semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Pancasila

Setiap bangsa, punya azimatnya sendiri - sendiri. Indonesia, sebagai bangsa yang gemah ripa loh jinawi, bangsa dengan beragam kaki bangsa, berupa bangsa-bangsa di antara pulau-pulau, yang ingin bersatu menjadi satu negara, yang merdeka, yang merindukan kejayaan, yang bercita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, punya prinsip, yaitu Pancasila.
Pancasila, yang digali oleh Bung Karno itu, lahir dari nurani bangsa, yang diperolehnya dari nilai-nilai perjuangan kaum-kaum mardika, yang bersama-sama menentang penindasan, kolonialisme - imperialisme, yang umumnya di penjara, di buang di kamp konsentrasi, diisolasi dari massa rakyat, diinternir.

                          foto : Istimewa

Indonesia, yang terbagi-bagi dalam banyak golongan, banyak cita-cita, mengharuskan suatu rumusan yang general, yang majemuk, hingga, dapat menyatukan golongan-golongan itu. Dengan bersatu, pasti, kemerdekaan dapat dicapai, yang menjadi jembatan bagi perjalanan revolusi, yang tidak henti-hentinya bergerak, memberi bentuk hingga tercapai apa yang disebut keadilan sosial itu.
Soekarno, yang lahir dari keturunan ningrat dari Bapak yang Jawa dan Ibunya yang Bali, memposisikan diri sebagai pewaris rulling class, wakil kelas pemimpin, pengarah gerak bangsa. Dalam perjalanan ikhtiarnya dalam mengambil bagian dalam penyadaran bangsa, serta pergerakan nasional, Bung Karno menyerap semua unsur-unsur, yaitu unsur Islam dan kejawen dari Bapaknya, unsur hindu dan budha dari Ibunya, unsur sosialisme Islam dari gurunya - Cokroaminoto, unsur Islam dari para kyai Muhammadiyah dan NU, unsur nasionalisme dan komunisme dari kawan-kawannya dan para pejuang yang lebih tua.
Jika mengikuti pendapat Daniel Dhakidae, unsur-unsur itu, di tangan Soekarno, menjadi teknik - strategis, menjadi instrumen, untuk tujuan utamanya, kemerdekaan Indonesia. Dengan lihai Bung Karno, memposisikan tiga cita-cita dalam satu nafas, yaitu Nasionalis, Islam, dan Komunisme (Nasakom), yang disusunnya di usia yang cukup muda, 25 tahun. Ikhtiar ini tak lain adalah rumusan yang diungkit dari tengokan sejarah pergerakan, bahwa ketiga elemen itulah yang berjuang mencurahkan darah dan pikiran demi kemerdekaan.
Sama halnya ketika ia bertemu dengan seorang petani, yang punya lahan, punya alat produksi, tapi hidupnya melarat. Bung Karno secara instrumental menamainya Marhaenisme, sesuai dengan nama petani itu, Marhaen. Marhaen adalah cermin kondisi rakyat indonesia kebanyakan, para wong cilik, yang hidupnya tertindas. Marhaenisme ini semacam potret proletar Indonesia, yang mengambil inspirasi dari konsep kaum proletar komunisme.
Lalu, dalam perjalanannya yang penuh amuk dan gelombang itu, tak henti-hentinya ia merenungkan dasar seperti apa kelak bagi Indonesia, ketika sudah mencapai kemerdekaannya? Bung Karno hayalkan itu, baik ketika ia memimpin PNI maupun ketika ia dalam masa pembuangan. Di Ende, Flores, dalam suasana batin yang gelisah dan kesepian, ia terus menerus memperdalam komunikasi dengan dirinya sendiri, sembari meminta petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Hingga, suatu waktu, di bawah pohon sukun, ia memperoleh ilham, maka jatuhlah konsep pancasila di alam pikirnya. Lahirlah bibit-bibit Pancasila, yang kelak akan ia usulkan dalam sidang BPUPKI 1 Juni 1945.
Pancasila, jika dibanding-bandingkan secara konseptual, tidak kalah dengan Declaration of Independence Amerika Serikat maupun dengan Manifesto Komunis. Pancasila punya getar, punya gelora, punya semangatnya sendiri. Lahir sebagai upaya mencari titik temu, dari beragam perbedaan yang menghantui sebuah bangsa yang baru. Pancasila sebagai prinsip, sebagai pegangan bagi berjalannya bangsa dalam menempuh arus sejarah yang tak menentu, yang tentu dapat menerkam anak-anak bangsa.
Pancasila sebagai win - win solution untuk merawat Indonesia dari potensi cerai anak-anak bangsa dan golongan-golongan, Pancasila sebagai rumus untuk menuju keadilan sosial, yang berlandaskan nilai-nilai ketuhanan, semangat kemanusiaan, dengan mengedepankan persatuan, ditempuh dengan demokrasi rakyat.
Pancasila adalah berkat rahmat Yang Maha Kuasa. Pancasila adalah Takdir Indonesia.




0 komentar:

Pancasila