel ini bercerita tentang Yusuf yang awalnya mendapatkan kesialan beruntun akibat plesetan namanya menjadi Ucup, yang disingkronkan dengan tampannya yang mirip dengan wajah tokoh Bajaj Bajuri itu. Ucup pun dalam Bajaj Bajuri sering kali tertimpa sial.

Mulanya, Yusuf yang diceritakan punya adik yang bernama Cenrani. Adiknya ini belum bisa menyebutkan huruf S dan R secara mafhum. Makanya ia sering memanggil Yusuf dengan Yucup. Tapi, setelah serial Bajaj Bajuri lagi naik rating di Trans TV, ia melihat sosok Ucup pada kakaknya, sehingga ia pun memanggil kakaknya dengan sapaan Kak Ucup. Mendengar itu, Yusuf sangat marah dan hendak menjewer adiknya yang belum berumur lima tahun. Tapi, Yusuf pada novel ini ditokohkan berhati lemah lembut, sehingga tak jadi berbuat demikian. Ia sangat sayang terhadap adiknya itu.

Tanpa ia sangka, nama Ucup mulai tersebar di kalangan teman-temannya, juga gurunya yang bernama Pak Jaka. Itu karena ulah Cenrani yang menganggap bahwa dengan begitu akan kedengaran keren. Tiba-tiba, Erin teman kelasnya nguping dan ketularan memanggil Yusup dengan Ucup. Maka jadi deh. Celakanya, Erin menceritakan kejelekan pak jaka, guru biologinya itu. Sangat banyak urutannya dalam daftar keburukan pak Jaka. Tapi ia tidak tahu bahwa ternyata Pak Jaka ada di belakangnya yang lamat-lamat telinganya memerah. Ia baru sadar bahwa telinganya di jewer dan dicocok ke ruang guru. Setelah mendapat marah, Erin bersumpah bahwa Yusuf harus berganti menjadi Ucup. Tidak boleh tidak.

Setelah berganti nama, ia pun mendapat cobaan yang pertama. Ia dimarahi oleh orang tuanya lantaran tidak mengembalikan buku perpustakaan. Setelah itu, uang jajanannya dipotong 30 persen. Esok harinya, ia telat bangun lagi karena mimpi indah semalam. Ucup ketahuan mandi junub oleh Cenrani. Adeknya itu menyerangnya habis-habisan. Walau sebenarnya ia tidak tahu, apa sih itu mandi junub. Sesampai di kelas, ia memperoleh ejekan dari teman kelasnya. Dipelopori Andien yang mengajukan teka-teki. “Hitam, kuning, hijau. Apakah itu? Jawabannya, “Ucup lagi ee di tengah lapangan”, sontak seisi kelas tertawa.

Ucup mendapat titah dari pak Jaka untuk segera membawakan tasnya. Tapi, Celakanya pak Jaka memanggilnya dengan sapaan Ucup. Ucup pun pada akhirnya turun semangat. Kok bisa-bisanya orang dewasa seperti pak Jaka mempermalukannya di depan kelas. Sehingga membuat Ucup minder sendiri. Akibatnya, kalau ia menghadap ke cermin. Ia tak lagi melihat tampang Yusuf yang sebelumnya mirip Tobey Macguire, tapi sudah berganti Ucup Bajaj Bajuri. Pikirannya sudah terkontaminasi. Untung ia tidak mengidap penyakit Body Dismorphobi Disorder yang kalau bercermin bisa dua, hingga tiga jam. Yang kemudian akan menjauh dari pergaulan dan berusaha merubah penampilannya. Pakai kosmetik lah, sampai operasi pelastik. Ia hanya menyesalkan prilaku teman-temannya.

