1 minggu yang lalu
Pemandu di Dunia Sastra Ala Dick Hartoko dan B. Rahmanto
Berikut adalah daftar istilah penting yang sering digunakan dalam dunia sastra, dapat menjadi pemandu serta pisau untuk memahami sastra lebih dalam. Semoga istilah-istilah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, untuk lebih mencintai, menghayati dunia sastra. Berangkat dari sastra, kita manusiakan diri kita..
A
Absurb : gerakan dunia pentas pada tahun 50-an, tidak hanya di dunia barat terpengaruh oleh eksistensialisme Prancis, khususnya mengenai kedudukan manusia yang absurb : manusia yang mencari ketertiban, logika, koherensi, lantaran dunia tidak memiliki kategori-kategori tersebut. Kemustahilan untuk berkomunikasi dengan sesama manusia, kesepian, ketakutan, keinginan melarikan diri ke suatu dunia khayalan. Eksponen-eksponen di dunia barat antara lain, Beckett, Adamov, Ionesco, dan Gesnet. Unsur absudisme di Indonesia tampak atas karya pentas Putu Wijaya.
Adaptasi: Saduran dengan maksud supaya sebuah karya lebih sesuai dengan sidang pembaca tertentu. Sering sebuah karya klasik disadur khusus untuk kaum pembaca muda, seperti Ramayana, Robinson Crusoe, Don Quijote, Petualangan Gulliver.
Akrostikon: bentuk penulisan sanjak. Huruf-huruf pertama setiap larik, bila dirangkaikan, menampilkan nama seseorang atau peristiwa.
Akumulasio: Gaya penulisan atau berpidato yang merangkaikan sejumlah kata yang kurang lebih sama artinya atau menunjukkan sesuatu klimaks, “Musuh kita serang, kita terjang, kita ganyang”.
Alegori: Dalam penulisan kiasan, terdiri sejumlah metafor atau perumpamaan yang kait mengait dan merupakan gambaran yang menyeluruh. Atau, dalam epik dan dramatik bila pengertian abstrak atau keutamaan-keutamaan, sifat baik dan buruk dipentaskan sebagai tokoh-tokoh (personifikasi).
Alur: sama dengan plot. Secara komplementer berkaitan dengan cerita. Diperkenalkan pertama kali oleh Foster, Aspects of the Novel, 1927. Cerita sama dengan urutan peristiwa secara kronologis semata-mata (terdapat sebab akibat): Raja meninggal lalu permainsurinya meninggal. Alur menampilkan sebabnya, permainsuri meninggal karena raja meninggal, ia mangkat lebih karena rasa sedih. Dengan menghilangkan atau membalik beberapa adegan, dapat diteliti apakah alurnya konsisten atau tidak.
Amanat: Dalam bahasa inggris disebut “message”, pesan. Dalam kebanyakan sastra lama, amanat yang disampaikan biasanya tersurat, sedangkan dalam karya sastra modern, pesan dikemukakan secara tersirat.
Ambiguitas: berarti Ganda. Menurut New Criticism ambiguitas merupakan inti segala puisi. Dalam bahasa puisi kata-kata di samping arti denotatif juga mempunyai arti konotatif. Air misalnya bukan berarti sesuatu yang cair (H2O), tapi juga kehidupan, atau cinta kasih
Amplifikasi : Gaya penulisan yang membeberkan sesuatu dengan panjang lebar, dengan segala seginya.
Anafora: biasa juga disebut repetisi: 1. mengulangi kata atau sekelompok kata yang sama pada awal beberapa bait, kalimat atau bagian kalimat. Khususnya dalam ilmu pidato akal ini dipakai untuk memberik tekanan atau untuk menunjang simetri dalam susunan kalimat. 2. Dalam linguistik dan ilmu teks unsur anaforis tergantung pada unsur lain (anteseden) dalam penafsirannya. Misalnya, “Amir tidak naik kelas, ia gagal dalam matematika”. Unsur deiksis menunjukkan kepada konteks situasional, nonbahasa, kepada situasi bahasa yang kongkrit (waktu, tempat, siapa). Deiksis memainkan peranan penting dalam pentas, karena menghubungkan teks yang diucapkan dengan situasi yang ditampilkan.
Anagram: kata yang terjadi dengan menyusun kembali huruf-huruf sebuah kata lain atau sejumlah kata. Dalam aliran mistis dari timur tengah dan timur, kombinasi huruf-huruf tertentu dianggap mempunyai arti magis. Namun di barat dianggap permaianan saja, sering untuk menyusun sinonim. Menurut De Saussure, prinsip anagram merupakan dasar bagi teknik puisi dalam bahasa-bahasa Indo-Eropa. Dengan memilih atau menyusun kembali fonem-fonem dapat disusun kata-kata yang penting.
