G
Geistesgeschichte: Istilah dalam Bahasa Jerman yang berarti sejarah rohani; penulisan sejarah yang menitikberatkan perkembangan rohani, aliran-aliran. Suatu aliran dalam dunia sastra Jerman tahun 1895-1925. Sastra dipandang sebagai ungkapan kehidupan. Eksponennya Wilhelm Dilthey (1905). Mereka ingin memahami (verstehen) sebuah karya sastra dari dalam, lewat empathie, penghayatan dan intuisi dan menurut semangat zaman. Mereka melawan positivisme yang ingin menerangkan. Kurang memperhatikan bentuk dan struktur.
Gelanggang: nama sebuah ruangan kebudayaan di mingguan ‘siasat’ yang terbit tahun 1948-1959, dengan para pengasuhnya antara lain: Chairil Anwar, Ida Nasution, Asrul Sani, Rivai Apin, St. Nuraini, dan lainnya.
Gelanggang Seniman Merdeka: Nama sebuah perkumpulan seniman, didirikan di Jakarta 19 November 1946 yang tidak hanya terbatas pada para sastrawan, tetapi juga para pelukis dan musikus. Tercatat sebagai anggotanya antara lain: Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Pramodya Ananta Toer, Sitor Sitomorang, Baharuddin M.S, Basuki Pesobowo, Mochtar Apin dan lain-lain. Sedangkan sebagai media saluran gagasannya adalah ruang kebudayaan “Gelanggang” di mingguan Siasat.
Genre: Istilah dalam bahasa Prancis yang berarti jenis. Diucapkan zyanre.
1. Dalam dunia sastra dibedakan tiga pokok genre, ialah lirik, epik dan dramatik. Cukup lama didaktik juga dipandang sebagai suatu genre pokok. Kriteria yang diterapkan dalam membedakan tiga jenis ini antara lain berhubungan antara manusia dan dunia (lirik yang subjektif, dramatik yang objektif dan epik yang campuran). Atau menurut situasi bahasa, siapa yang berbicara (aku dalam lirik, para pelaku dalam dramatik, juru cerita dan pelaku dalam epik). Juga ungkapan mengenai ruang dan waktu dipergunakan sebagai kriterium; dalam lirik waktu seolah-olah menjadi beku, tidak terikat akan waktu. Dalam epik waktu mengalir sedangkan dalam dramatik waktu diaktualisasikan, terjadi sekarang. Gaya, stilistik, juga memperhatikan perbedaan antara puisi dan prosa. Secara grafis pun tiga jenis ini memperlihatkan tata muka yang berbeda-beda. Julius Petersen pernah menyusun tiga genre itu menurut sebuah skema yanga diilhami oleh tiga bentuk alami. (Gothe). Lirik merupakan penampilan monolog mengenai suatu keadaan, epik merupakan berita mengenai suatu perbuatan, dramatik adalah penampilan dalam bentuk dialog mengenai sebuah perbuatan.
2. Jenis teks yang konkret, misalnya Balada, soneta, cerita detektif, dan seterusnya.
Gerakan 80: Sekelompok penyair muda di Negeri Belanda semenjak tahun 80 abad lalu. Mereka bereaksi terhadap didaktisme nasionalistis, moral dan relegius, kiasan klise dan gaya retoris yang dipakai oleh sejumlah penyair sebelumnya. Mereka berpendapat bahwa isi dan bentuk harus bersatu padu, menyembah keindahan, menyamakan seni dengan peluapan emosi, ekspresi paling individual dari emosi paling individual. Dipengaruhi oleh estetisme, impresionisme dan romantik dari Inggris (Shelly dan Keats). Mereka tidak merupakan suatu kelompok yang homogen. Dirintis oleh Perk, diteruskan oleh Kloos, Gorter dan Verwey. Beberapa pengarang prosa yang naturalistis dan impresionistis juga termasuk gerak 80, seperti misalnya van Deyssel, Couperus, van Looy dan Prins.
Ghazal: Sejenis puisi dalam sastra Arab dengan skema rima sbb. Aabacada.. Banyak diperaktekkan oleh Hafiz, seorang penyair Iran pada abad ke-14.
Gothic novel: cerita horor penuh unsur gaib, hantu, vampir dan sebagainya. Ditempatkan dalam suasana Abad Pertengahan (abad dengan gaya gothic dalam seni bangunan) atau di tengah-tengah puing sebuah puri, biara. Gothic novel digemari di Inggris pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke 19. H. Walpole, The Castle of Otranto (1764). M. Shelley, Frankenstein (1819) dan lain-lain.
