semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

9/11 di Perairan Pulau Sanrobengi

Ahad pagi, ada agenda penting yang tak boleh saya lewatkan waktu itu, agenda yang dapat membantu saya memahami problem kepiting dan permasalahan di tingkat awalnya, yaitu tentang upaya regenerasi kepiting dengan bantuan teknologi buatan manusia. Persoalan ini tentu sudah menjadi agenda pikiran saya sejak awal mengenal dunia perkepitingan, tentang bagaimana membenihkan kepiting secara mandiri dengan teknik yang sederhana, sehingga kita atau petani tidak lagi terlalu bergantung pada bibit dari alam untuk membesarkan kepiting.

Jadi, pukul 7 pagi saya memaksakan diri berangkat menuju balai kartini, rumah dinas rector unhas untuk sama-sama menuju lokasi backyard di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. Sesampai di backyard, atau lokasi pembenihan kepiting rajungan yang merupakan bekas backyard udang, mata terkesiap oleh situasi perikanan yang begitu saya rindukan, ketemu dosen-dosen, dan junior-junior perikanan, serta peralatan dan perlengkapan teknis pembenihan rajungan. Saya betul-betul tak menyangka bahwa untuk bisa membenihkan rajungan ternyata tidak susah-susah amat, yang kita butuhkan adalah ketekunan untuk mengamati fase pertumbuhan rajungan beserta kondisi yang mendukung fase tersebut.

Di backyard itu, telah hadir rector Unhas, Prof Idrus Paturusi beserta jajarannya di Unhas, seperti PR I, dekan FIKP, dosen-dosen jurusan perikanan, utusan Oxfam, Aciar, mahasiswa jepang, jajaran dinas perikanan, camat galesong dan bupati takalar.. prof idrus cukup antusias melihat perkembangan teknologi dibidang pembenihan kepiting ini, mungkin ia melihat prospek dan jangka panjang peranan universitas untuk pelestarian sumberdaya hayati kepiting bisa berkelanjutan. Tentu, sebagai alumni kepiting dibawah bimbingan Prof Yushinta FUjaya, saya turut bangga, karena dosen saya ini bisa menemukan banyak hal-hal penting di dunia perkepitingan, seperti teknologi kepiting lunak, dan sekarang berupa teknologi pembenihan kepiting rajungan dengan fasilitas backyard sederhana..

Setelah puas berdialog di backyard, rombongan bergerak ke dermaga baddia untuk menyeberang ke perairan sekitar pulau Sanrobenge.. rombongan yang berjumlah sekitar 50 orang itu menumpangi beberapa perahu, dimana rector menaiki perahu yang porsinya penumpangnya lebih sedikit, atau biasa disebut jolloro bercadik. Setiba di perairan dekat pulau Sanrobenge, rector mulai melakukan operasi penebaran benih rajungan yang saat itu disiapkan berjumlah sekitar 100 ribu ekor.. benih rajungan itu sudah berumur 36 hari dan berukuran crab, atau bayi rajungan.

Namun, tiba-tiba perahu yang ditumpangi rector oleng dan akhirnya terbalik. Rector bersama lima orang yang ada di atas perahu pun basah kuyup, yaitu Prof Yushinta, Prof Niartiningsih, Dr Dody, nakhoda dan seorang wartawan Celebes. Dalam insiden itu, hp mereka pun jadi korban nonaktif, dan yang paling sayang ketika melihat kamera wartawan tersebut terendam air. Setelah insiden itu, rombongan dari unhas akhirnya bubar dan kembali ke Makassar, sehingga tidak sempat mengikuti acara berikutnya yaitu silaturahmi dengan petani kepiting, masyarakat pesisir, pengusaha backyard dan para peneliti dari Unhas. Meski begitu, acara silaturahmi dan penyuluhan pembenihan rajungan di media backyard tetap berlangsung lancar, dan saya sebagai peserta yang juga mengalami kerusakan hp terendam di air laut sempat makan kepiting lunak lagi.. ma’yuss..



0 komentar:

9/11 di Perairan Pulau Sanrobengi