Anakronisme: ana-kronos, yang berarti waktu. Pelanggaran terhadap urutan atau keadaan waktu. Misalnya bila pengarang menampilkan seseorang dari zaman dahulu dengan gaya bahasa dan pakaian dari zaman sekarang. Kadang dilakukan dengan sengaja agar terlihat lucu. Anakronisme lain daripada anakroni, sebuah istilah dalam teori narasi untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan antara susunan cerita dan kronologi dalam urutan peristiwa. Dalam bab pertama misalnya telah dibeberkan apa yang baru akan terjadi pada akhir cerita (antisipasi) atau dikutip suatu pristiwa yang dahulu pernah terjadi (retroversi).
Analitik: Drama analitik,sebuah drama yang tidak pertama-tama mengembangkan sebuah pristiwa, melainkan tahap demi tahap membuka tirai, apa yang terjadi pada masa silam. Pertanyaan pokok ialah, “siapa tahu apa?” Baca misalnya Sophokles, Oedipus Sang Raja; Becket, Menantikan Godot.
Anastrofe: juga disebut inversi bila urutan sintaktis dibalik. Khusus terjadi dalam puisi, demi irama, rima atau efek bunyi. Juga dalam prosa untuk menekankan sesuatu.
Anonim : tanpa nama, sebuah karya yang pengarangny tidak disebut. Hal ini sering terjadi dengan sastra rakyat. Tetapi juga bila pengarang ada ulasan, supaya namanya tidak diketahui oleh pihak berwajib.
Pseudonim ialah nama samaran. Ini pun terjadi bila pengarang ada alasan menyembunyikan identitasnya, atau karena semata-mata ingin meniru, atau karena efek publisitas. Kadang-kadang nama samaran ada arti simboliknya, misalnya Multatuli (aku telah banyak menderita).
Antifon : dalam ibadat katolik berarti larik yang mengawali dan menutup pendarasan mazmur, atau selingan mazmur yang dinyanyikan oleh semua ummat.
Antihero : tokoh utama dalam roman yang kelakuannya menyimpang dari watak dan penokohan drama klasik. Antihero itu tidak berani, tidak terdorong hawa nafsu, tidak menerima nasib bagaikan seorang pahlawan, tetapi merupakan korban tak berdaya dari sejumlah peristiwa yang kebetulan terjadi.
Antiklimaks : 1. Bila gaya anggun dan serius tiba-tiba diganti dengan gaya dan bahasa sehari-hari ; sering untuk mencapai efek yang komis. 2. Dalam cerita, bila perkembangan peristiwa mencapai puncak ketegangan (klimaks), lalu disusul dengan peristiwa yang melegakan.
Antiroman : Roman yang dengan sengaja (kadang dengan maksud parodi atau protes) menyimpang dari konvensi penulisan roman tradisional, baik mengenai temanya maupun mengenai penguraiannya. Antiroman pertama ditulis oleh Sorel pada tahun 1633. Oleh pengarang avant-garde ditulis sebagai eksperimen.
Antropomorfisme : sifat-sifat dan emosi manusiawi diterapkan terhadap seorang dewa atau Tuhan, misalnya bila dalam Alkitab disebut tuhan menjadi marah. Antropomorfisme juga terjadi dalam dongeng-dongeng hewan (fabel).
Apoteose : Dalam seni drama, adegan penutup yang cemerlang dan massal.
Aristoteles: Filsuf Yunani yang antara lain menulis tentang puisi dan drama. Aristoteles menyimpulkan adat kebiasaan yang dilaksanakan oleh pengarang drama besar waktu itu (antara lain Sophokles dan Euripides). Alur berlangsung menurut sebuah skema tertentu, yakni eksposisi (pemaparan) retardasi (memperlambat), klimaks dan penyelesaian. Kadang-kadang juga disebut drama simetris. Yang biasanya disebut hukum ketiga kesatuan (aksi, waktu dan tempat) sebagai hukum yang tidak berasal dari Aristoteles, tapi baru dirumuskan oleh Castelvetro (1570) dan Jean de la Taille di Prancis. Kesatuan aksi menuntut supaya alurnya tunggal ; kesatuan tempat supaya peristiwa terjadi disatu tempat saja, kesatuan waktu, supaya peristiwa rampung dalam waktu sehari saja. Ketiga kesatuan ini terjadi di masa yunani klasik bukan karena hukum, tapi karena keterbatasan teknis.
Arkadia : Dari kata ‘Arkadia’, sebuah daerah di Yunani yang dilukiskan sebagai daerah yang indah permai, penuh rerumputan, tempat para gembala menggembalakan domba-dombanya, mai seruling, bercanda dan berpacaran. Istilah sinonim yang sering dipakai juga ialah bukolis, idilis, pastoral. Jadi sastra yang bersifat arkadis ialah sastra yang melukiskan kehidupan di pedesaan yang masih murni, tentram, dekat pada alam. Tema-tema yang sering digambarkan ialah cinta, lomba nyanyi, tarian dan musik. Dalam syair itu dilukiskan teknik dan seluk beluk pertanian, peternakan dan pemeliharaan lebah (Vergilius, Bucolica). Pada zaman Renaissance dan Barok berkembang lagi puisi arkadis atau idilis. Penyair mencari kebebasan dan keselarasan dengan alam yang telah hilang dari masyarakat yang hiruk pikuk.
