semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Berkenalan dengan Jazz


Bulan Mei-Juni ini, ada sesuatu yang baru di kehidupanku, sesuatu yang merangsang telinga, merembes ke relung hati. Musik lah mahluk yang memesona itu, yang sebelumnya sekadar mengisi hari-hari saat berinteraksi dengan laptop, yang hanya menjadi warna di pagi hari saat mandi atau mencuci baju, kini menjadi semacam gairah, interessant, passion. Musik sudah menjadi makanan, yang menyatu dengan diri, walau mungkin saya cuma menikmati, belum sampai pada tahap memainkan.. dan kian bertumbuh saat berkenalan dengan Jazz, pertengahan Mei lalu.

Pertama kali menonton konser jazz pada pertengahan Mei itu, saya kebetulan membeli koran kompas edisi kamis, dan sekenanya saja membaca rubrik pendidikan dan kebudayaan pada kolom langkan. Di kolom kecil itu, termuat informasi konser musik jazz “gratis” yang diselenggarakan oleh Bentara Budaya Jakarta/BBJ (Kompas Gramedia), di Palmerah Selatan. Tentu ada perasaan senang, karena bisa menonton gratis, maka sore harinya saya pun bersiap-siap meninggalkan Kapuk, menumpang angkot dan berganti-ganti busway hingga naik ojek ke Palmerah Selatan. Saya datang sedikit lebih cepat, jadi harus menunggu. Orang yang hadir bisa dihitung jari, kami duduk pada kursi panjang dari kayu di halaman BBJ, berhadapan dengan panggung yang sederhana, tapi cukup indah.

Setengah jam berselang, orang-orang mulai berdatangan, sepertinya dominan adalah orang kantoran yang pakaiannya rapi dan necis, kalau perempuan tampak begitu anggun. Tampaknya, Cuma saya yang mengenakan kaos oblong pada malam gelap itu.. hehe.. terdapat pula orang-orang tua, ramput putih, yang datang seorang diri dan duduk paling depan.. ada juga yang datang sekeluarga, membawa dua orang anaknya yang masih kecil-kecil. Saya duduk santai saja, bertiga dalam satu kursi panjang bersama sepasang pemuda yang berbagi kasih.. Dan pemain pun bersiap-siap, mereka bertiga, dan menamakan diri sebagai ”Trio, Rio Moreno”..

Ketuanya bernama Rio Moreno, yang saat itu memainkan organ, yang lainnya adalah dua pemuda yang tak saya ingat namanya, satu bermain drum, satunya lagi bermain bass.. aliran musik mereka adalah Jazz latin, memainkan beberapa karya pemain jazz terkenal, dan sebagian lagi adalah karya aransement Rio Moreno.. saya tak kenal dengan pencipta musik-musik jazz, judul musik, dan aliran-alirannya, dan memang tak berusaha untuk mengingat. Saya datang ke sana untuk menikmati.. dan betul-betul menikmati.. dalam remang-remang itu, saya menggerakkan badan sekenanya, tenggelam dalam lautan nada yang begitu indah, semuanya lupa, semuanya hilang, yang muncul adalah rasa.. yang tak terbahasakan..

Saya pulang ke kontrakan mendekati tengah malam, untuk masih ada mobil yang mau mengantar. Tiba dikontrakan dengan kelelahan dan tidur pulas hingga pagi hari. Pagi harinya, saya berniat mengagendakan waktu untuk mencari konser-konser jazz gratis. Maka setelah bertemu dengan bapak penjual koran keliling, saya minta untuk langganan kompas untuk hari Kamis, Sabtu Minggu saja. Saya pilih hari kamis karena pada hari itu kemungkinan ada informasi agenda-agenda kegiatan BBJ yang menarik. Sabtu karena beritanya yang padat, dan minggu karena kajian budaya dan sastranya yang memukau.. hampir sebulan saya menelurusi langkan, tak ada konser yang diselenggarakan, yang ada hanya pameran patung, dan lukisan.

Pertigaan juni kemarin, seorang teman datang dari Makassar, bernama Icha Dian, junior identitas yang baru saja ujian meja. Dia ke jakarta dalam rangka pelatihan sebagai ahli gizi perusahaan makanan ternama, Danone. Saya menjemputnya di Bandara Soekarno-Hatta, lalu mengantarnya ke Hotel Hariss, Tebet, tempatnya menginap selama seminggu. Malamnya, kami sempat nonton film horor, Scream 4 di Bioskop Setia Budi. Lusa, ia bersama seorang junior yang lain, bernama Asri yang juga mencari hidup di Jakarta sejak Januari 2011 lalu tiba-tiba ingin berkunjung ke kontrakan, maka datanglah mereka ke kontrakan di cengkareng timur pada magrib. Kami ngobrol hingga pukul 11.00 malam. Dan mereka pulang ke Tebet dengan ongkos mahal, maklum, mereka pake taksi.. mana ada patas atau busway yang beroperasi malam hari di pinggiran jakarta ini... hehehe

Dari perbincangan malam itu, untuk mengisi hari-hari tamu kami, Icha dari makassar, maka besoknya kami rencana kumpul lagi, di Gothe Haus, Jaln Samratulangi, Menteng, Jakpus. Menariknya, karena agendanya adalah nonton konser Jazz “gratis” atau “GB”/Gak Bayar.. hehe.. Gothe Haus adalah institut pusat kebudayaan Jerman, yang tiap minggu menyelenggarakan agenda kebudayaan, seperti konser musik, pemutaran film, atau mungkin dancer.