Grotesk: dari kata Italia “grotto” yang berarti gua. Pada akhir abad ke-15 digali sebuah gua penuh lukisan aneh, makhluk yang untuk sebagian bersifat manusia, untuk sebagian binatang atau tumbuhan. Dalam sejarah sastra istilah ini untuk pertama kali dipakai oleh Rabelais, seorang pengarang Prancis abad ke-16, tetapi baru umum dipakai pada abad ke 18. Pada umumnya dimaksudkan sebuah karya sastra yang bersifat aneh, yang menyimpang dari bentuk-bentuk alami, khususnya dengan menampilkan manusia-manusia yang salah satu anggota badannya teramat besar. Sering mengandung sebuah kontradiksi, misalnya seorang nenek tua yang hamil. Kata lain yang dipakai sebagai sinonim ialah “bizar”.
Gurindam: Jenis puisi Melayu lama yang terdiri dari dua lirik, ber-rima akhir a-a dan merupakan kesatuan utuh. Larik pertama biasanya memberikan soal, sedangkan larik kedua memberikan jawabnya. Isinya kebanyakan berwujud petuah atau nasihat. Gurindam yang cukup terkenal adalah “gurindam dua belas” karya Raja Ali Haji.
H
Hagiografi: Dari kata Yunani “hagios” yang berarti kudus, suci. Biografi mengenai orang saleh, santo atau martir (sahid).
Haiku : bentuk puisi dari Jepang dengan 17 suku kata, terbagi menurut 3 larik (5-7-5). Sebuah observasi terhadap alam (dalam bentuk yang dekat pada kita) membuka pengertian puitik dan intuitif mengenai kenyataan. Bentuk ini sangat digemari di Jepang sampai sekarang ini (Basho, Buson, Issa dan Shiki). Di luar Jepang mulai dikenal sejak tahun 1960.
Hermeneutika : Dari kata Yunani ”hermeneuein” yang berarti menerangkan. Cabang filologi yang bermaksud menerangkan sebuah teks. Pada abad pertengahan terbatas pada teks Alkitab. Berkembang khusus di Jerman. Dapat dibedakan tiga periode.
1. Sebelum romantik, berdasarkan prinsip umum bahwa bagian harus diterangkan dalam keseluruhan dan sebaliknya (lingkaran hermeneutik). Perbuatan hermeneutik terdiri atas tiga unsur, yakni mengerti, menafsirkan dan menerapkan. Terbatas pada teks-teks yang sukar dimengerti.
2. Zaman romantik, Scheiermacher dan Dilthey. Tidak terbatas pada teks-teks sukar. Mengerti dan menafsirkan menjadi satu. Lingkaran h. Yang lama dijadikan dua, lingkaran psikologis (aspek subjektif) dan lingkaran historis dan gramatikal (aspek objektif). Prinsip psikologis menuntut agar juru tafsir menempatkan diri dalam kehidupan batin si pengarang. Lingkaran objektif semula menekankan unsur-unsur bahasa (sejarah bahasa dan sastra, gaya), tetapi kemudian di bawah pengaruh Dilthey bergeser ke arah sejarah. Juru tafsir hendaknya menempatkan diri dalam semangat zaman karya itu ditulis.
3. Hermeneutik fenomenologis (Gadamer) mengusulkan dialog dengan teks. Mengerti sebuah teks secara tuntas, karena faktor sejarah, tidak mungkin. Jarak sejarah dapat dijembatani dengan dialog, sehingga cakrawala masa dahulu dan kini menjadi satu. Alam pikiran kita ditentukan oleh praduga-praduga. Sejarah proses ini oleh Gadamer dinamakan Wirkungsgeschichte. Wellek dan Warren juga mendukung sebuah pendekatan suatu ilmu tafsir yang mencukup perkembangan arti sebuah kata (perspectivism).
4. Dalam aliran Nouvelle Critique yang dipelopori oleh Roland Barthes usaha menafsirkan sebuah karya sastra sangat dipersoalkan. Nouvelle Critique berpendapat, bahwa sebuah karya sastra merupakan sebuah sistem semantik yang melahirkan arti-arti dan tidak hanya satu arti saja. Juru tafsir hendaknya menyusun kaidah-kaidah untuk menemukan arti-arti itu. Teks merupakan suatu tenunan (textum) terdiri atas jaringan benang-benang semantik yang mengajak si juru tafsir untuk menenunnya kembali.
