semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Manusia Perikanan

"Mulailah dengan hal-hal kecil, pelan-pelan". Kalimat ini sering kali dilontarkan Kak Hambali Bali, semalam, saat pertemuan pertama pembekalan mahasiswa untuk tergabung dalam LSM Mattirotasi. Ia pun menegaskannya dengan sebuah petuah, "Ketika anda memiliki mimpi besar, sebaiknya Anda jangan bangun. Karena itu tidak mungkin terjadi".


Pertemuan pertama ini, ibaratnya seperti kaca spion, yang menuntun kita melihat ke belakang. Atau seperti movie yang aktornya diri kita dan orang-orang yang berada di sekitar kita. Dalam upaya itu, kita pun tahu siapa kita, yang tergolong sebagai manusia. Mahluk ciptaan tuhan, yang di dalamnya terdapat unsur-unsur malaikati, yang melekat dalam basis-basis material, yang dalam sederhanya memiliki sifat hewani. Kita pun dinilai, oleh langkah gerak kita, apakah gerak kita itu ke arah cahaya, yang mendorong kita untuk melakukan kebaikan demi kebaikan, ataukah condong ke arah material, yang memaksa jiwa kita menghianati dirinya sendiri, untuk kepuasan nafsu materil, maupun nafsu penghargaan atas diri sendiri.
Jika dikaitkan dengan dunia perikanan, karena kebetulan yang hadir di sana adalah mahasiswa perikanan, tidak lain adalah adanya dorongan dalam diri atau "niat" yang kuat untuk melakukan perbaikan-perbaikan, perubahan-perubahan nasib masyarakat nelayan dan pembudidaya, serta adanya kondisi lingkungan yang lestari untuk menjamin kemerdekaan individu dan keselarasan kolektif untuk mewujudkan kemandirian serta keharmonisan sosial. Hasrat ini lahir sebagai perwujudan kata hati yang mendekam dalam setiap jiwa manusia, yang menurut Kant, bersifat deontisme, berupa keharusan-keharusan universal.
Tapi, perubahan tidak hanya berlandaskan niat baik. Tapi juga pikiran yang baik, kesadaran terhadap kondisi-kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan, serta adanya kemampuan untuk merumuskan dalam skema yang sistematik, terukur, dan bersifat partisipatif. Hal ini mendapatkan bahasanya sendiri, yaitu taktis dan strategis. Taktis bersifat teknik, berjangka waktu pendek, aliansi dengan hitung-hitung manfaat-pragmatis. Strategis lebih bersifat perencanaan jangka panjang dengan indikator dan target yang jelas, yang mengandung muatan ideologis. Di sini pula ditemukan kata militan, yang dekat-dekat dengan kata militer. Jika ditarik-tarik, istilah taktis strategis beraroma militer, yang kemudian juga digunakan dalam dunia NGO/LSM, serta dunia bisnis.
Pemahaman akan taktik strategis, serta cara-cara dalam memulai pendampingan masyarakat, sangat dipengaruhi oleh intensitas kegiatan, atau berbanding lurus dengan laju gerak yang kita lakukan. Pengetahuan-pengetahuan dengan sendirinya membuka diri ketika kita bersentuhan langsung dengan masyarakat itu sendiri, dengan alam itu sendiri.
Pengetahuan itu diperoleh dengan bekerja, berinteraksi, beraktivitas di lapangan atau disebut sebagai aksi. Lalu dilanjutkan dengan proses yang biasa disebut sebagai refleksi. Aksi - refleksi - aksi - refleksi. Hal-hal ini yang membentuk kita ke depan. Apalagi, jika kita sudah memiliki model-model, yang dapat membantu kita dalam mengorientasikan gerakan.

**
Semalam kita sudah memulai. Semalam kita sudah melakukan langkah kecil. Semalam kita sudah menggerakkan sayap kupu-kupu.Jika hal-hal ini kita lakukan dengan kuantitas tertentu, intentitas tertentu, Badai pasti datang.




0 komentar:

Manusia Perikanan