Malam itu, saya kembali menikmati lagi, yang tampil adalah kelompok Sandy Quartet, personel empat orang, yang dipimpin oleh Sandy yang memainkan Drum. Permainannya memukau, membuat jiwa saya mengalir, dan memantulkan warna-warna.. saya begitu mengagumi cara mereka memetik gitar, bermain bass, caranya menyentak drum. Sehingga melahirkan lantunan musik yang berbicara.. dengan bahasa nada.. bahasanya sangat panjang, kita tidak bisa mengartikan apa yang diungkapkannya. bahasa itu tidak dicerna oleh akal, tapi langsung menerobos jiwa, yang menafsirkan adalah jiwa.. yang turut bergerak sesuai dengan lantunan harmonisasi musik itu.

Kelompok kedua lebih memukau lagi, dimotori oleh Benny Lakumahuwa, seorang perintis Jazz awal di Indonesia ini. umurnya sudah 50 tahun ke atas, tapi dia masih kuat meniup saksofon, bermain flute.. kelompok itu terdiri dari lima orang, yaitu Benny Lakumahuwa, Barry Lakumahuwa (anak Benny) yang bermain bass gentong, dimas yang bermain bass, lelaki tambun bermain alat tiup, dan satunya lagi memainkan piano. Mereka bermain begitu ekspresif dan bergairah.. khususnya Barry Lakumahuwa, umurnya mungkin di bawah 20, tapi permainannya!!.. bushet.. satu sesi, dia bermain berdua saja dengan bapaknya (Benny), dia memegang gitar bass, dan bapak memainkan flute (alat tiup).. mereka saling berbicara, berkejaran, dan saling balas bahasa.. komunikasi bapak anak ini begitu aneh, lantaran menggunakan musik. Kita tak tahu apa yang muncul saat berkomunikasi, mungkin begitu juga dengan mereka, mereka berbicara lewat alat musik sekenanya.. dan hasilnya,, luar biasa..!!

Besoknya, saya mengunjungi Gothe Haus lagi, tapi kali ini hanya sendiri.. itu pun saya datang terlambat dan tidak kebagian kursi. Saat itu kondisinya tidak memungkinkan untuk dapat saya nikmati sepenuhnya, karena sebentar-sebentar sms, sebentar-sebentar menelpon, jadi sering keluar masuk ruang.. pemainnya berasal dari Jerman, yakni.. trio Begnini.. Permainannya asyik, tampaknya, saya belum bisa membeda-bedakan, mana yang lebih bagus diantara yang saat itu dan yang kemarinnya.. saya hanya bisa menikmati, dan belum bisa menilai.. mungkin karena sama-sama bagus kali yah..

Konser Jazz yang saya ikuti lagi adalah konser Minggu (19/06) di @america, lantai 3 Fasific Place, Hotel Ritz Calton, Jln Jendral Sudirman. Masuk ke Fasific palace harus mengikuti prosedur keamanan berganda, masuk ke @america apalagi. Pertama, tas kita dulu di sensor.. kemudian tubuh mesin, lalu petugas akan menggunakan alat pelacak untuk menyentuhkan ke kantong dan bagian tubuh kita. tampaknya, pusat kebudayaan amerika menerapkan prosedur keamanan yang begitu ketat. Wajarlah, amerika kan polisi dunia, dan yang namanya polisi, selalu punya musuh dan banyak yang benci. Hee..

@america di desain modern, kita seperti masuk ke zona ruang angkasa yang remang-remang bercahaya temaram.. ruangan didominasi fasilitas teknologi informasi, seperti jaring-jaring informasi di layar-layar di dinding yang dilontarkan oleh proyektor, yang berulang-ulang menampilkan tokoh-tokoh peraih nobel asal amerika, beserta saintis terkenal asal negeri paman Sam itu. layar yang lain berisi tokoh astronomi (pilot) pesawat luarangkasa america. Dan memang, impian negeri ini, setelah menguasai dunia adalah menguasai bulan atau benda-benda angkasa lainnya. Terdapat pula peta elektronik dalam monitor sebesar 3 x 2,5 meter. Saat itu, pengunjung mengutak-atik peta jakarta pada layar, kita bisa mencari posisi kontrakan kita lewat layar itu, fungsinya mirip google map..