Hermetisme : sifat puisi dan prosa yang sukar dimengerti karena gaya penulisan yang tidak konvensional (kreativitas dalam kosakata, sintaksis yang tidak koheren, pendobrakan terhadap konvensi literer, acuan kepada teks-teks yang hanya diketahui segelintir orang saja, dan sebagainya). Dengan demikian, seorang pengarang elite dapat mengumpulkan sidang pembaca yang selektif. Pengarang memaksa pembaca untuk menggali lebih dalam.
Hikayat: Jenis prosa cerita Melayu lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan mukjizat tokoh utamanya; kadang mirip cerita sejarah atau berbentuk riwayat hidup. Misalnya: hikayat indra bangsawan, hikayat kalilah dan Daminah, Hikayat Nabi Bercukur, Hikayat Iskandar Zulkarnaen, Hikayat Bayan Budiman.
Historisisme: teori yang berpendapat, bahwa baik ide-ide, norma-norma maupun perkembangan peristiwa-peristiwa dapat diterangkan dengan hukum-hukum perkembangan historis semata-mata. Teori ini berkembang pada abad ke-19 dan mempengaruhi baik sastra maupun pengajian sastra. Romantik memang sangat menaruh minat terhadap masa yang silam. Sebuah karya sastra dari masa lampau hendaknya dinilai menurut norma-norma yang berlaku pada masa itu.
Himne : Dari kata Yunani ”hymnos” yang berarti lagu untuk memeriahkan hari raya. Pada umumnya lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, tuhan, seorang pahlawan, tanah air atau almamater.
Hiperbola : Dari kata Yunani ”hyperballein” yang berarti melemparkan ke atas. Ungkapan yang melebih-lebihkan suatu sifat, misalnya ”berwatak baja”, ”lari secepat rusa” dsb.
Historiografi : Penulisan sejarah umat manusia menurut segala seginya, politik, ekonomi, adat istiadat, kehidupan rohani, hubungan sosial dan lain sebagainya. Historiografi pertama-tama merupakan suatu cabang dari ilmu sejarah, tetapi pengarang dapat menjadikan pelukisannya itu suatu karya sastra (misalnya dengan menimbulkan suatu gambaran yang sangat hidup sehingga dapat dibaca bagaikan roman). Pada zaman klasik Yunani dan Romawi, historiografi dianggap sebagai seni prosa (misalnya karangan Julius Caesar mengenai peperangan di Gallia). Karangan Gibbons mengenai runtuhnya kekaisaran Roma (1781) di kemudian hari lebih dinilai sebagai karya sastra. Demikian juga Huizinga, Musim Rontok Abad Pertengahan (1919).
Historis : Roman historis, roman sejarah, mengambil bahan dan tokoh-tokohnya dari masa silam, biasanya dengan maksud untuk menampilkan suasana pada suatu zaman tertentu. Bahan diterima dari penelitian sejarah tetapi diolah, diatur dan ditafsirkan menurut daya imaginasi sendiri. Dapat dibedakan tiga tipe roman historis, a) pengarang hanya mengolah data yang sudah pasti, b) pengarang menafsirkan data itu, c) fakta sejarah hanya berfungsi sebagai kerangka atau latar belakang saja. Demikian misalnya Sienkiewicz, quo vadis (1896), Walter Scott, Ivanhoe dan Waverley Novels (1814-1819), Tolstoi, perang dan Damai (1869), YB. Mangunwijaya, ikan-ikan, Hiu, Ido, Homa, Nst. Iskanda, Hulubalang Raja.
Humanisme: dari kata latin “humanus” yang berarti manusiawi. Secara khusus aliran intelektual di Eropa Barat selama abad ke-15 dan ke-16. Seorang humanis menekuni karya-karya filsafat dan sastra dari abad klasik Yunani dan Romawi (Erasmus, Thomas More) dan berusaha meniru karya-karya itu. Ini dibarengi rasa hormat bagi martabat manusia sebagai seorang individu mandiri, yang tanpa otorita dari luar dapat menentukan apa yang baik dan apa yang jahat. Pengajian sastra dengan sendirinya mewujudkan seorang manusia yang paripurna dan yang berwatak baik, keseimbangan antara cipta, karsa dan rasa. Baru pada abad ke-18 humanisme mulai memutlakkan keotonomian manusia dan menjauhi agama kristen.
1 minggu yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar