semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Pemandu di Dunia Sastra Ala Dick Hartako dan B. Rahmanto (2)

Sebelumnya, kita telah menyusun daftar istilah untuk alfabet (A), berikut adalah daftar istilah sastra untuk kategori B, C dan D.

B
Balada : Cerita dalam bentuk syair, mengisahkan perbuatan-perbuatan seorang tokoh legendaris, entah dari zaman baheula atau dari zaman yang belum lama berselang (‘Jante Arkidam’, karangan Ajip Rosidi). Semula dibawakan oleh pengamen atau trubadur, dinyanyikan, sering dengan refren. Dibedakan antara balada rakyat dan balada literer.

Balada rakyat: berasal dari rakyat dan dibawakan dalam pertemuan-pertemuan rakyat, mengisahkan tindak kepahlawanan seorang tokoh sejarah atau peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman dahulu, kadang juga disebut “Love Story” antara dua kekasih, tapi biasanya tanpa happy ending.

Balada Literer: terjadi di Prancis pada abad pertengahan (balada lagu mengiringi tari), menjadi populer pada abad 14 -15. Tokoh utamanya ialah Francois Villon. Semula terdiri dari 3 bait, masing-masing dengan 8 larik dan skema rima ababbccb. Kemudian skema rima diubah menjadi ababbcbc. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait lainnya.

Balai Pustaka
 : Mulanya nama balai pustaka berasal dari suatu badan yang disebut « Commissie voor de Inlandsche School en Volkslectuur » yang didirikan pemerintah Hindia Belanda tahun 1908. Pada tahun 1918 diubah menjadi « kantor voor de Volkslectuur » atau kantor bacaan rakyat. Menurut A. Teeuw, tujuan utamanya ialah mengumpulkan dan menerbitkan hasil sastra tradisional rakyat yang berlimpah-limpah yang di dapat di Hindia Belanda. Kemudian biro ini mendorong penciptaan karya-karya asli modern pengarang Indonesia serta menyediakan terjemahan dari berbagai macam hasil kesusastraan barat. Lewat penerbitan ini lahirlah roman Indonesia Modern pertama Asab dan Sengsara karya Merari Siregar pada tahun 1920. Bertolak dari karya inilah Jassin akhirnya memandangnya sebagai awal sastra Indonesia modern dengan menyebutnya sebagai angkatan 20 atau angkatan Balai Pustaka.


Barbarisme : dari kata Yunani « Barbaros » yang berarti asing. Terjadi bila kemurnian bahasa dilanggar oleh penggunaan unsur-unsur dari suatu bahasa lain, baik dalam bidang kosakata, morfologi atau sintaksis. Misalnya, penggunaan kata « daripada » sebagai padanan gentivus.

Barok : Barok berasal dari bahasa Portugis yang berarti Mutiara yang bentuknya tidak simetris. Istilah ini muncul di Eropa Barat pada abad ke-18, secara peioratif dipakai untuk menunjukkan suatu gaya dalam senirupa yang teramat ramai dan dibuat-buat. Kemudian istilah ini dipergunakan oleh para penulis sejarah kebudayaan dan musik untuk menunjukkan suatu kurun waktu antara Renaissance dan Fajar Budi, atau antara Renaissance dan zaman klasisisme. Secara pukul rata abad ke-17 boleh dianggap sebagai zaman barok.

Sesudah zaman renaissance dengan optimisme dan kesadaran diri manusia Eropa mulai merasa ragu-ragu, sebatang kara di semesta alam yang dipetakan Copernicus dan Newton. Manusia zaman Barok terbelah antara dunia dan surga. Dunia pancaindra, nafsu dan gairah berlawanan dengan nilai-nilai yang mutlak dan transendental. Manusia Barok tidak mengenal sintetis, ia menceburkan diri ke tengah dunia atau ke hal-hal surgawi. Gereja katolik dan raja-raja melanpiaskan kemenangannya lewat arsitektur barok yang triumfalistis. Bila kita memasuki sebuah gerja Barok, kita seolah-olah sudah berada di surga.

Dalam bidang sastra, barok dianggap sebagai perkembangan gaya-gaya kepengarangan. Para penyair barok seolah-olah ingin mengungkapkan pengalaman hidup yang khaotis dan paradoksal. Kesenangan akan amplifikasi (anafora, hiperbola, metafora, deskripsi yang panjang lebar) sebagai ungkapan cita rasa yang mendalam, atau sebagai ungkapan rasa kekuasaan. Tema yang sering digarap adalah tema kefanaan duni ini, perlawanan ilusi dan kenyataan, dunia sebagai panggung.

Beat: Pengarang-pengarang (istilah beat ada kaitan dengan ”beaten down” yang berarti dikalahkan oleh masyarakat borjuis tradisional, maupun dengan “beatific” yang berarti bahagia). Sekelompok pengarang dan penyair di Amerika Serikat pada akhir tahun 50-an yang tergabung oleh pandangan hidup yang sama. Dapat dibandingkan dengan “angry young men” di Inggris, tetapi ada nada “fin de siecle” (lesu dan suram) dalam pikiran dan perasaan. Mereka membrontak terhadap masyarakat, politik, intelektualisme dan melawan setiap nilai moral dan kebudayaan. Ingin mengembangkan diri tanpa batas serta mengekspresikan diri. Sarana yang mereka pergunakan ialah narkotika, eksperimen religius (misalnya yoga), musik, sex bebas dan gaya hidup “nyeniman”. Tokoh-tokoh Allen Ginsberg, William Burroughs dan Jack Kerouac (bukunya On the Road, 1957, pernah disebut kitab suci angkatan beat). Gerakan ini tak ada nafas panjang, namun cukup mempengaruhi pengarang-pengarang pada tahun 50-an dan 60-an.

