semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Ruh - Kesadaran - Aku Sadar

Saya cukup terkesima dengan penjelasan Quraish Sihab tadi subuh terkait kesadaran. Menurutnya, manusia ditiupkan ruh, yang dengan sendirinya mengampukan dia untuk sadar, dan membedakan dengan ciptaan-ciptaan sebelumnya.
Ruh - Conciosness, dalam artian E. F. Scumacher sebagai kapasitas terpasang pada manusia untuk sadar akan kesadarannya - dirinya sendiri. Sadar akan peristiwa-peristiwa, baik masa lalu, masa kini, maupun prediksi akan masa depan. Ruh sebagai bentuk konstalasi tertinggi dari perjalanan gerak penciptaan ataupun dalam bahasa ilmiah, gerak evolusi, yang dimulai dari benturan-benturan bahan baku fisika kimia dalam rebusan waktu, menimbulkan sifat-sifat astral - biologis dalam bentuk plankton-plankton - tumbuhan, lalu merangkak ke taraf eksistensi jiwa yang bergerak, bersifat hewaniah, yang dapat melepaskan takdirnya yang diam dan terkondisikan dalam satu arena tertentu. Lalu, dalam kompleksitas material, astral dan jiwa yang bergerak, itu memampukan hadirnya ruh dalam semesta, untuk memaknai semesta, atau dalam bahasa Alqur'an, untuk menjadi khalifah di muka bumi.

                                 Foto : Nizar Fahrezi

Jika kapasitas ruh itu, sebagai dasar menjadi pemimpin. Saya teringat lagi ungkapan dosen saya, Khusnul Yaqin, bahwa tidak semua manusia dapat menjadi pemimpin, pemimpin yang baik adalah yang memiliki kapasitas ilahiah - nabawiyah, yang dalam kategori ruh, yang paling mendekati ruh dan cahaya muhammad. Pemimpin inilah yang dapat mengatur distribusi energi dalam strata material - level tropikal, hingga level manusia di antara manusia. Namun, hal-hal yang ideal, atau das solen selalu berbenturan dengan das sein (kontekstual). Pada akhirnya, agar proses sejarah, adalah bentuk perdamaian antara nilai-nilai dan konteks atau kondisi material-kebudayaan yang melingkupinya. Bentuk kompromi tertinggi yang saya pahami adalah demokrasi, yang lahir di barat, bentuk ekspresi masyarakat individual, dengan basis pedagang dan industri. Pemimpin yang adil bisa lahir sejauh penerapan institusi demokrasi dibarengi tingkat kedewasaan rakyat yang mumpuni.
Ruhani inilah yang memungkinkan manusia untuk menjangkau hasratnya. Dalam bahasa Ishak Ngeljaratan sebagai Aku yang Sadar. Otak kita bisa berfikir karena dorongan Aku yang Sadar. Tangan kita bisa bergerak setelah diperintah oleh Aku yang Sadar. Semua aktivitas fisik dan pikiran kita adalah inisiatif dan kerja Aku yang Sadar.
Aku yang Sadar ini pula yang menempatkan manusia untuk selalu awas pada setiap peristiwa. Dalam bahasa Kak Alwy Rachman sebagai ruang sadar, dimana manusia hadir dan setia pada pristiwa. Kehadiran pikiran, keluasan pikiran adalah dimensi ruh yang meluas secakupan semesta, meski lalu di batasi oleh kemampuan epistemologi antropologi manusia.
Lalu, kenapa kita tidak dapat memanfaatkan pikiran kita, indra kita? Quraish menjawab, bahwa itu karena kita "sedikit bersyukur". Kita, menggunakan mata kita, hanya untuk melihat yang tidak diridhoi oleh pencipta kita. Kita menggunakan telinga kita, untuk mendengar sesuatu yang tidak baik. Kita memperlakukan otak kita dengan begitu buruk. Kita menggunakan pikiran, mata, telinga, hidung, tidak dengan baik dalam proses belajar, sehingga ilmu yang kita peroleh pun hanya secuil.
Untuk itu, di bulan yang penuh magfirah ini, marilah kita bersyukur atas semua limpahan rahmat yang telah kita terima.




0 komentar:

Ruh - Kesadaran - Aku Sadar