semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Korelasi Negatif Regulasi Perkaderan Maba

Tahun ajaran 2008/2009, ingar bingar perkaderan mahasiswa (baca: Ospek) di kampus merah ini kurang renyah gaungnya. Jargon-jargon fakultas yang sangat antusias didengungkan dahulu tak lagi merindingkan bulu kuduk. Pun simbol-simbol yang bertebaran di tanah kampus tamalanrea ini sekadar untuk menandai territorial kekuasaan bak lenyap ditelan bumi. Ada apa gerangan? Mungkinkah ini akan memunculkan implikasi negatif terhadap perjalanan mahasiswa di samping ekses positif kemenangan adagium kampus bebas dari tindak kekerasan?

Tampaknya, meski tak kasat mata, regulasi perkaderan yang bermetamorfosis dari tahun ke tahun ini tetap menimbulkan efek samping, setidaknya telah mengikis identitas kemahasiswaan kita. Meski juga ditimbulkan oleh sebab-sebab lain yang saling berkaitan seperti daya tekan pada ukuran waktu bermahasiswa, mahasiswa seakan-akan dipaksa untuk cepat keluar dari belenggu kampus yang asyik ini, juga dosen-dosen yang kurang menjadi teladan dan sumber inspirasi karena sekadar menjadi subyek alih informasi tanpa membangkitkan girah dan potensi mahasiswa.

Rekayasa sosial macam ini pelan-pelan menumpulkan semangat perjuangan mahasiswa untuk peduli terhadap persoalan bersama, minimal mempelajari pokok persoalan lewat sajian teori-teori sosial, buku-buku bergizi tinggi, menelurkannya dalam ide, kemudian membenturkan ide tersebut dalam diskursus wacana. Pastinya ini akan melahirkan dialektika yang pada akhirnya menciptakan nuansa akademis yang dinamis.
Tak dapat dipungkiri, nuansa inilah yang meredup, lalu melemah pula fungsi turunannya. Korelasi negatif tadi bisa ditakar dari eksistensi internal lembaga mahasiswa yang kini sedu sedan. Semisal, beberapa lembaga fakultas dalam meregulasi kepemimpinan dan pengurus terkesan tersendat-sendat, bahkan hingga berbulan-bulan, seperti yang pernah terjadi di Sospol, fak. Hukum hingga BEM Unhas.

Lembaga-lembaga semisal pun mengalami fenomena krisis tanggungjawab pengurus hingga pimpinannya. Banyak pengurus lembaga yang hanya pajang nama, namun tak jelas kinerjanya. Pada tingkatan tertentu, mahasiswa akan kebingungan memilih pimpinan lantaran kurangnya sosok ideal yang bisa membawa perahu lembaga ke arah lebih baik. Calon-calon pemimpin yang hadir adalah mereka yang tak teruji mentalnya, belum terasa nuraninya, dan kurang wawasan global dan lokalnya. Meski tak bisa dikatakan seratus persen berpengaruh, bukankah ini adalah ekses negatif dari perkaderan yang kurang optimal?

Belum lagi ditinjau peranannya sebagai agen peubah di masyarakat. Rasa-rasanya akhir-akhir ini mahasiswa ogah bermandi keringat menyuarakan hak rakyat. Massa mahasiswa yang punya perhatian terhadap persoalan-persoalan tersebut kian berkurang, tampaknya di kampus merah ini yang tumbuh subur adalah mereka-mereka yang bermental pragmatis, hedonis, individual dan generasi pemalas, bukan mereka yang organik, peduli terhadap sesama dan berpikiran kritis.

Bukan berarti pula mahasiswa harus turun ke jalan untuk orasi, tapi setidaknya mahasiswa harus menampilkan i’tikad baik untuk perubahan kondisi individu dan bangsa. Hal ini bisa dilakukan lewat penalaran-penalaran, pemecahan-pemecahan kasus, membuka ruang-ruang ilmiah, menggelar kembali mimbar-mimbar akademis. Budaya ilmiah perlu digalakkan, seperti budaya literer, yaitu baca dan tulis. Budaya ini juga yang tak marak, makanya kita seakan-akan kekeringan ide dan wacana. Kehidupan pun kian garing.

Finally, kini lembaga mahasiswa telah menggelar perkaderannya masing-masing, walau terhambat oleh regulasi waktu. Ada yang masih mempertahankan pakem lama, seperti mengharuskan maba untuk mengenakan busana yang aneh-aneh, ada pula yang memodifikasinya dengan memperbanyak ke sisi materi dalam ruangan. Pun demikian ke depannya perlu ada tambahan muatan diskusi-diskusi ilmiah untuk melatih daya kritis mahasiswa baru juga menumbukan kesadaran bermahasiswanya. Jangan dilupakan pula budaya literer, atau semacamnya lah.

Tajuk koran kampus identitas akhir Oktober, 2008



0 komentar:

Korelasi Negatif Regulasi Perkaderan Maba