Bidal: Pepatah atau pribahasa dalam sastra Melayu lama yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasihat dan sebagainya.

Biografi: telaah ilmiah atau karya sastra yang melukiskan riwayat hidup seseorang dan yang memberikan informasi mengenai perkembangan pribadinya maupun mengenai karyanya. Satu dan lain hal dikaitkan dengan keadaan pada zaman tertentu dan pada lingkungan. Bila datanya semata-mata berdasarkan sumber-sumber yang dapat dicek, maka biografi bersifat ilmiah. Bila ada unsur-unsur rekaan, disebut biografi dalam bentuk roman.

Bunraku : Semacam pentas boneka di Jepang. Setiap boneka berukuran 1 meter dan digerakkan oleh tiga orang yang berkerudung hitam. Panggungnya luas lengkap dengan dekor, sehingga lebih mirip dengan pentas sungguhan. Teksnya diungkapkan dengan sangat ekspresif oleh seorang “dalang” yang duduk di samping pentas, dengan diiringi oleh satu atau beberapa orang pemain musik. Pengarang drama Jepang yang paling terkenal, Monzaemon (1653-1725) memulai kariernya dengan menulis teks-teks bagi pentas bunraku.

Burlesk: Dari kata Italia “burla” yang berarti lelucon: 1. Pada umumnya bentuk seni yang lucu ; membesarkan sesuatu secara karikatural untuk memperoloknya. Efek ini tercapai oleh perbedaan antara tema dan gaya. Sesuatu yang serius dibicarakan dengan gaya sehari-hari, bahkan dengan gaya bahasa yang rendah. Atau sesuatu yang serba biasa dibicarakan dengan gaya yang anggun. 2. Secara khusus pentas yang lucu dan kasar.

C
Canto : Bagian dari sebuah syair epis (dapat disamakan dengan pupuh dalam sastra Jawa Kuno atau Sanskerta). Divina Commedia Karangan Dante terdiri atas 100 canto.

Carol : Semua bentuk persajakan di Inggris untuk menyambut hari raya religius, seperti misalnya hari natal. Setiap empat larik diakhiri dengan refren. Kini pada umumnya terdapat pada setiap lagu rohani untuk menyambut hari natal.


Cerita pelipur lara : sejenis sastra rakyat yang pada mulanya berbentuk sastra lisan. Cerita jenis ini bersifat perintang waktu dan menghibur belaka. Kebanyakan menceritakan tentang kegagahan dan kehebatan seorang kesatria tampan yang harus menempuh seribu satu masalah dalam usahanya merebut putri cantik jelita yang akan dipersuntingnya. Contohnya, Hikayat Malim Demam, Cerita si Umbut Muda, Hikayat Awang Sulung Merah Muda, Hikayat Anggun Cik Tunggal dan lain-lain.

Cessura : berarti penggalan. Saat istirahat (hanya satu atau dua detik) dalam sebuah larik. Laju irama yang ditahan sebentar.

Chanson : Puisi asmara yang berasal dari Prancis. Kini pada umumnya lagu-lagu dari Prancis yang temanya agak serius, yang mengandung sebutir filsafat hidup.

Chiasme : Dalam ejaan bahasa Yunani « chi » sama dengan « x ». Dua pasangan kata disusun sedemikian rupa sehingga 1 berkaitan dengan 4. « pendeklah hidup ini, ya hidup kita ini pendek adanya.»

Close reading : Secara harfiah berarti membaca dari dekat. Metode analisa sastra yang semenjak tahun 20-an, khusus karena pengaruh aliran New Criticism, umum dianut dalam ilmu sastra. Reaksi terhadap aliran biografis dan positivis yang mendekati karya sastra dengan berpangkal pada riwayat hidup pengarang atau keadaan dalam masyarakat. Karya dianggap otonom dan dianalisis menurut bentuk, gaya, struktur dan daya simbolisnya.

Comedia dell”arte: bentuk pentas di Itali antara tahun 1550 dan 1700. Jalurnya sederhana, banyak improvisasi. Para pemain memperagakan tokoh-tokoh tertentu yang mudah dapat diidentifikasi karena pakaian atau topeng. Bentuk ini antara lain mempengaruhi Moliere di Prancis.

Copla: bentuk puisi di Spanyol. Tiap bait terdiri atas 4 larik, masing-masing terdiri atas 8 suku kata. Tema-temanya ialah rasa benci, cinta, rindu dan sakit hati.

Corpus: Kata latin yang berarti batang tubuh. Bagian pokok dalam sebuah pidato.

Couleur Locale: Kata Prancis yang berarti warna lokal. Sesuatu disebut dan dilukiskan dengan terperinci, seperti misalnya keadaan alam, keadaan sebuah gedung, pakaian, jalan-jalan tertentu di sebuah kota. Kadang-kadang juga dengan mengutip ungkapan-ungkapan dalam bahasa daerah. Ini semua dengan maksud untuk menciptakan suasana tertentu yang dirasakan sebgai sungguh terjadi, realistis.

Semoga bermanfaat.. doa untuk para penulisnya: Dick Hartako dan B. Rahmanto



1 komentar - Skip ke Kotak Komentar

arman rachim mengatakan...

wah...
masih disempatkan untuk menulis..
mantap kak

ditunggu tulisan berikutnya.

Pemandu di Dunia Sastra Ala Dick Hartako dan B. Rahmanto (2)