semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Alor dan Rumput Laut

Dalam catatan para missionaris Zending, khususnya pada buku Alor Punya Cerita, Kisah-kisah mengharukan masuknya Injil ke Alor, terdapat penekanan bahwa hanya sebagian kecil orang yang bersedia mengabdi di Alor.
Para pendeta tahu, bahwa di Alor begitu sukar kehidupan, tanah gersang, angin kering, dan masyarakat di pegunungan sangat bergantung pada unsur hara tanah yang minim. Meski begitu, kehidupan terus berlangsung. Kerasnya alam justru tak membuat lenyapnya sisi-sisi kehangatan manusia Alor.
Seminggu di Pulau Kenari ini, Saya turut merasakan hal tersebut. Bersahabat dengan teman-teman Alor, diantaranya Kakak Emy Maro (Celyn Cafee), Om Teggi dan Om Paul (dari WWF Kantor Alor) serta berdiskusi panjang dengan Bapak Ono dan Bapak Darsono yang merupakan para penggiat masyarakat di pedesaan pesisir, menambah ketebalan cita rasa Saya mengenai kehangatan manusia timur Indonesia.
Kerasnya alam inilah yang membentuk karakter masyarakat, jika kita mengacu pada teori-teori antropologi. Dalam hal ini determinisme ekologi. Tapi, ada pula yang mengatakan bahwa ekologi hanya sebagai penyedia batasan-batasan, sedangkan yang inti adalah manusia dengan segala kreativitasnya. Inilah yang dijelaskan dalam pengantar buku Involusi Pertanian, karya Clifford Geertz.
Dalam buku tersebut, dijelaskan cukup banyak gambaran mengenai perladangan, yang berlatar belakang Pulau Jawa. Perladangan yang dimaksud oleh Geertz adalah aktivitas penanaman tanaman padi ataupun palawija di lahan lereng-lereng gunung atau hutan gunung, yang masa produktivtasnya sangat bergantung pada seberapa sering lahan tersebut digunakan. Lalu, ketika lahan tersebut tidak produktif lagi, kemudian ditinggalkan sambil menunggu subur kembali.
Hal seperti ini pula yang Saya temukan di dua desa yang kami survei, yang pada dasarnya adalah survei rumput laut, yaitu Desa Aimoli (Alor Barat Laut) dan Desa Bana (Pulau Pantar). Kedua desa tersebut kembali aktif berladang setelah 1 hingga 3 tahun berkali-kali mencoba untuk mengembalikan produktivitas rumput laut jenis sakol di perairan desa mereka.
Sebelumnya, ketika rumput laut masih produktif, waktu kerja mereka lebih difokuskan untuk memelihara rumput laut. Namun, setelah rumput laut tidak menunjukkan perbaikan dan pertumbuhan, mereka membagi waktu untuk berladang, sebagian waktu beternak kambing, dan sebagian lagi menangkap ikan di laut. Hasil akumulasi dari ketiga aktivitas tersebut, pada dasarnya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (subsisten). Sangat berbeda ketika rumput laut mereka produktif, dimana terdapat bonus yang besar, yang dapat mereka gunakan untuk membangun rumah, membeli barang-barang, serta menyekolahkan anak-anak mereka.
Rumput laut ibaratnya menjadi gerbang emas masyarakat pesisir untuk dapat hidup lebih layak, dapat sedikit bersantai dan lebih tenang dalam hidup. Rumput laut yang hadir di tengah-tengah mereka pada 2006, yang berkembang pesat pada 2009-2013, namun mengalami penurunan sejak 2016, merupakan momen-momen penting bagi mereka. Pada tahun-tahun itu, mereka merasakan gairah hidup lebih dari sebelumnya, karena diberi kesempatan untuk akumulasi modal. Dan kini, setelah rumput laut tak dapat tumbuh, mereka kembali ke dasar, yaitu bertahan hidup. Meski disikapi dengan jiwa besar.
Saat ini, besar harapan mereka untuk kembali beraktivitas rumput laut. Mereka rindu akan keuntungan-keuntungan yang diperoleh melalui rumput laut. Sebagian masih mencoba, sebagian masih menunggu, termasuk menunggu tanda-tanda alam yang menunjukkan kemungkinan rumput laut kembali subur.
Setelah berdiskusi dengan teman-teman pendamping rumput laut di sana. Tampaknya masih menunjukkan harapan. Modal besar ada di sikap pantang menyerah dan semangat mencoba para petani, yang jika didukung oleh peningkatan pemahaman akan alam laut melalui penelitian daya dukung lingkungan, serta dorongan bantuan dari pemerintah, kemungkinan dapat mengembalikan sedikit demi sedikit produktivitas rumput laut.
hari ini Saya kembali ke Makassar, Saya mengucapkan terimakasih sudah diberi kesempatan belajar di Alor. Semoga masyarakat Alor dapat menemukan strategi bertahan hidup, serta strategi untuk meningkatkan level kebudayaan mereka, sehingga dapat selalu adaptif terhadap segala perubahan zaman.








1 komentar - Skip ke Kotak Komentar

cherryblossom mengatakan...

Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

Alor dan Rumput Laut