Ia lupa mengambil tas pak Jaka di ruang guru. Ceritanya pasti ketahuan. Pak Jaka lantas marah-marah dan memaki-maki Ucup. Seisi kelas pun ketularan kena marah. Prilakunya itu sudah terkenal dengan “marah berantai”. Marahnya tidak berhenti jika seisi kelas belum ia marahi semua. Mereka semua tertunduk, malas melihat tampang Pak Jaka. Saat hendak pulang ia ketiban sial lagi. Ucup tergoda untuk singgah di warung Daeng Sinere. Mumpung harganya sesuai dengan isi kantongnya. Dengan uang sebegitu, ia sudah bisa mencicipi nasi ayam campur plus es teler. Gege sangat cerdas membuat alur sehingga si Ucup ini memakan pisang yang ada di warung tersebut. Yang ternyata milik seorang gadis manis yang dari tadi dilirik oleh Ucup. Pas pulang ia langsung pinsan, mulutnya pun berbusa. Terakhir diketahui bahwa pisang yang ditelan Ucup telah dicampur racun tikus.

Untuk meningkatkan percaya dirinya, ia berinisatif ke salon rambut. Ucup ingin rebonding. Maksudnya, supaya kesan Ucup sedikit terkikis. Ia ingin menghilangkan tabiat Ucup pada dirinya. Yang kemudian ia ketemu dengan tiga banci pada salon 3G. Ketika rambutnya sudah lurus. Pak Jaka tak dapat mengenalnya, tiba-tiba ia terjatuh ke got karena sibuk memerhatikan wajah Ucup yang rambutnya sudah berubah. Akibat itu, Ucup lagi-lagi kena kempretan pak Jaka. Ukul pun yang ada di situ terkena marah berantai. Mereka berdua diharuskan ikut ke ruang guru besok. Di situlah awal perkenalannya dengan Ukul.

Hendak merubah nasibnya, ia ikut kontes penyiar stasiun radio gaul. Meski tanpa persiapan, ia pantang menyerah. Demi merubah nasib katanya. Memang, ia berhasil memikat hati dewan juri dengan gayanya yang khas dan lucu. Serta yel-yelnya yang cerdas. Cupidermen 3G (third Generation alias Geer-geeran, Gaul dan Gila-gilaan). Ia tak ingin menampakkan wajah aslinya, namanya pun tak mau dirubah. Ia mirip spidermen yang asli yang tak mau diketahui identitasnya. Ucup hanya ingin membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan luar biasa untuk memikat perhatian pendengar. Itu terbukti dengan banyaknya tanggapan dari pendengar, Ucup pun menjawab pertanyaan pendengar dengan santai, jelasnya memuaskan deh.

Alur dalam buku ini banyak mengandung konflik. Meski sifatnya sederhana saja. Selain konflik dengan adiknya, pak jaka, teman sekelasnya, juga dengan Banci, Gege juga menciptakan tokoh Ukul. Ukul di sini digambarkan berwajah tampan, kulit putih dan rapi, namun ia sulit bergaul dengan yang lain lantaran ia Jutek (jual ketek). Teman-temannya pada tidak tahan berdekatan dengannya, karena takut pinsan dan tidak nafsu makan. Celakanya Ukul tidak menyadari hal itu. Tokoh Ukul ini kemudian menantang Ucup untuk berkawan. Disinilah muncul konflik batin bagaimana caranya berkawan dengan Ukul dan menyelesaikan persoalannya. Endingnya,Ucup berhasil memecahkan masalah untuk menyadarkan Ukul terhadap bau badannya. Beserta persoalan ekonominya dengan rela melepas jubah Cupidermennya untuk diserahkan ke Ukul. Ia beranggapan bahwa para pendengarnya ingin melihat wajah asli Cupidermen yang tampan, bukan seperti wajahnya yang jauh dari ganteng.

Cenrani dalam karya Gege digambarkan sebagai bocah yang mempunyai penalaran lebih cepat dibanding anak seusianya. meski selalu menjengkelkan, ia mempunyai ingatan dan pertanyaan-pertanyaan cerdas yang sering kali membuat Yusuf kewalahan menjawab. Meski begitu, Ucup selalu punya jawaban yang ia pun tidak menyangkanya. Dari jawaban Ucup jelas terlihat bahwa ia ingin membimbing adiknya ke jalan yang benar, makanya jawabannya selalu tepat dan masuk di akal Cenrani. Bisa jadi jawaban itu berasal dari tuhan.