Arkaisme : Dari kata Yunani ‘archaios’ berarti kuno. Gaya bahasa yang dengan sengaja mempergunakan ungkapan-ungkapan yang tidak lazim lagi dengan maksud untuk menimbulkan suasana tertentu, seperti misalnya suasana anggun (suasana di kalangan kraton), suasana historis atau warna lokal.
Arketipos : 1. Dalam bidang kritik teks-teks tua mengenai sebuah naskah yang masih tersimpan atau yang dapat direkonstruksi kembali dan yang merupakan induk segala naskah dan salinan lainnya. Misalnya archetipos kakawin Ramayana. 2. Dalam ilmu jiwa-dalam gambar purba yang berakar dalam alam tak sadar kolektif (Jung). Arketipos kita jumpai dalam berbagai lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda, baik dalam ruang maupun dalam waktu dan yang tidak tergantung satu dari yang lain. Muncul dalam ungkapan kreatif manusia (seni sastra, seni rupa, mitos dan dongeng) seperti misalnya pohon kehidupan, air yang membersihkan, citra seorang ibu sebagai sumber kehidupan, gunung, laut. Gambar-gambar tersebut dapat dianggapp sebagai endapan psikis yang berbekas dalam jiwa manusia, akibat pengalaman-pengalaman serupa. Juga digambarkan pada tokoh-tokoh sastra, seperti sang pahlawan yang berani mencuri api dari para dewa, tokoh yang tidak sadari membunuh ayahnya dan nikah dengan ibunya (oedipus dan lutung kasarung).
Artefact: “arte factus” yang berarti dibuat dengan seni. Benda-benda buatan manusia purbakala, seperti kapak batu, tombak, kuali. Dalam ilmu sastra istilah ini diperkenalkan oleh eksponen aliran strukturalis Praha, Jan Mukarovsky. Yang dimaksudkan ialah karya sastra yang sudah bulat jadi, tidak berubah lagi. Dilawankan dengan “objek estetis”, karya seperti dicerap oleh pembaca. Pencerapan ini ditentukan oleh “cakrawala harapan”, yaitu konsensus mengenai norma-norma artistik pada waktu tertentu. Artefakct yang sama dibarengi oleh pencerapan-pencerapan yang berbeda-beda dari zaman ke zaman.
L’art pour l’art :Seni demi seni, tidak tunduk kepada suatu tujuan di luar bidang seni, jadi tidak boleh dinilai menurut kriteria moral, politik atau didaktik. Pendapat ini dari kalangan Romantik di Jerman dan menghasilkan suatu aliran sastra di Prancis sekitar tahun 1850 (Gauthier, Flaubert dan Baudelaire).
Asyndeton : Gaya bahasa yang merangkaikan sederetan kata yang kurang lebih sama artinya. Hubungannya dapat bersifat kopulatif (dan), adversatif (tetapi), kausal (karena). Hubungan kopulatif dapat mengungkpkan kecepatan atau klimaks seperti misalnya ucapan Julius Caesar, “Veni, vidi, vici” (Kudatang, kulihat, kumenang).
Aubade: Dari kata Prancis “aube” yang berarti fajar. Salam pagi untuk seorang kekasih (salam senja adalah serenade), bentuk nyanyian yang di Eropa Barat terjadi pada abad ke – 12. Dua kekasih menyatakan rasa sesal, bahwa fajar mengakhiri perjumpaan mereka.
Auktorial : situasi dongeng auktorial. Istilah ini diperkenalkan oleh F.K. Stanzel; si juru cerita atau dongeng bersifat mahatahu dan mahahadir. Alur cerita disela dengan komentar, kadang-kadang dengan antisipasi atau retroversi, bahkan dengan langsung menyapa pembaca. Pembaca diantar masuk ke dalam cerita dengan bimbingan seorang pandu yang berwibawa.
Aula: berarti setengah lingkatan. Bentuk pentas yang tetap setia pada posisi penonton yang berhadapan dengan para pemain, tetapi karena sebagian pentas ditonjolkan, untuk sebagian terjadi di tengah-tengah para penonton.
Avant-Garde: gugus depan. Kelompok seniman yang pada saat tertentu membrontak terhadap norma-norma yang berlaku di dalam dunia seni lalu bereksperimentasi dengan bentuk, teknik dan gaya-gaya baru. Sering berantisipasi pada hari depan. Dapat dianggap sebagai faktor struktural dalam evolusi artistik. Dalam kurun 1910-1930 meliputi aliran futurisme, dadaisme, surrealisme, kubisme dan sebagainya. Dalam dunia drama sekitar teater absurb seperti Beckett, Ionesco dan Adamov.
Untuk sementara, daftar istilah ini hanya untuk alfabet A dulu. Insya Allah akan dilanjutkan untuk huruf-huruf berikutnya. Disalin dari buku Pemandu di Dunia Sastra karya Dick Hartoko dan B. Rahmanto..
Idham Malik
Sabtu, 8 Januari 2011
2 komentar:
capek jg ngetiknya ya...
hehehe.. iya kak,, lumayan capek..
Posting Komentar