1 minggu yang lalu
Hendak Melawan Siapa?
Kita hidup untuk melawan siapa? Sudah begitu banyak pertempuran, sadar atau tidak sadar, yang hadir dalam perjalanan hidup kita. Saya yakin, sebetulnya kita selalu berhadapan dengannya setiap hari.. saat kita bergumul dengan kebosanan, dengan rutinitas, dan tentu dengan orang-orang yang tak asyik..
Kita berkelahi dalam dimensi ruang dan waktu, bergulat dengan pikiran-pikiran ketus, dengan sikap apatis, dan pastinya rasa malas.. kadang kalau lagi connect, kita bertemu dengan keseriusan, dengan sesuatu yang bergelora, dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat cemas dan menuntut jawab. Ketika kutub itu hadir, kita seperti dikejar sesuatu, yang mungkin dari harapan-harapan akan masa depan yang muskil, dan juga penderitaan-penderitaan yang lalu-lalu.. dan tampaknya, kita merasa tak pernah selesai, selalu ada yang ingin ditambah, dirubah, atau pun dikurangi.. hidup ini selalu mengejar rasa puas yang tak kunjung tiba..
Saya ingin berkelahi, tapi.. apakah dengan orang-orang bodoh ini? Dengan orang-orang yang sok ini? Bukan... saya hanya ingin berkelahi dengan takdir, dengan situasi.. keadaan yang sebenarnya juga saya rindukan, untuk diterima dan dijalani.. toh kita tak bisa meminta jalan lain, ketika perang sudah memancing di depan. Ketika harga diri ditantang, saat ego dipicu untuk bergerak menyelesaikan, menuntaskan..
Mungkin, kebanyakan dari kita adalah pemain bertahan. Yang pandai menghalau gerak lawan, mematahkan serangan, atau memutar balik keadaan. Namun, ketika berada di ujung gawang, kita selalu ragu untuk menerkam, takut jika harapan itu melambung ke mistar nasib, dan.. kemenangan kita selalu bersembunyi dalam kegairahan kawan, yang berhasil mencetak gol. Kita selalu bisa bertahan dari keadaan, dimana para musuh selalu memojokkan..
Kita hadir untuk melawan siapa? Mungkin bukan untuk melawan siapa-siapa, tapi hanya melawan diri sendiri, agar tidak musnah dari jagad diri.. harga diri inilah yang harus dijaga, yang hanya dapat muncul dengan sokongan ide, dialektika, materi dan juga persahabatan..
harga diri yang seketika runtuh hanya dengan menerima suap, mengambil uang rakyat, menipu teman, dan juga.. “bersikap bodoh terhadap keadaan”.. yang terakhir inilah yang merisaukan.. dan sekarang, sikap itu hadir dimana saja, mungkin dalam diri saya dan kawan-kawan.. entahlah..
Rabu, 29 Juni 2011
Di Gudang Kepiting
1 komentar - Skip ke Kotak Komentar
Hendak melawan siapa?
LAWAN KEMUNGKARAN!
Posting Komentar