Seperti dalam percakapan Cenrani sama orang tuanya. Cenrani pernah bercita-cita menjadi Doraemon yang mempunyai kantong ajaib. Tapi Yusuf dan kedua orang tuanya mengatakan bahwa kantong ajaib itu pemberian tuhan. Jadi mintanya sama tuhan, bukan sama kantong ajaib. Juga percakapan Ucup dengan cenrani tentang ikan Ucup yang bernama Inay.
“Ikan itu bisa tidul nggak? Kan ikan tidak punya kelopak mata, jadi tidak bisa tidul dong.”
“Itulah pintarnya tuhan. Meski ikan nggak punya kelopak mata, tetap bisa tidur. Burung dan ayam juga begitu, meski tidurnya di ranting pohon, sampai kini nggak ada burung atau ayam yang mati karena terjatuh dari pohon,” jelas Ucup.
“yang pintal tuhan, burung, atau ayam?”
“Jelas tuhan yang pintar, karena dia yang ciptakan.”
“segala sesuatu itu diciptakan tuhan Cenrani, manusia cuma mengembangkan, memberi kreasi.”

Dari jawaban-jawabannya ini, Gege tampaknya selalu memasukkan unsur-unsur spiritual yang normatif. Ia tak ingin seperti penulis lain, yang percakapannya penuh dan sesuai realitas dan perkembangan zaman, maksudnya saman edan. Dengan begitu, ia berhasil lepas dari pakem buku remaja yang mainstream, yaitu selalu penuh nuansa cinta, seks, atau horror. Cupidermen jauh dari itu, ia malah menawarkan konsep yang sesuai dengan logika berpikir Gege, dimana ia selalu kembalikan ke Tuhan terhadap apa saja. Lagi-lagi ia sangat enggan melecehkan tuhan dalam novelnya ini. Mungkin karena itu pula ia mengambil jalur novel tenlitt seperti ini karena masih ada jeda yang bisa dipermak atau dipercantik sesuai selera pasar.

Cela yang ia ambil dengan memperkuat animo pembaca lewat kata-kata yang renyah. Mudah dicerna oleh otak. Bahasanya tidak rumit ditambah banyak bertembaran lelucon-lelucon khas remaja. Plesetan-plesetan sengaja ia buat untuk menggelitik perut pembaca sehingga tulisannya pun tampak hidup. Membaca buku Gege akan membuat kepala yang tadinya berat bisa langsung jadi ringan. Muka yang jemberut pun akan berseri-seri. Dengan begitu, Gege sebenarnya membantu pembacanya keluar dari masalah yang berat dengan menawarkan tulisan yang lucu, sehat, bergisi dan penuh hikmah.

Tulisannya jauh dari pemuda tampan yang tinggal di rumah mewah. Punya mobil kemudian jatuh cinta pada seorang gadis cantik berambut panjang. Malah ia memulai ceritanya dengan menggambarkan sosok Yusuf yang mempunyai keluarga harmonis, sering bertengkar dan bercanda dengan adiknya, lalu sering pula dimarahi oleh gurunya. Meski temanya tampak normal-normal saja, mengikuti alurnya membuat kita terpesona akan kekayaan imajinasi Gege. Penggambaran tokohnya bukan melalui deskripsi, tetapi lewat percakapan-percakapan dan tindak tanduknya. Dengan begitu, watak tokoh akan tergambar dengan sendirinya.

Yusuf ia gambarkan sesuai dengan perwajahan Ucup Bajaj Bajuri, yaitu mempunyai kulit coklat kehitaman, bibir tebal dan rambut sedikit geriting. Jadi tak salah kalau Cenrani memanggilnya Kak Ucup. Nah dari sini Ucup merasa risih dengan adiknya yang dengan sewenang-wenang merubah namanya. Ia takut jangan-jangan akan sesuai dengan nasib Ucup Bajuri yang selalu ketiban sial.

