semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Tidak Ada Berita dari Front Barat

Mula-mula Januari ini ada potongan kecil yang mengejutkan. Saya memperoleh tontonan seru dan memberi banyak pelajaran. Sebuah film Netflix yang berjudul “All Quiet on the Western Front”, setting ujung bedil Perang Eropa/dunia 1, di parit-parit utara Prancis. Film ini nyatanya diadopsi dari sebuah novel karangan Erich Maria Remarque, berjudul “Im Westen nichts Neuss” atau jika di Indonesia-kan menjadi “ Tidak Ada Berita dari Front Barat”.


Eric Maria Remarque bernama kecil Erick Paul Remark, dari tampangnya di wikipedia, sepertinya mirip dengan Paul Baumer, tokoh utama film besutan Edward Berger, meski pada pukul 11.00 pada 11 November 1918 Paul tertusuk bayonet pasukan Prancis, di kedalaman parit. Paul yang asli justru hidup, sebagai prajurit garis depan, ia menuliskan pengalaman dramatisnya itu pada 1920, dan baru terbit pada 1929.

Pada 11 November 1918, perwakilan Sosial Demokrat Jerman terpaksa meminta gencatan senjata dengan pimpinan militer Prancis di sebuah kereta api. kesepakatan ini ditentang oleh petinggi-petinggi militer Jerman. Namun, sudah cukup banyak prajurit yang tewas, di pihak Jerman-Austria sudah 3 juta, dan di pihak sekutu ada 5 juta jiwa. Tentara segar terus berkurang dan tentara yang ada mengalami kehancuran mental, dan terlibatnya Amerika Serikat dalam perang dengan pasukan pasukan segarnya, yang tidak menginginkan Jerman menjadi bangsa besar dan menguasai Eropa, sehingga tak muncul keseimbangan kekuatan.

Dalam buku “Abad Bapak Saya” karya Geert Mak, dijelaskan secuil mengenai buku itu, katanya dalam satu tahun saja buku sudah laku satu setengah juta exemplar, anak-anak muda seusianya yang bersama-sama jatuh terseok di lumpur dengan campuran bubur daging manusia itu, serentak mengatakan “ya, memang begitu yang terjadi”.

Hanya saja, Belanda tak ikut andil dalam persekutuan perang saat itu, anak-anak mudanya cukup bebas mengerjakan hal-hal lain, sehingga tak mengalami kemunduran mental, yang dibangun oleh mentalitas abad ke-19 yang penuh dengan ‘kepastian’. Menurut Gereformeerde Jongelingenblad, Jangan baca buku itu, kalau yang tua-tua saja terganggu keseimbangannya membacanya, betapa besar lagi bahayanya bagi kaum muda yang bahtera kehidupannya belum lagi sanggup menahan bermacam angin ajaran. Orang-orang tua dan muda Belanda masih terperangkap oleh keluguan kepastian Abad ke 19, seperti pria-pria terhormat penumpang elit Kapal Titanic yang retak dan tenggelam pada 1912, dua tahun sebelum perang, yang rela memberikan tempat kepada para wanita dan anak-anak naik ke sekoci. Hal-hal seperti ini akan digoncang-goncang oleh kenyataan perang.

Perang, diujung-ujungnya, pada 2017-2018, menimbulkan begitu banyak desersi, baik di pihak Kerajaan Austria, pasukan-pasukan Cheko dan Hungaria ramai-ramai mogok, begitu pula di pihak Prancis, perwira-perwira di tembak oleh prajurit yang putar balik, bahkan, kereta dibajak secara bersama oleh Pasukan Prancis dan Jerman, dan sama-sama menyanyikan Internasionale.

Di film itu, terasa tampak aura kepastian yang mengendor, mula-mula, anak muda seperti Paul bersama temannya mendaftarkan diri dengan suka cita, bahkan Paul memalsukan tanda tangan orang tuanya, sebab ia pada dasarnya belum cukup umur. Ramai-ramai mereka mendaftar, anak-anak sekolah menengah atas yang cerdas, namun lugu. Di kereta dan bahkan di truk yang mengangkutnya ke Prancis, mereka sudah tak sabar, “Kita sudah diterjunkan ke garis depan”. Seperti yang dijelaskan oleh Alexander Cohen, koresponden Belanda dari Telegraaf, juga dari buku Mak, ribuan tentara dengan gembira naik kereta api, seakan-akan pergi piknik. “Kamu ke mana? – ke Toul… dan Kau? … ke Verdun’ Wah, enak ya, hari pertama sudah ke perbatasan…

Sebentar saja Paul dan teman-temannya sudah berada di parit, langsung menghadapi realitas perang yang bengis. Sebentar saja teman-temannya gugur oleh bom, beruntung jika ia dapat bertahan enam minggu, sebelum hanya menjadi angka statistik. Pasukan melakukan Langkah maju menghantam pasukan Prancis, lalu mundur lagi Kembali ke posisi semula. Paul terus menerus berhasil selamat bersama segelintir yang diterjunkan ke medan. Pada pertempuran itu, di kisah nyatanya seperti di tepi Somme, dalam beberapa hari ratusan ribu prajurit tewas, puluhan ribu perjam, dan kadang-kadang puluhan jiwa untuk setiap satu meter persegi yang direbut, kemudian direbut Kembali, dan kemudian lagi-lagi direbut.

Setelah front timur berhenti karena gencatan senjata pada desember 1917 dengan Lenin, pimpinan Bolsywik yang telah menumbangkan raja Rusia dan kemudian dibunuhnya, Jerman memaksakan pertempuran secara ofensif ke Front Barat, berharap dalam minggu-minggu berikutnya mereka dapat mengulangi kemenangan Bismark pada 1870, empat puluh tahun lalu, dengan kemegahan. Sayangnya, pasukan Prancis yang sudah mulai kolaps itu ditutupi oleh pasukan-pasukan Inggris, kemudian dengan bergabungnya Amerika yang berisi prajurit segar, maka cukup banyak perbatasan ditrobos. Apalagi, dalam film ini ada scene alat baru buatan inggris, yaitu mobil-mobil tank yang memborbardir pasukan Jerman yang pada dasarnya sudah mengusai perbatasan, akhirnya dipukul mundur lagi. Kedatangan tank-tank Inggris ini semakin membalikkan keadaan.

Mau tak mau, keunggulan militer Jerman pun menjadi lemas, meski Jendral-jendralnya tak mau berhenti perang, nilai-nilai kehormatan, kesatriaan dan kewibaan abad ke 19 masih betul-betul digenggam. Sementara prajurit, massa kelabu yang hina dina itu, hanya sekadar awal-awalnya memungut rasa bangga, kemudian terhempas dalam pahitnya medan perang. Sehingga, Geert Mak berkata, Jerman tidak kalah dalam perang, ia tidak dikejar-kejar hingga ke barak, yang runtuh ialah struktur kekuasaan di baliknya, yang roboh adalah dunia yang penuh dengan kepastian.

All Quiet on the Western Front secara perdana tayang di Festival Film Internasional pada 12 September 2022. Pada Agustus 2022, film tersebut diumumkan sebagai perwakilan Jerman di kategori Firm Internasional terbaik pada perhelatan Academy Award ke-95.
















0 komentar:

Tidak Ada Berita dari Front Barat