@america menawarkan konsep Youth Jazz, yang diselenggarakan sebulan sekali. Kala itu yang bermain adalah kelompok jazz asal SMAN 2 Bandung, yang kelompoknya bernama “Mahesa”. Kelima Remaja yang tampil saat itu merupakan generasi ke 12 tim Musik Mahesa. Lumayan, mereka membawakan lagu sendiri yang memiliki ciri khas ‘muda’, dimana hentakan-hentakan musiknya mengandung nuansa rock, mereka memilih aliran Jazz rock untuk sementara. Kelompok kedua adalah anak band asal Jakarta, menamakan dirinya dengan Hemiola Quartet, berjumlah empat orang, yaitu gitar, bass, piano, dan drum. Musik yang dibawakan adalah ciptaan sendiri, ada yang diciptakan oleh ketua grup, dan ada yang diciptakan oleh pianis yang bernama Gabriella. Saya sangat menikmati permainan mereka, lompatan-lompatan nadanya, harmonisasinya, dan tentu improvisasinya.. mereka adalah anak muda-anak muda berbakat..




Permainan musik terakhir yang tanpa sengaja saya ikuti, juga di Pacific Palace, @america, ahad kemarin (26/6). Saat itu saya menemani adik teman yang berasal dari Pangkep Sulsel yang hendak mengikuti diskusi Computer Festival (Confest) yang diadakan oleh Jurusan Komputer Universitas Indonesia (UI). ia merupakan finalis lomba membuat program komputer se Indonesia tingkat SMU. Saat itu merupakan ajang pengumuman pemenang yang diikutinya Sabtu kemarin. Keder juga rasanya, berada diantara mahasiswa UI, dan saya memilih menjadi anonim dan sekadar menjadi peserta seminar saja. Sehabis seminar, ternyata ada acara penutupan, dan salah satu hiburannya adalah penampilan grup Oktober Jam, group Jazz yang berhasil menjadi runner up Java Jazz 2011. Mereka membawakan empat lagu, yang sangat indah.. dan.. aliran darah saya kembali bergejolak menikmati lantunan musik jazz mereka..

Pekan lalu, Rabu, 23 Juni 2011, saya mendapat kabar tentang diskusi Jazz di Freedom Institute, Menteng, Proklamasi No. 41. Telat datang dan melewatkan nonton bareng film Jazz. Tapi saya tidak kecewa, karena untuk pertama kalinya mendengar materi serius tentang musik. Saat itu, materi dibawakan oleh Beben Supendi Maulana, pendiri komunitas Jazz Pancoran, dan tentu pemain musik Jazz. Ia memaparkan sejarah Jazz yang berliku, yang ternyata hasil pergulatan sejarah.

Jazz tidak lahir atau diciptakan begitu saja oleh seorang musikus ternama, tapi lahir tanpa sengaja oleh anak kandung perbudakan di Amerika. Tangga nada, harmonisasi, atau pun yang disebut sincopasi itu ternyata diadopsi dari cara dan warna bertutur gaya orang hitam di Amerika. Mereka menjadikan musik sebagai hiburan dan juga sebagai bagian percakapan saat bekerja di perkebunan para penjelajah asal Inggris. Yang kemudian sedikit-sedikit mempelajari gaya permainan musik orang eropa. Maka jadilah penggabungan antara musik eropa dengan cara bertutur orang Afrika, yang lebih hip hop, dan menyentak-nyentak lembut.

Reformasi musik pun berlangsung, dengan merubah notasi nada Eropa, yang teratur, seperti Do remipasolasido.. notasinya berkurang atau melompat, sehingga menciptakan nada-nada bergaya jazz, yang saat itu direformasi menjadi blues.. kemudian direformasi lagi menjadi swing dan big band.. dan terus mengalami evolusi di amerika, sesuai dengan perkembangan peradaban, ataupun teknologi, serta ditemukannya alat-alat musik baru..

Menurut Beben, ada empat hal yang menjadi ciri khas musik jazz. Yakni adalah swing feel, blues note, improvisasi dan sincopation.. sincopation adalah hitungan nada yang tidak jatuh pada hitungan pertama..

imporvisasi dan kreativitas merupakan penanda utamanya.. masing-masing individu bebas mengekspresikan dirinya dengan melakukan improvisasi terhadap musik jazz sebelumnya. Dimana jazz terus berubah dan tidak pernah tetap. Ada kebebasan dalam musik, dan orang tidak diharuskan menghafal nada-nada dari penciptanya, malah mereka bebas mengeksplorasi, mengutak-atik sesuai dengan seleranya masing-masing. Jadi, jika ada seorang pemain musik jazz yang selalu membawakan musik yang sama pada setiap penampilannya, dan tidak ada kreasi.. dia sebenarnya tidak bermain jazz.. atau sekadar mencontek saja..

Di dalam Jazz ada kemerdekaan, dan tentu ada warna yang diberikan oleh masing-masing individu.

Senin, 27 Juni 2011
Kondisi tidak bersemangat menulis, dan Laptop rusak




0 komentar:

Berkenalan dengan Jazz