Hal menarik yang dapat dipetik dari buku ini salah satunya dikatakan bahwa Ucup bukan penganut “Apalah Arti Sebuah Nama”. Memang, tak dapat dipungkiri bahwa banyak anak muda yang sangat terperangkap dengan pakem ini. Perubahan nama itu menjadi beban baru buat Yusuf, ia mungkin menganut paham “Nama adalah doa”. Nama adalah karakter kita atau cerminan kita. Nama pun akan melekat dan menjadi diri kita sendiri. Jika terjadi penggambaran buruk terhadap nama kita, tak menutup kemungkinan diri kita sendiri akan berubah. Ini banyak dilakoni orang untuk membuatnya bertambah percaya diri, yaitu dengan mengganti namanya agar lebih enak didengar atau tidak kedengaran kuno. Contohnya wartawan metro tv, yang mulanya bernama Jupriadi disulap menjadi Upi Asmaradana, atau fotografer Sinar Dunia, Sukirman sontak menjadi Maman Sukirman. Orang-orang yang tidak puas dengan nama aslinya itu merubah namanya lalu menjadi beken dengan nama barunya itu. Penulis pun banyak melakukan hal serupa.

Saya sependapat dengan Yusuf bahwa nama Ucup akan membawa bencana. Karena nama dengan nama seperti itu, dalam kepala teman-temannya telah terkonstruksi tabiat Ucup yang selalu ketiban sial. Makanya orang dengan tidak sengaja mendoakan Yusuf untuk mendapat sial juga. Karena pikiran tak pernah lepas dari tubuh, pikiran dapat membahagiakan tubuh dan dapat pula membuatnya menjadi sakit. Sudah banyak penjelasan biologis dan medik yang membuktikan hal ini. Pikiran dan perbuatan. Nama dan kesialan. Semua saling berkaitan. Dari tinjauan medis, dijelaskan bahwa jika pikiran kita kotor maka tubuh turut berpengaruh dan merespon pikiran tersebut. Mekanisme syaraf dan hormon bermain yang tiba-tiba membuat hal yang kita pikirkan menjadi kenyataan. Apa yang dalam pikiran orang pun selalu menjadi kenyataan. Karena dengan berpikir seperti itu atom-atom alam akan meresponnya dan akan mengabulkannya. Setelah berpikir akan dibarengi perbuatan. Jadi kita adalah tergantung pikiran kita. Tapi, jika Ucup bisa menahan diri untuk tidak memikirkan persoalan yang tampak sepele itu, sebenarnya ia akan lebih mudah keluar dari masalah. Tapi, kita pun sadar bahwa Ucup adalah seorang remaja yang sementara mencari-cari apa sih kebenaran itu. Dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap persepsi ia kepada nama barunya. Karena lingkungannya sendiri telah dikonstruk pikirannya oleh televise. Begitu kuatkah televisi itu?
Kembali ke persoalan nama Ucup. Ucup menyadari bahwa ia harus merubah pikirannya agar tidak ketiban sial terus. Caranya yaitu dengan merubah namanya menjadi Cupidermen. Dengan perubahan nama itu, tiba-tiba ia menjadi lebih percaya diri dan lebih bahagia menjalani hidup. Ia termasuk remaja yang selalu berusaha untuk merubah nasibnya dengan cara apa pun. Termasuk menjadi penyiar radio yang ternyata ia punya bakat di sana yang kemudian menjadi ahli dan tenar. Ia pun berhasil keluar dari persoalan yang menyangkut namanya tadi.

Hikmah yang bisa dipetik dari novel ini yaitu kita para orang dewasa mesti ketat dalam mengawasi adik-adik kita yang masih kecil saat menonton tv. Karena banyak acara yang disuguhkan tv bersifat merusak atau belum layak ditonton anak kecil. Pun kalau menonton bersama harus ada yang memberikan penjelasan rasional terhadap isi tontonan itu, agar mereka tak mengambil kesimpulan sendiri yang nantinya dapat berakibat fatal.

Gege sepertinya berangkat dari realitas yang dilihatnya. Ia melihat bahwa anak muda sekarang tak dapat dikatakan gaul jikalau tak akrab dengan televisi. Dari sini ia mendapatkan imajinasi untuk menciptakan tokoh Yusuf yang mempunyai nama sangat bagus, Yusuf, nabi tertampan di dunia dan kemudian menjadi raja Mesir dan pemimpin bangsa Yahudi, namun menjadi Ucup. Dalam benak saya ia merasa bahwa anak muda sekarang gandrung dengan sinetron Bajaj Bajuri yang selalu menampilkan gaya konyol. Ia pun mulai meniru dengan menambahkan sedikit kreativitas dengan mengambil latar rumah, dan sekolah.

Percontohan kecil ini menjadi indikator bahwa generasi sekarang telah dikontrol otaknya oleh program televisi. Menurut survei, dalam 24 jam lebih dari seperdua hari anak-anak hingga dewasa dapat menongkrongi televise. Yang program acaranya tak dapat dijamin dapat mencerdaskan, tapi malah menjerumuskan dengan menampilkan gaya baru yang tidak sesuai dengan budaya ketimuran kita. Seperti budaya kekerasan, seksual, malas, komsumerisme, hedonisme, menurunkan kreativitas dan sebagainya. Gege berhasil menggambarkan sedikit realitas itu. Dimana anak-anak muda sekarang telah direkonstruksi pikirannya untuk dengan segera memperoleh sesuatu, tanpa melalui proses. Contoh telaknya seperti acara reality show yang membuat para remaja ingin segera menjadi artis. Dengan mengandalkan kemampuan menyanyinya atau olah vokalnya. Padahal ia menjadi objek suatu kekuatan besar yang padat modal yang tentunya hanya ingin memperoleh profit dari acara tersebut. Belum lagi acara kriminalitas yang dapat merusak mental remaja di samping televisi akan mengurangi semangat belajar remaja karena telah termanjakan dengan program tv. Tapi, Gege sekadar menampilkan bahwa bajaj bajuri begitu digemari oleh kalangan remaja dan pada akhirnya mengganggu privasi Yusuf yang kebetulan mirip wajahnya dengan Ucup.

Tokoh utama di sini tidak ditampilkan mewah, glamour dan tampan, tapi tampak biasa-biasa saja. Gege mampu meracik alur, karakter di luar maisntrem di atas. Ia memanfaatkan kekuarangan Ucup untuk membuat novelnya menjadi lebih hidup. Namun, pada akhirnya Ucup tak lepas dari masalah akibat nasib yang telah diperolehnya. Bagaimana tidak, pasti akan berpengaruh dalam dunia pergaulannya. Ia kian dikucilkan karena berwajah hitam, bibir tebal. Padahal defenisi cantik dan tampan itu subyektif, media lah yang memprovokasi dan mewacanakan apa yang disebut cantik. Itu pun dimanfaatkan perusahaan kosmetik yang menawarkan produknya. Dengan begitu dan propaganda media, orang-orang yang berwajah biasa-biasa saja akan serta-merta terpegaruh dan membeli produk tersebut. Karena tak dapat dipungkiri, mereka adalah remaja dimana kebenaran ia maknai secara subjektif saja, sesuai kesenangan hatinya. Tapi, ucup menempuh cara yang berbeda. Ia mengmbalikan kepercayaan dirinya dengan merubah nama menjadi Cupidermen dan bersiaran radio. Ia sangat kocak dan ia akhirnya memiliki banyak penggemar. Tapi mereka tidak tahu bagaimana wajah cupidermen sebenarnya, karena selama ini Ucup selalu mengenakan kostum. Hehehe…


Sekadar membedah buku Karya S Gege Mappangewa
Apresiasi Penulis asal Sulawesi Selatan
Semangat!!




2 komentar:

Unknown mengatakan...

ya,ya...saya juga telah membaca.
tanggapan yang menarik...

Gegge mengatakan...

thanks, udah apresiasi novelku!

Nama, Televisi dan Sekolah